"Gue sayang sama lo, lebih dari gue sayang sama diri gue sendiri."
- ATJ
-
-
-
-
-
-
-Diruang makan, semuanya sedang berkumpul disana, Taufan menoleh kesana kemari mencari keberadaan seseorang.
Namun ia tidak menemukannya dan bertanya pada Adik pertamanya.
"Var, Iel mana? Ga dibangunin?" Taufan mendekat ke arah Gempa yang sedang mencuci piring.
"Dia sendiri yang bilang ga perlu dibangunin lagi." Ucap gempa dengan ketus.
Taufan diam, "Oh. Gitu ya?"
"Sisain punya gue ya, Gem!!" Taufan berjalan menaiki tangga dan berjalan ke kamar Kembarannya itu.
Taufan mengetuk pintu kamar Kakak kembarnya, namun tak ada jawaban dari dalam.
Yasudah, Taufan nyelonong masuk ke dalam aja, lagian pintu nya juga ga kekunci kok.
Taufan mendekat ke gumpalan selimut merah itu dan membuka nya, terlihat wajah Halilintar yang pucat dan sembab.
Taufan membatin, "Ni anak nangis semaleman?" Pikirnya.
Taufan menyentuh kening Halilintar.
"Li– duhh kening lo panas banget anjir! Demam lo?" Refleks nya.
Halilintar yang mendengar suara Taufan pun terbangun dan menyesuaikan cahaya yang masuk kedalam matanya.
"Kok bisa sampe gini sih? Udah dibilangin juga kalo nangis tuh jangan berlebihan! Pucet banget noh muka lo kek mayat!" Ocehnya.
Taufan menghela nafas sebentar, "Tunggu, gue ambil makanan dulu buat lo." Taufan beranjak keluar dari kamar dan menuju ke dapur.
•
•
BACKREST
Taufan membuka pintu kamar Halilintar sembari membawa mangkuk bubur dan segelas air, ia melihat halilintar yang sedang menatap ke arah luar jendela sambil melamun.
Taufan menghampiri nya dan menaruh gelas air nya di atas meja. Ia lalu duduk di pinggiran kasur Halilintar.
"Gempa tadi masak ayam kriuk, gue yakin lo sekarang lagi ga bisa makan begituan, jadi gue buatin bubur."
Halilintar menoleh, ia menatap Taufan sebentar lalu menatap bubur yang berada ditangan nya.
"Bisa makan sendiri atau mau gue suapin?"
Halilintar menggeleng mendengar perkataan adiknya itu, "gue bisa makan sendiri." Ucapnya pelan dan mengambil mangkuk bubur itu, memakannya, tentunya sambil melamun.
"Jangan ngelamun, gue ngga suka." Ujar Taufan tiba-tiba.
"Iya, maaf." Halilintar berusaha fokus kembali dan memakan buburnya lagi. Namun tak berselang beberapa menit Halilintar kembali berbicara.
"Fan, mereka benci gue, ya?"
"Ngga. Mereka ga benci, mereka cuma salah paham."
Halilintar hanya menatap lantai dan memakan buburnya sesekali.
"Bohong?"
"Ngga astaga, cius deh!"
Taufan tau Halilintar pasti merutuki dirinya sendiridi dalam batinnya. Taufan dapat melihat tangan Halilintar yang gemetar saat memegang bubur, efek demam.
"Gue selalu ada, kalo lo udah ga sanggup lagi nahannya, lo boleh ke kamar gue kok. Lo boleh lupain semuanya ke gue. Gue bakal dengerin semua curhatan lo, semua isi hati lo." Ucap Taufan dengan senyum yang mengembang di bibirnya.
Halilintar hanya menanggapinya dengan anggukan, tapi di dalam hatinya ia sangat bersyukur saat mendengarnya.
Taufan tersenyum dan kembali berbicara.
"Jangan kek gini, gue gak suka liat separuh jiwa gue rapuh kek gini. Ayo semangat lagi! Tunjukin kalo lo itu kuat! Buktiin ke mereka kalo lo itu gak salah." Taufan berkata dengan penuh semangat dan senyum yang tak pernah pudar dari wajahnya.
Halilintar tersenyum tipis. "Fan, kenapa lo masih aja percaya sama gue? Padahal gue yang buat Tho–"
"Shut up Lin. Ngomong lagi gue gampar lo."
"Ta–"
"Salah ya percaya sama kembaran sendiri?" Taufan bertanya sambil menatap lekat manik ruby yang tak lagi bercahaya setelah 10 tahun yang lalu.
Halilintar terdiam. Taufan melanjutkan ucapannya.
"Gue percaya sama lo, karna lo kembaran gue. Dan gue yakin kalo lo gak mungkin nyakitin apalagi mbiarin Adik-adik lo terluka. Gue tau banget kalo lo tuh sayanggg banget sama mereka kan??? Terutama Thorn."
Walau ragu, Halilintar akhirnya mengangguk.
"Awal-awal gue tau emang gue sempet kecewa, tapi ini udah takdir. Kita gak akan bisa mengubahnya." Ucap Taufan.
Halilintar terdiam dan kembali pada lamunannya.
"Fan.." Panggil Halilintar.
Taufan menjawab dengan deheman.
"Gue pengin ketemu Thorn. Gue pengin liat keadaannya." Ucap Halilintar.
Taufan terdiam beberapa saat. "Untuk sekarang mending jangan dulu deh Lin. Karna gue yakin mereka gak akan setuju. Gue gak mau kalo lo maksa dan berakhir hubungan kita semua bakalan lebih renggang." Jawab Taufan.
Benar juga, haaahhhh...
Taufan memandangi Halilintar yang sedari tadi larut dalam pikirannya.
Ia menaiki kasur dan langsung membawa Halilintar ke dalam dekapan hangatnya.
Ia memeluk Halilintar dan menaruh kepala Halilintar di bahunya sembari mengusap pelan belakang kepala sang Kakak.
Halilintar memejamkan matanya, tanpa sadar ia tersenyum kecil dan menidurkan dirinya di pelukan Taufan.
"Gue sayang sama lo, lebih dari gue sayang sama diri gue sendiri. Jangan sakit ya, Lin?" Ucap Taufan. Walau ia tahu sang empu yang ia ajak bicara telah pergi ke alam mimpi.
Taufan ikut memejamkan matanya dan tertidur dengan posisi mereka yang masih berpelukan.
•
•
BACKREST

KAMU SEDANG MEMBACA
BACKREST
Teen Fiction"Li, bahu gue selalu ada buat jadi sandaran lo. Jangan pernah ngerasa lo itu sendiri, u have me. Big brother." - ATJ Fyi, Cerita dibuat oleh 2 Author! 🙏 [Cr fanart = @.edgethund3r]