# -Kembali keBandung

12 3 2
                                    


"Gas, kenapa berangkat hari ini sih? Padahal kan kita sepakatnya masih besok?" Luna memangut menunggu jawaban atas pertanyaannya.

"Gua mau keliling keliling Bandung dulu, Na. Gua juga mau ketemu sama temen masa kecil gua yang sekarang hidup di Bandung, jadi ya gua berangkat lebih awal dari rencana kita, belum lagi kita belum beli seragam dan alat sekolah kan? So, hari ini kita keliling bandung sekalian ketemu temen gua sama belanja keperluan kita biar besok satu hari full lu bisa istirahat di rumah" Jelas Bagaskara panjang lebar.

"oh gitu, yaudah lah gua ikut lu aja" Luna kembali memfokuskan dirinya pada jalanan di luar sana, nyatanya hati Luna belum siap untuk kembali hidup di kota dimana sebagian jejaknya pernah tertinggal di sana, dan kini ia pun akan mulai kembali menapakkan kakinya di bumi Pasudan.

☠︎︎☠︎︎☠︎︎☠︎︎

2 Jam mereka menyusuri jalanan hingga kini Luna dan Bagaskara sampai di bandung, Luna masih tetap sama, ia masih memfokuskan dirinya pada bangunan-bangunan dan jalan-jalan kota Bandung. Satu persatu kenangannya di kota ini datang silih berganti, hingga berhasil menciptakan senyum getir di bibirnya.

"Gas, mampir ke taman ya. Gua pengen kesana" Luna mati-matian menahan air matanya saat meminta hal tersebut agar tidak luruh di hadapan Bagaskara, karena ia tau Bagaskara tidak akan suka melihat dirinya menangis.

"Gua gak akan mampir ketempat yang akan bikin lu ingat luka dan rasa sakit lu" Bagaskara menepikan mobilnya lalu berhenti. Di tatapnya mata Luna dalam-dalam lalu Bagaskara merengkuh tubuh perempuan di sebelahnya."Na, gua udah bilang supaya jangan buru buru kembali ke sini. Mungkin bagi gua akan mudah hidup di sini karena gua gak punya kenangan apapun, tapi untuk lu? Ini akan sulit, Na, apa lu masih yakin untuk melanjutkan ini?" nyatanya Luna terlalu lemah jika itu menyangkut Bandung dan masa lalunya, dan kini air matanya sudah tumpah rumah di pelukan Bagaskara.

"Gas, gua cuma kangen, kangen segala yang pernah gua lalui di sini. Tentang mama, papa, kaizo, dan segalanya. Gua kangen mereka, Gas"

"Gapapa ayo tumpahkan semua tangisan lu disini, tumpahkan semua ke gua, tapi jangan lupa apa tujuan lu disini, oke. Ayo kuat untuk mama, papa dan kaizo."

"Untuk Bunda, ayah dan lu juga" jawab Luna seraya menghapus lelehan air matanya. "Gapapa, gua kuat dan gua bisa. Gua gak boleh lemah, iyakan, Gas."

"Iya, bocil gua kuat dan bocil gua gak akan lemah. Tenang aja gua selalu disisi lu dan selalu dukung lu" Bagaskara mengambil tangan Luna lalu di genggamnya untuk meyakinkan bahwa Luna pasti bisa mencapai apa yang sudah menjadi tujuannya. "Tidur gih, dari tadi lu liat jalanan mulu, ntar pas sampek rumah gua bangunin"

"Iya deh iya, gua tidur ya bangunin ntar, oke?"

"Iya bocil" Diusaknya rambut Luna hingga mengundang decakan marah dari sang empu, Sementara Bagaskara hanya terkekeh sebagai respon.

Tak butuh waktu lama, akhirnya mereka sampai di rumah yang sudah di siapkan sang Ayah untuk mereka berdua, Bagaskara keluar dari mobil yang sudah terparkir apik didepan pagar rumahnya.

"lumayan juga" monolognya.

Bagaskara mencoba untuk melihat lihat keadaan rumahnya hingga beberapa saat kemudian ada seorang Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak yang datang menghampirinya. "Anaknya pak Abimana, ya?" Tebaknya. Sementara Bagaskara yang tidak mengenal mereka hanya mengangguk dan menyunggingkan senyum ramah. "Kenalin, nama saya mbok Darmi, ini pak Asep, suami saya sekaligus satpam di komplek ini"

After 22.45Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang