Chapter XIII : Si Manis Jembatan Ancol 2006

110 4 1
                                    

Malam itu bak malam biasa di Kota Jakarta. Dingin dan sesekali embusan angin dingin terasa. Di sebuah lapangan, terlihat ramai orang berkumpul menghadap sebuah layar besar yang menampilkan pertandingan sepakbola yang kala itu sedang hangat-hangatnya. Bahkan sampai tengah malam pun, masyarakat masih antusias menonton bareng Piala Dunia yang diadakan di Jerman.

Di pinggir lapangan, terlihat beberapa tukang ojek parkir sambil ikut menonton dari kejauhan. Tentu selain ikut nonton, mereka juga turut mencari penumpang. Karena saat itu pertandingan antara Jerman dan Argentina lanjut ke babak adu penalti, acara yang harusnya selesai jam 12 malam menjadi molor hingga jam 1 dini hari.

Sekitar jam 1 itu, salah satu tukang ojek bernama Kosim mengantar seorang pria fans Jerman pulang ke rumahnya. Sambil melewati bubaran nonton bareng yang cukup ramai itu, Kosim menjalankan motornya dengan hati-hati dan mulai mengikuti jalan aspal menuju rumah penumpangnya.

"Yang cetak gol dia lagi dia lagi ya, Bang!" ucap Kosim mengajak bicara penumpangnya.

"Miroslav Klose ini bagus, Bang kalau main di Timnas!" jawab si pendukung Jerman sambil bercerita mengenai pemain favoritnya. Semakin jauh Kosim mengendarai motor, semakin sepi suasana. Penerangan pun semakin jarang. Sesekali Kosim menatap sekeliling di mana banyaknya pohon dan perkebunan yang gelap. Ia sedikit ngeri, membayangkan bagaimana nanti dia pulang usai mengantar penumpang ini.

Singkat cerita, penumpang Kosim sampai di rumahnya dengan selamat. Rumahnya agak jauh dari lapangan dan berada di pinggir jalan. Kosim memutar balik motor usai mendapat uang. Suara motornya jadi satu-satunya suara di tengah keheningan malam saat itu. Seperti yang ia duga, perjalanannya sangat mencekam dengan kebun dan pepohonan di kiri dan kanan jalan. Suasana juga cukup gelap pada saat itu.

"Ojek, Bang!" Tiba-tiba terdengar suara wanita dari dalam pepohonan. Lantas Kosim langsung berhenti, ia menoleh ke belakang dan sekitarnya.

"Mana orangnya?" gumamnya sambil menengok ke belakang dam mencari sumber suara.

"Di sini, Bang." Sesosok wanita mendadak muncul di hadapan Kosim yang membuatnya kaget saat kembali menoleh ke depan. Wanita itu sangat cantik dengan rambut panjangnya yang sepunggung. Kulitnya putih dan hidungnya sedikit mancung. Malam itu ia mengenakan gaun cantik berwarna merah jambu.

"Buset, dari mana nongolnya, Neng?" tanya Kosim.

"Anterin, Bang. Masih narik gak?" tanyanya.

"Masih." Kosim mengambil helm dan menyerahkannya ke wanita itu. Pikirnya, baguslah ia dapat penumpang sekalian pulang. Setidaknya dia dapat teman perjalanan dan tidak sendirian.

Akhirnya wanita itu naik ke jok motor belakang, tapi ia memilih tidak memakai helm. Segera Kosim tancap gas dan mulai menjalankan motornya meninggalkan area sepi itu. Lampu jalanan benar-benar tidak bisa diandalkan, terlalu redup dan kadang ada yang mati. Hanya lampu motornya saja yang jadi andalan.

Sambil fokus mengendarai motornya, sesekali Kosim menatap wanita itu melalui spion. "Lagian dari mana sih, Neng? Kok bisa muncul di tempat sepi begitu?"

"Saya ditinggalin sama laki-laki, Bang," jawab wanita itu.

"Lah, laki-laki mana yang ninggalin cewek secakep eneng gini?" Kosim makin penasaran.

"Biasa, Bang. Kadang laki-laki mintanya aneh-aneh, giliran gak diturutin begitu tuh." Wanita itu menjelaskan.

"Ah, cowok brengsek itu mah, Neng," ujar Kosim. "Tapi eneng gak apa-apa, kan?"

Wanita itu menggeleng. "Gak apa-apa, Bang."

Waktu berlalu begitu cepat, tak terasa kini Kosim sudah memasuki jalan besar yang dekat dengan pemukiman warga serta beberapa ruko dan warung di pinggir jalan yang sudah tutup. Sampai akhirnya, sampailah mereka di sebuah jembatan di kawasan Ancol. Kosim mulai memasuki area jembatan tanpa merasakan hal aneh sedikit pun.

"Bang, berhenti!" ucap wanita itu sambil menepuk bahu Kosim.

"Kenapa, Neng?" tanya Kosim bingung.

"Udah sampe," jawabnya sambil turun dari motor.

"Hah? Udah sampe?" Kosim bingung dan menggaruk-garuk kepala. "Emang eneng mau ke mana?"

"Tuh, kesitu!" ucap wanita itu sambil menunjuk ke sebuah pohon yang besar yang berada tidak jauh dari jembatan. Wanita itu lantas naik ke atas pembatas jembatan. Seketika Kosim panik sekaligus bingung, tapi ada perasaan takut juga.

"Neng, mau ke mana?" tanya Kosim sekali lagi dengan mulut gemetar.

Wanita itu menoleh. Wajahnya kini berubah menjadi pucat pasi dan bagian bawah matanya menghitam. Pupil matanya juga mengecil, melotot ke arah Kosim. Dari sela-sela rambutnya, mengalir darah merah yang kental. "Saya mau ke sana tuh!" ucapnya sambil menunjuk ke pohon besar.

Kemudian wanita itu tertawa nyaring dan terbang ke arah pohon. Suara ketawanya begitu keras dan melengking, sampai-sampai Kosim harus menutup telinga karena ketawa itu membuat sakit telinganya. Usai suara tawa itu, berhenti Kosim melihat ke arah pohon. Tampak wanita tadi berdiri di atas dahan pohon sambil menyerigai lebar ke arahnya.

"Setaaan!" Kosim langsung tancap gas dan segera pergi dari jembatan tersebut. Ia memacu motornya dengan kecepatan tinggi saking ketakutannya. Sementara wanita menyeramkan itu kembali tertawa keras melihat Kosim kabur.

Kosim memacu motornya seperti orang gila. Untung saat itu jalanan sepi, tangannya gemetar dan wajahnya pucat. Beberapa tukang ojek dan pengguna jalan lain yang tak sengaja berpapasan dengannya sampai terheran-heran. Ia buru-buru pulang ke rumahnya untuk menenangkan diri. Sejak saat itu, Kosim kapok narik ojek tengah malam dan memilih pulang sebelum tengah malam.

Tamat

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 02 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Jagad Mistis Nusantara Vol. 2 (Kumpulan Cerita Horor)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang