Jennie Pov
Aku menatap pintu tempat Lisa pergi beberapa detik yang lalu, aku memeluk lututku ke dada saat memikirkan apa yang baru saja terjadi. Untuk kedua kalinya aku membiarkan dia menyentuhku dan Appa-ku berada di sana tempat kejadian itu terjadi. Dia menyuruhku datang saat Appa-ku ada di sini dan berbicara denganku. Kepala brengsek itu sakit! Dan mungkin aku juga menyukainya karena.. karena aku juga menyukai apa yang terjadi pada kami.
Aku menggigit bibir bawahku karena pengakuanku pada diriku sendiri. Aku bisa saja menghentikannya tadi malam, tapi aku tidak melakukannya. Saat dia menyentuhku, tubuhku meminta lebih. Reaksi pikiran dan tubuhku terhadap sentuhannya berada diluar kendaliku. Setiap saraf terasa seperti terbakar dari dalam ke luar. Dan ketika aku mencapai pembebasanku, mereka meledak berkelap-kelip. Sekarang, aku tahu mengapa teman-temanku sangat menyukai seks. Mereka bilang rasanya enak tapi aku tidak pernah menyangka akan sebagus itu!
Tapi setelah itu, setelah sensasinya memudar dan binarnya hilang, aku kembali ke keadaan normal dan aku hanya ingin membenturkan kepalaku sendiri ke dinding karena begitu bodohnya. Aku sekarang menyesali apa yang terjadi tapi aku akan membohongi diriku sendiri jika aku tidak mengakui bahwa aku juga tidak menyukainya. Dan hal itu terjadi lagi akhir-akhir ini dan di sinilah aku menyesalinya lagi.
"KAMU SANGAT BODOH, JENNIE!" Aku menjerit dan membenamkan kepalaku di bantal. Air mataku mulai jatuh lagi, aku telah berjanji pada diriku sendiri bahwa aku hanya akan membiarkan wanita yang kucintai memilikiku, namun aku membiarkan wanita yang sangat kubenci itu menyentuhku. Aku merasa semuanya ternoda dan hancur.
Damn you, Lalisa Pranpriya Manoban.
Aku tidak tahu berapa jam aku berbaring di tempat tidur sampak aku mendengar seseorang mengetuk pintuku. Aku sedang tidak ingin berbicara atau bertemu siapa pun saat ini, aku hanya ingin dibiarkan sendiri. Aku perlu waktu untuk berdua atas kehilangan kepolosan.
"Tolong, biarkan aku istirahat!" Aku berteriak.
"Jennie, ini aku, Kai." Ucapnya dari luar kamar. Ya Tuhan! Kai... pikiranku menjadi waspada penuh. Aku segera melompat dari tempat tidur dan mengenakan jubahku.
"Tunggu, Kai!" Kataku dan berjalan menuju cermin rias. Aku menyemprot diriku dengan sedikit parfum untuk menyembunyikan bau yang ditinggalkan Lisa pada diriku. Aku terdiam ketika mengingat kembali apa yang terjadi pada kami, aku akan menghadapi Kai setelah aku mencium wanita itu dan dia bahkan membuatku datang... untuk kedua kalinya. Aku menggigit bibir bawahku. Tidak, sebaiknya aku tidak memikirkannya.
"Hai!" Kataku sambil tersenyum lebar saat membuka pintu.
"Hei, selamat siang, Angel." Dia balas tersenyum padaku. "Appa-mu memberitahuku bahwa kamu sakit, aku hanya ingin mengajakmu---"
"Tidak! Aku tidak sakit, aku hanya lelah karena tadi malam." Aku beralasan. "Jadi, kita akan pergi kemana?"
"Apakah kamu yakin kamu tidak sakit?" Dia bertanya drngan nada prihatin.
"Aku sangat yakin." Aku langsung menjawab.
"Aku hanya ingin kamu bergabung denganku untuk menunggang kuda." Dia berkata. "Kamu tahu, seperti yang selalu kita lakukan sebelumnya. Aku sangat merindukan pacuan kuda bersamamu."
Kedengarannya menyenangkan. Kai dan aku biasa berpacu dengan kuda kami ketika kami masih remaja. Karena itu kami mudah tertutup satu sama lain, "baiklah, aku akan mandi saja."
"Aku akan menunggumu di bawah." Dia berkata dan aku menutup pintu. Aku mandi sebentar, berpakaian, dan memperbaiki diri. Aku mengenakan kemeja kotak-kotak merah muda seksi yang memperlihatkan pusar dan celana pendekku. Aku memasangkannya dengan sepatu bot cowgirl coklatku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Endless Seduction (JENLISA) ID
RandomKorban sukarela dari pesonamu. Aku bahkan menyukai sisi jalangmu. Besar, buruk, dan sama sekali tidak terikat. Kamu merusak kepolosanku, mengubah kebajikan menjadi kejahatan. Aku menyambut baik korupsi ini, dan diam-diam menginginkan lebih banyak la...