"Apa maksudnya ini, Blaze? Ice? Ka-kalian dikeluarin dari sekolah??" Taufan menatap tak percaya pada kedua adiknya itu."Maaf kak, Blaze-"
"Jelasin semuanya sekarang." suara dingin milik Gempa menyapa indra pendengaran mereka.
Blaze dan Ice pun menjelaskan tentang semua yang terjadi disekolah.
Taufan dan Gempa menghela nafas panjang saat mereka sudah selesai bercerita.
"Blaze, ngebela boleh aja. Tapi jangan sampe ada korban." ucap Gempa.
"Maaf, gue- aku kelepasan kak." hampir saja Blaze lupa jika sedang bersalah tidak boleh memanggil menggunakan 'gue' 'lo'. Kena amuk nanti bisa-bisa.
"Sekarang liat siapa yang rugi coba? Kalian sendiri kan?" ucap Taufan.
Blaze dan Ice menunduk. Takut pada kedua kakaknya saat sedang marah seperti ini.
"Nanti gue bilang ke Alin. Suruh dia jelasin ke guru biar surat pengeluaran lo dari sekolah dibatalin." ucap Taufan.
"Kak Taufan atau kak Gem kan bisa! Kenapa harus si bajingan itu!?"
Plak!
Sebuah tamparan keras mendarat di pipi kanan Blaze.
"Jaga mulut lo Blaze. Lo pikir siapa yang selama ini ngehidupi kita berdua? Alin Blaze! Gimana nasib lo? Gimana nasib kita semua kalo Alin gak mau ngebiayai kita semua hah?! Pikir lagi Blaze! Dan lo seenaknya ngomongin dia gegara masalah kemarin??! Alin gak salah Blaze, dia gak sengaja. Jangan salahin Alin atas semua yang terjadi sekarang Blaze.. gue mohon lo ngerti. Lo bukan anak kecil lagi."
Blaze terdiam begitu juga dengan Ice. Mereka merenungi semua perkataan Taufan barusan.
"Kalian masuk kamar dulu. Kita mau bicara berdua." pinta Gempa.
Blaze dan Ice mengangguk. Mereka masuk kedalam kamar dan membiarkan kakak tertua mereka untuk bicara berdua.
"Kak, gimana?" tanya Gempa.
"Kita bahas ini nanti kalo Alin udah pulang." jawab Taufan.
"Tapi gimana nanti kalo dia marah dan gak mau lagi ngurusin kita??" tanya Gempa.
"Alin ga kek gitu. Lo tenang aja. Alin pasti ga akan se-tega itu sama adiknya. Lo mandi dulu gih sana terus makan. Tadi gue sempet beli mie buat makan tapi gue udah ga laper jadi buat lo aja."
Gempa mengangguk. "Yaudah kak, Gem mandi dulu." Gempa berjalan meninggalkan Taufan yang sudah duduk di sofa.
Taufan menatap adik pertamanya itu sebelum akhirnya sang adik menghilang dari pandangannya.
"Lin, gue harap lo ga akan kecewa setelah ini." batin Taufan.
•
•
BACKREST

KAMU SEDANG MEMBACA
BACKREST
Teen Fiction"Li, bahu gue selalu ada buat jadi sandaran lo. Jangan pernah ngerasa lo itu sendiri, u have me. Big brother." - ATJ Fyi, Cerita dibuat oleh 2 Author! 🙏 [Cr fanart = @.edgethund3r]