Chapter III : Taksi Online Gentayangan

105 8 0
                                    

Malam itu menjadi malam yang cukup melelahkan bagiku. Sejak tadi siang sampai malam hari, aku meliput sebuah rumah makan tradisional di kawasan Cianjur. Liputan ini aku adakan sebagai bahan tulisanku di website pribadiku. Aku sendiri memang seorang penulis yang sering melakukan review terhadap makanan-makanan yang aku anggap menarik.

Setelah kenyang makan dan selesai liputan, aku keluar dari restoran sekitar pukul 23:00 malam. Sangat larut bukan? Karena restoran ini memang tutup hingga tengah malam. Usai keluar dari restoran, aku pun sampai di pinggir jalan dan merasakan betapa dinginnya udara Cianjur. Suasana jalan sudah sangat sepi. Warung makan dan restoran di sekitar sudah banyak yang tutup. Kendaraan pun sudah jarang sekali melintas. Hutan lebat dan perkebunan warga mengelilingi jalan ini yang membuatnya menjadi semakin sunyi dan gelap.

Aku menyalakan handphone dan segera memesan taksi online melalui aplikasi. Selesai memesan, niatnya aku mau duduk sejenak di kursi kayu milik tukang rokok yang sudah tutup. Tapi baru saja aku berbalik badan dan hendak duduk, tiba-tiba sorot lampu mobil dan suara klakson membuatku kaget. Saat menoleh, aku melihat sebuah mobil berhenti di dekatku. Saat aku lihat nomor di platnya, ternyata persis dengan taksi yang aku pesan.

"Andriansyah?" tanya seorang supir yang membuka kaca jendela.

"Iya, ini saya. Ini Kang Suherman?" Aku bertanya balik.

"Iya, A. Ayo naik." Driver taksi online itu lantas mengajakku untuk masuk.

Aku segera membuka pintu belakang sambil bertanya-tanya. Kenapa cepat sekali mobil ini sampai. Bahkan tidak sampai satu menit! Aku tidak mendengar mobil ini mendekat dan tidak ada tanda-tanda kedatangannya, mendadak ada di belakangku. Tapi karena sudah lelah aku memutuskan untuk berpikir positif dan masuk ke mobil supaya bisa cepat sampai ke hotel.

Suasana di mobil pun seperti mobil pada umumnya. Hanya saja si driver memang tidak banyak mengajak bicara. Baguslah, aku juga sedang tidak mau mengobrol. Mungkin aku akan tidur sejenak. Kusandarkan badanku di bangku mobil sambil melihat ke luar jendela. Kubiarkan sang driver melajukan mobil sesuai arahan dari aplikasi. Driver itu sendiri memakai kaos polo putih dan rambut yang cepak. Usianya mungkin sekitar 30 tahun.

"Kang, ini kok bau gosong ya? Ada yang kebakar?" tanyaku. Aku mulai ketakutan karena tercium bau terbakar dan gosong ditambah sedikit aroma bensin. Kadang mirip bau karet terbakar, bau besi sampai seperti bau singkong terbakar. Aneh, semua aroma itu bercampur. Tapi satu hal yang pasti, ada yang terbakar di dalam mobil ini.

"Kang! Kita berhenti dulu deh. Bahaya ini, barangkali ada apa yang terbakar," ucapku yang panik.

"Aman, kok. Aman ini," ucap si driver.

"Gak aman, Kang! Kalau meledak gimana?" Aku memprotes.

"Haha, enggak atuh. Aman!" jawabnya lagi. "Lagian udah pernah meledak, masa mau meledak lagi," tambahnya.

Driver ini batu! Asli, setelah ini mungkin akan kuberi rating jelek. Dia tidak memikirkan kenyamanan penumpangnya. Mau bagaimana lagi. Si driver juga tampak santai menyetir. Yang bisa kulakukan adalah berdoa agar tak terjadi apa-apa di jalan. Mataku menatap ke luar jendela, melihat pohon-pohon yang sudah gelap.

Tut ... Tut ....

Mendadak handphone-ku berbunyi. Aku segera mengambilnya, kulihat di layar ada nomor telepon tak dikenal memanggilku. Aku lantas mengangkatnya.

"Halo? Siapa ya?" tanyaku.

"Halo, Pak Andriansyah? Posisi di mana, Pak?" Orang dalam telepon itu bertanya balik.

"Lho? Saya udah di jalan pulang. Ini siapa ya?"

"Saya Suherman, Pak. Driver taksi online yang Bapak pesan tadi," jawabnya.

Jagad Mistis Nusantara Vol. 2 (Kumpulan Cerita Horor)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang