-
-
-
-
-
-Di sebuah ruangan ber-cat putih. Nampak seorang pemuda tengah duduk di kursi tunggu sambil memegang erat tangan sang manik zamrud yang tersembunyi di balik kelopak matanya yang tertutup.
Manik silver itu terus saja menatap ke arah sang Kakak dengan tatapan sendu.
Tangannya menggenggam telapak tangan sang Kakak dengan erat seolah tidak membiarkannya pergi.
"Kak, ayo bangun. Udah 2 hari Kakak tidur. Kakak gak mau ketemu Solar lagi apa gimana?" Solar berkata lirih. Air matanya sedari tadi mengalir deras tanpa bisa ia hentikan.
"Kak.. gue kangen lo. Ayo buka mata lo. Gue gak mau lo kek gini terus." Ucap Solar.
Ia sangat berharap, kelopak mata itu terbuka dan menampakkan bola matanya yang indah. Namun... Solar tidak tahu kapan itu akan terjadi.
Cklek
Pintu ruangan terbuka dan menampakkan sosok sang sulung ke 3.
Gempa berjalan mendekati Solar dengan membawa nampan berisi makanan dan minuman yang sudah tersusun rapi di atasnya.
"Solar." Panggil Gempa. Ia meletakkan nampan itu di atas meja kemudian duduk di kursi tunggu yang berada di sebelah Solar.
"Kak Gem.."
Gempa yang melihat Solar hendak menangis lagi pun segera mendekap tubuhnya dengan erat.
"Sttt.. jangan nangis lagi ya? Riri pasti bangun kok nanti." Ucap Gempa berusaha menenangkan Solar.
"T-tapi kapan? Solar–"
"Suutttt. Jangan ngomong apa-apa lagi ya, Kara. Tenang aja, Riri pasti bangun. Kamu inget kan kata dokter waktu itu??"
Solar mengangguk pelan.
"Nah, jadi sekarang gak usah sedih lagi ya?" Ucap Gempa.
"Sekarang mending kamu sarapan dulu. Dari pagi sampai sekarang kamu belum makan loh." Lanjutnya.
Solar memandang makanan yang berada di atas meja.
Gempa mengambil mangkuk berisi mie dan telur itu kemudian memberikannya pada Solar. Solar menerimanya karena perutnya juga terasa lapar karena sejak tadi pagi belum diisi apapun.
"Habisin ya makannya. Kakak mau berangkat dulu." Ucap Gempa kemudian melangkahkan kakinya menuju ke pintu.
Solar mengangguk sebagai jawaban. Gempa tersenyum kemudian menutup pintu.
•
•
BACKREST
"Lin ini obatnya di mana??"
"Lin ini cara ngompresnya gimana?"
"Lin lo belum makan anjirr!!"
Taufan sedari tadi sibuk mengoceh dan berlari kesana-sini mengelilingi kamar Halilintar.
Hadehh, si Taufan ini. Halilintar kan jadi tambah pusing kalo kaya ginii.
"KYAAAAAAA KECOAAAA!!" Taufan lari ngibrit buat ngehindari kecoa yang terbang.
Tapi tu kecoanya malah ngejar si Taufann. Keknya emang sengaja tu coro nakut-nakutin Taufan.
Taufan ngambil guling dan langsung mukul-mukul angin. Coronya gesit ngehindar soalnya. Jadinya Ufan cuma mukul-mukul angin.
Yang gak Ufan tau, kecoanya sekarang ada di atas kepalanya. Pas sadar, Taufan langsung sabet tu coro. Tapi coronya malah nemplok di muka Halilintar.
Taufan ngambil raket dan niat mau mukul tu kecoa. Tapi kecoanya terbang duluan dan alhasil muka Halilintar yang kena gebuk sama tu raket.
Taufan yang masih sibuk berburu tu kecoa pun ampe gak nyadar kalo dia salah pukul.
Taufan ngejar tu kecoa sambil bawa raket. Di pukul-pukul kagak kena-kena bikin Taufan naik darah.
"HUEEEE LONTOONGGG!!"
Tu kecoa gak mau kalah. Dia balik ngejar Taufan dan alhasil Taufan langsung lari ngibrit meluk Halilintar.
"LONTONG LINNN. COANYA NGEJAR GUEEEE!!!"
Halilintar menghela nafas panjang. Ia mengambil raket yang Taufan dapet entah dari mana dan langsung mukul tu kecoa.
Dan yaaa, kecoanya langsung Innalillahi gegara pukulan Halilintar:)
"Dah mati, lo bisa lepasin gue sekarang." Ucap Halilintar.
Taufan membuka matanya dan benar saja. Tu kecoa udah tepar di lantai dengan posisi telentang, bukan TelenTang yaa. Mati nanti kalo tang di telen.
"Akhirnyaaa." Taufan mengusap dadanya lega.
Halilintar ngusap wajahnya sendiri. Sakit euy kena sabet ama raketnya si Ufan tadi.
"Lo berangkat aja sana." Ucap Halilintar.
"Gak mau! Gue mau jagain lo." Jawab Taufan.
"Gue fine, gosah khawatir." Ucap Halilintar.
"Bolos lah Lii 1 hariiiiii ajaaaa. Yaaaaa???" Mohon Taufan.
"Gak, berangkat sebelum raket ini melayang ke muka lo." Halilintar mengarahkan raket itu tepat di depan wajah Taufan.
"Nyeehhhh si gledek. Sakit-sakit tetep galak." Taufan cemberut tapi dia ngikut aja omongan Halilintar.
Pas Taufan baru buka pintu. Ponsel Halilintar bunyi. Taufan cepet-cepet lari dan ngerebut ponselnya dari tangan Halilintar.
"Wihh pas banget nihhh." Taufan langsung mengangkat telepon.
"Li, lo kenapa gak masuk hari ini?" Suara Fang terdengar dari sebrang.
"Halo, Fang. Ini Upan yang paleng ganteng seduniaa. Alin hari ini gak berangkat karna lagi demam. Lo bisa tolong omongin ke guru gak?? Sekalian ijinin gue juga ke guru kalo hari ini gue gak berangkat. Moo jaga Linlinn. Okee thanks uuuuuuuuuu. Byeeeee."
"Fa–"
Tutt..
Taufan mematikan telepon.
"Gue udah bilang ke Fang. Guru juga udah ijinin kok, mungkin. Jadi sekarang boleh kann gue gak berangkat??" Taufan tersenyum genit sambil mengedipkan sebelah matanya minta di geplak.
"Hm." Jawab Halilintar malas.
"Gue mww ambil makanan sama beli obat dulu yoo! Lo sini ajaaa jangan kemana-mana!! Okeee?? Gue gak mau lo diculik Tante-tante terus dijadiin budaknya." Taufan keluar dari kamar lalu nutup pintu.
"Pikiran lo kejauhan." Ucap Halilintar.
"Hehehe, ayem soriiii." Taufan nutup pintu kamar Halilintar terus cosplay jadi Naruto– gak gak! Taufan langsung lari keluar dari rumah mau beli obat buat kulkas kesayangannya.
•
•
BACKREST

KAMU SEDANG MEMBACA
BACKREST
أدب المراهقين"Li, bahu gue selalu ada buat jadi sandaran lo. Jangan pernah ngerasa lo itu sendiri, u have me. Big brother." - ATJ Fyi, Cerita dibuat oleh 2 Author! 🙏 [Cr fanart = @.edgethund3r]