Bab 7

12.7K 739 21
                                    

Happy Reading

-----------------------------------------------------------

Dika terbangun di tengah malam, dia merasa sangat lapar, dia sebenarnya tidak pernah merasa lapar ditengah malam, bahkan jika lapar dia pasti akan memilih menahan rasa laparnya, tetapi saat ini dia tidak bisa menahan rasa laparnya, karena perutnya kosong sejak pagi dan terasa perih.

Karena dia tidak pernah merasa selapar ini, ekspresi Dika sedikit tidak wajar.

Dika kemudian memasak telur, dan memanggang beberapa roti.

Dia tidak mahir memasak, jadi dia memakan makanan seadanya.

Dika memasukkan nasi dan telur kemulutnya, hanya sedikit tetapi dia sudah merasa mual dengan rasa telur yang amis.

Dia membekap mulutnya, lalu meminum air untuk meredakan rasa mual.

Dia memakan roti tawar tanpa selai apapun diatasnya, selai manis membuatnya mual, karena dia takut akan memuntahkannya sebelum memakannya, Dika tidak memberi toping apapun diatasnya.

Dika gemetar, dia mengantuk.

Seluruh tubuhnya terasa letih, badannya lemas karena kelaparan.

Dia menggeleng, tidak bisa begini! Perutnya terasa perih, dan sangat lapar! Dia harus membuat sesuatu yang bisa dimakan! Kecebong diperutnya pasti lapar.

Dia membuka kulkas, dan menemukan beberapa bahan yang dapat dimasak, itu adalah jamur dan daging, lalu ada beberapa sayur.

Dika memasak daging dan sayur menjadi tumis daging, ini adalah resep dari pengasuhnya.

Dika memasak dan tidak menyadari seseorang datang, dia terlalu fokus dengan masakannya.

Marcelliust melihat anaknya memasak tengah malam membuatnya terheran-heran, dia kemudian menyentuh bahu Dika.

Dika yang disentuh secara tiba-tiba langsung terkejut, dia mengayunkan tinjunya kebelakang dan berniat memukul dengan sekuat tenaga.

Tetapi tangannya dihentikan diudara, dia melihat wajah akrab yang terkena sedikit cahaya dari lampu meja dapur yang redup, karena Dia tidak menyalakan lampu, takut menarik perhatian banyak pelayan.

Wajah pucat Dika tanpa ekspresi, "Papa?"

Marcelliust melepaskan tangan Dika, kemudian dia bertanya, "Kamu belum tidur jam segini? Tumben banget kamu masak ditengah malem lagi."

Dika menjawab, "Dika lagi laper, mangkanya bangun. Kenapa papa disini?"

Marcel tanpa ekspresi, "Aku juga lapar, bisakah kita makan bersama? Kebetulan sepertinya itu terlihat lezat?"

Ekspresi Dika dingin, dia melihat masakannya sudah matang lalu mematikan kompor.

Dia memandang Marcelliust dengan tenang, "Mengapa papa tidak meminta bibi Serina untuk memasakkan makanan?"

Marcel menghela nafas, ketika dia berbicara dengan Dika mereka akan berujung selalu bertengkar, "Bibi Serina? Dika aku tau kamu tidak suka dengannya, tetapi apakah kamu tidak bisa lebih menghormatinya?"

Dika mendengus terlihat tidak senang, "Dia bukan ibuku! Dan tidak akan pernah menjadi ibuku! Camkan hal itu baik-baik!"

Dia lelah, dia merasa beruntung ketika ibunya telah meninggal, mengapa sekarang harus ada orang lain lagi? Apakah ayahnya tidak cukup dengannya? Setelah kedatangan lacur sialan itu, dia menjadi jauh dengan ayahnya, ketika dihadapan ayahnya wanita itu bersikap lembut, sungguh kepura-puraan!

[Bxb]Kingdao🔞[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang