|1. Satu Kesalahan

518 50 41
                                    

"Jika kamu sudah melakukan kesalahan, orang orang akan dengan mudah melupakan beribu ribu kebaikan darimu."

- AHJ

-
-
-
-
-
-
-

Angin malam berhembus menerbangkan surai hitam milik Pemuda berusia 21 tahun itu. Netra merah ruby-nya bersinar diterangi cahaya sang luna. Mimik wajahnya kontras menunjukkan rasa lelah juga kedinginan.

Panggil saja Halilintar. Atau lebih tepatnya Aliel Halilintar Jevandra.

Kakinya terus melangkah hingga memasuki halaman rumah lantai 2 ber-cat putih. Dirinya kini telah berada di depan pintu. Namun jemarinya ragu untuk memutar knop pintu.

Pemuda itu menarik dan menghela nafas kemudian memegang knop pintu dan membukanya.

Cklek

Sunyi. Itu yang Halilintar rasakan. Wajar saja, malam kini telah larut. Semua saudaranya pasti sudah bergelut manja di ranjang masing-masing.

Tangannya bergerak mencari sakelar lampu kemudian menyalakannya. Bola matanya bergerak melihat sekeliling hingga anak matanya menangkap sosok adik ke 2-nya yang kini tengah tertidur di sofa.

Halilintar berjalan mendekati adiknya. Niat hati Halilintar ingin membangunkan Taufan dan menyuruhnya untuk tidur di kamar. Namun ia urungkan niatnya dan lebih memilih untuk pergi dan kembali lagi dengan membawa selimut di tangannya.

"Egh.." Taufan yang merasakan sesuatu yang hangat menutupi tubuhnya pun perlahan membuka matanya.

Taufan atau lebih lengkapnya Albiru Taufan Jevandra langsung memeluk Halilintar dengan erat.

"LO KEMANA AJA ANJIR!!? KENAPA BARU PULANG SEKARANG!?"

Taufan mulai mengomel panjang lebar kali tinggi sementara Halilintar hanya diam mendengarkan ocehan Taufan.

"..... Pokoknya ini terakhir lo pulang jam segini!" Ucap Taufan di akhir kalimatnya.

Halilintar mengambil selimutnya dan pergi meninggalkan Taufan saat bocah itu bersiap untuk mengomel lagi.

"Weh anjir Lin jangan tinggalin gue!!" Taufan buru-buru berlari mengejar Halilintar.

"Li! Weh!" Taufan menahan pintu kamar Halilintar yang hendak ditutup olehnya.

"Gue cape, Fan." Setelahnya, Halilintar langsung menutup pintu kamar lalu menguncinya.

"Li-"

Taufan menghela nafas panjang saat melihat pintu kamar Halilintar sudah tertutup dengan sempurna.

"Maaf Lin." Taufan berbalik badan dan berjalan menuju kamarnya sendiri.

BACKREST

Pagi pun tiba, matahari telah muncul menggantikan sang rembulan. Sinar matahari mulai menerpa jendela kamar milik Halilintar.

Remaja dengan manik ruby tersebut perlahan membuka matanya lalu mengedipkannya untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam matanya.

"Serius udah pagi aja? Gue masih butuh istirahat." Keluh remaja tersebut. Ia membuka selimut nya dengan malas dan mulai bersiap untuk kelas paginya.

Selesai bersiap, Halilintar membuka knop pintu kamarnya. Yang pertama ia lihat adalah adik ketiga nya, Gempa.

Atau lebih tepatnya Alvaro Gempa Jevandra.

"Eh? Aku baru aja ingin membangunkan Kak Hali. Tapi Kakak udah bangun duluan." Ucap Gempa sambil tersenyum kecut.

"Ga perlu, Gem. Gue bisa bangun sendiri." Seru halilintar dan berjalan melewati Gempa.

BACKRESTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang