Jennie Pov
Aku menunggu semua orang tidur sebelum melanjutkan rencanaku. Appa sudah ada di kamarnya, aku berdiri di depan pintu kamar Lisa. Pelan-pelan kuputar kenopnya dan syukurlah pintu tidak terkunci. Kamarnya gelap tapi untungnya ada cahaya bulan yang lewat melalui jendela, aku merasa seperti seorang ninja diam-diam menyelinap ke kamarnya. Perlahan aku berjalan menuju tempat tidurnya, berhati-hati agar tidak mengeluarkan suara apa pun. Dia berbaring tengkurap, tidak sadarkan diri. Aku tidak pernah tahu betapa menawannya dia ketika dia tidur. Aku tersipu ketika aku bertanya-tanya bagaimana rasa bibirnya.
Keluarlah, Jennie! Kamu tidak pergi ke sini untuk mengawasinya tidur.
Aku melihat sekeliling ruangan gelap dan berpikir. Jika aku Lisa, di mana aku akan meletakkan ponselku? Aku mengembalikan pandanganku padanya dan mataku tertuju pada celananya. Dia punya pantat yang sangat bagus.
Hentikan, pikiran mesum.
Oke, aku harus fokus. Aku perlu menemukan ponselnya, jantungku berdebar kencang saat aku dengan ringan menyentuh saku belakangnya untuk mengambil ponsel tapi aku tidak bisa menyentuh apa pun. Ya, kecuali pantatnya. Aku pindah ke saku sampingnya dan akhirnya merasakan sesuatu yang keras dan persegi. Aku 99,9 persen yakin itu ponselnya. Sekarang, aku hanya perlu mengeluarkannya dari sakunya tanpa membangunkannya. Aku berdoa kepada semua dewa agar dia cukup mabuk hingga tidak bangun.
Tanganku dengan hati-hati masuk ke dalam sakunya dan aku hampir lupa bagaimana bernapas ketika dia bergerak sedikit.
Tolong, jangan bangun. Tolong, jangan bangun. Please, please....
Syukurlah, dia tidak bangun. Aku mencoba menenangkannya sarafku dengan menarik napas dalam-dalam. Oke, ini dia. Perlahan aku menyelipkan tanganku hingga menyentuh ponselnya, perlahan aku mengeluarkannya dari sakunya. Aku sudah hampir mendapatkannya ketika dia tiba-tiba bergerak, dia mungkin merasakannya. Sekarang atau tidak pernah! Aku segera mengeluarkannya dari sakunya sebelum aku tertangkap. Lisa mengangkat kepalanya.
Aku segera menjatuhkan diri ke lantai dan merangkak ke bawah ruang kecil di bawah tempat tidurnya. Dari bawah tempat tidur aku merasakan dia bergerak dan dia menyalakan kap lampu di meja samping tempat tidur. Jantungku jatuh ke dalam perutku, ini seperti adegan yang muncul dari film menegangkan. Dan kapan saja, sekarang, dia akan meraih kakiku dan menyeretku.
Aku menjerit ketika merasakan sesuatu mencengkram pergelangan kakiku, menyeretku dari bawah tempat tidur. Tidaaakk! Aku mencoba menendangnya dan berpegangan pada kasurnya tetapi sia-sia saja. Dan sepertinya pakulku patah! Dia lebih kuat dariku.
"Biarkan aku pergi!" Aku memekik sambil mencoba melepaskan diri dari genggamannya. Dia melepaskanku setelah mengeluarkanku dari bawah tempat tidur.
Aku mendongak dan melihat wajah Lisa yang kusut kembali menatapku. Aku menyembunyikan tanganku di punggungku, mencoba menyembunyikan ponselnya. "Dasar bocah, menurutmu apa yang sedang kamu lakukan?"
"Aku- um... kukira ini kamarku, aku agak tersesat. Salahku." Aku tertawa gugup.
Dia menatapku, tidak yakin. "Kamu sudah tinggal di sini seumur hidupmu, jangan membodohiku. Apa yang kamu lakukan di sini?"
"Aku hanya... sekedar mengecek keadaanmu. Mungkin kamu tahu, kamu tahu itu, hehe..." Aku menggigit bibir bawahku, mencoba mencari kata-kata untuk di ucapkan tapi aku tidak bisa memikirkan apa pun.
Bibirnya terangkat membentuk senyuman jahat. "Apakah bocah cilik itu horny?"
Aku menarik napas tajam, sangat terkejut. Matanya mengamati seluruh tubuhku, aku hanya mengenakan kamisol kecil berwarna pink. Aku bisa merasakan putingku mengeras di bawah tatapannya, aku tahu dia sudah bisa melihatnya karena aku tidak memakai bra apa pun. Now, I am.
KAMU SEDANG MEMBACA
Endless Seduction (JENLISA) ID
RandomKorban sukarela dari pesonamu. Aku bahkan menyukai sisi jalangmu. Besar, buruk, dan sama sekali tidak terikat. Kamu merusak kepolosanku, mengubah kebajikan menjadi kejahatan. Aku menyambut baik korupsi ini, dan diam-diam menginginkan lebih banyak la...