☠︎︎☠︎︎☠︎︎☠︎︎☠︎︎
Hani menangis histeris melihat tubuh orang yang di cintainya terbujur kaku tak bernyawa. Hani berontak keluar dari persembunyiannya bersama sang anak ke-2 yang masih berada di gendongannya. ia tidak perduli apapun, yang ia inginkan hanya memeluk tubuh suaminya. Hani terisak di samping jasad Adrian. Sementara itu Aruna menangis tertahan di dalam lemari pakaiannya, ia tak percaya bahwa sang ayah sudah tak lagi bernyawa. Hani menoleh ke arah lemari itu memastikan anak pertamanya tidak mengikuti dirinya yang keluar dari tempat persembunyian, lalu ia menoleh lagi ke arah pembunuh suaminya. Orang itu terkekeh melihat Hani yang kacau karena telah kehilangan sang suami.
"Akhirnya kau keluar juga, nyonya Hani"
"Apa maksudmu Aditya? Kenapa kamu ngelakuin hal ini? Apa yang kamu inginkan, ha?" Hani semakin emosi kala tau siapa orang tersebut. Dia Aditya, mantan kekasihnya dulu.
"Kau bertanya apa yang aku inginkan? Yang aku inginkan adalah kau, Hani." Aditya menatap Hani dengan tatapan penuh kebencian dan amarah, ia mencengkram pipi Hani kuat sebelum akhirnya melanjutkan kalimatnya.
"Kau ingat dulu? Keluargamu berjanji akan merestui hubungan kita jika aku sudah memiliki pekerjaan tetap dan kau, kau juga berkata akan menungguku. Tapi apa? Kau menikah dengan Adrian dan hidup bahagia bersamanya. Jangan lupa, keluargamu juga mempermalukan keluargaku hanya karena dulu aku orang tak punya. Dan satu lagi, si sialan ini menghancurkan usaha yang sudah aku bangun susah payah." Laki laki itu menghempaskan wajah Hani begitu saja, setelahnya ia mengelus wajah Hani dengan lambut. Namun, hal itu semakin membuat Hani tersulut Emosi.
"Kau jahat Aditya, kau menghancurkan hidupku" Hani yang tersulut emosinya berteriak histeris di hadapan laki laki itu.
"Kau benar, Hani. Karnah aku tidak pernah menyebut diriku sebagai orang baik. Sebelumnya aku berniat membunuh semua bagian keluarga ini tapi aku berubah pikiran, aku memiliki penawaran bagus untukmu. Bagaimana jika kau menjadi istri ke-2 ku dan anakmu akan menjadi anakku juga, kita akan hidup bahagia bersama seperti impian kita dulu, Hani."
"Cih, aku tidak akan pernah sudi menjadi istri dari seorang pembunuh sepertimu, terlebih kau adalah orang yang membunuh suamiku. Bunuh saja aku Aditya, aku lebih memilih untuk menyusul suamiku" Hani yang kepalang emosi tidak sadar berbicara seolah menantang Aditya. Hani marah, kecewa, dan benci terhadap laki-laki di hadapannya. Laki-laki yang pernah menjadi kekasihnya malah membunuh orang yang saat ini sangat Hani cintai dan itu terjadi karena kesalahannya dan keluarganya dulu.
"Dasar perempuan bodoh, Aku berbaik hati menawarkan kehidupan yang lebih baik dan kau malah memilih mati konyol bersama sialan ini?" Aditya langsung menodongkan pistolnya ke arah Hani. "Baiklah, aku akan mengabulkan keinginanmu, sayang. Enyahlah kau bersama keparat sialan ini. Namun, sebelum itu aku ingin kau melihat anakmu ini menyusul ayahnya terlebih dahulu."
"Tidak tidak, Aditya kumohon ja....." Dor... dor... Suara tembakan itu mampu membuat Hani terbelalak tak percaya. Anaknya yang masih berusia 3 tahun meregang nyawa di pelukannya. Tangis Hani kembali terdengar, tangisannya begitu parau dan menyakitkan.
"Mengapa kau melakukan ini Aditya?"
"Ah, kau terlalu banyak bicara, sialan"
Dorr.. Dor.. Dor.. bersama suara tembakan itu suara tangis Hani sudah tak terdengar lagi. Namun tanpa mereka sadari masih ada satu orang lagi yang sedari tadi mendengar dan melihat seluruh adegan itu. Sosok itu menangis tertahan di dalam lemari tepat di samping ketiga jasad itu. Sosok itu adalah Aruna, betapa menyakitkannya melihat ketiga orang yang ia cintai mati begitu saja di depan matanya. Entah ada apa lampu di rumah itu mati kembali.
"Kita sudah bereskan mereka, ayo periksa semua kamar. Pastikan di rumah ini sudah tidak ada orang lain selain kita."
"baik boss" Aditya dan anak buahnya keluar dari kamar itu dan bergegas memeriksa semua kamar.
☠︎︎☠︎︎☠︎︎☠︎︎☠︎︎
UP LAGI NIH
JANGAN LUPA VOTE DAN TINGGALKAN JEJAK YA KAWAN.
KAMU SEDANG MEMBACA
After 22.45
Teen FictionDeluna dan Aruna, dua wajah dari satu jiwa. Masa lalu dan rasa sakit karena kehilangan keluarganya mampu merubahnya menjadi dirinya yang sekarang. Dendamnya menjadi tujuan hidupnya kali ini. Di samping itu, menjaga keluarga ke-2 nya juga menjadi pri...