Sore ini Luna bersama Bagaskara tengah bersantai di ruang tengah rumah, di temani beberapa cemilan dan teh. Bagaskara tengah sibuk bermain game online di hpnya sementara Luna termenung memikirkan kejadian pagi tadi di kantin sekolahnya.
"Na, nanti dinner di luar ya" Ucap Bagaskara tanpa mengalihkan fokusnya dari game di hpnya. Merasa tidak ada respon sama sekali akhirnya Bagaskara memutuskan menyudahi acara main gamenya dan menoleh ke sisi Luna. Dari tempatnya dapat Bagaskara liat Luna tengah melamun sehingga tidak menyadari ajakannya.
"Mikirin apa sih, Na" tegurnya pada Luna sambil menyikut pelan paha Luna. Luna yang tersadar sontak gelagapan menjawab pertanyaan abangnya itu.
"apa? Gak kok, gada apa apa, Gas" Jawab Luna mencoba menyembunyikan isi pikirannya.
"Masih mikirin yang tadi pagi?" imbuh Bagas sambil menoleh ringan ke arah Luna dengan iringan tangan yang mencomot cookies buatan Luna.
"Gak kok, gua gak mikirin apa apa" elak Luna berusaha menutupi kebenaran
"Gapapa juga sih kalo lu mikirin itu, wajar lu kaget karena tiba tiba setelah nih ya sekian lama lu gak ketemu dia, eh dia muncul di sekitar lu. Apalagi di tempat yang bakal sering kita datengin tiap hari" Bagaskara menjelaskan hal tersebut agar Luna tidak merasa bahwa dirinya melakukan kesalahan. Toh yang di bilang Bagaskara juga benar.
"Gua cuma kaget, Gas. 3 Tahun tanpa dia, gua gak tau gua udah sepenuhnya lepas dari dia atau belum" Jawab Luna, ia sebenarnya sudah lama bisa melepas Zeric. Namun, ia tidak menduga bahwa takdir akan membawanya kembali bertemu secepat itu.
"Ah Males ah lu malah galau galau" Ucap Bagaskara berusaha mencairkan suasana. Sementara Luna terkekeh geli melihat sikap Bagaskara yang beberapa hari ini terlihat sedikit berubah. Dari tempatnya, Bagaskara bergeser agar lebih dekat dengan Luna, di peluknya tubuh perempuan itu sambil sesekali tangannya mengelus lembut rambut Luna. "Na, jangan sering mikirin hal yang gak bikin lu happy ya. Kalo sekiranya itu bakal bikin lu sedih langsung cerita ke gua supaya gua bisa hibur lu. Ingat tujuan kita disini apa dan ingat juga, gua gak suka lu sedih atau sakit" Ungkapnya penuh ketulusan.
Luna tersenyum dalam pelukan Bagaskara. Semenjak ada di keluarga Nasution, Luna kembali merasakan kehangatan keluarga, apalagi dengan posisinya sebagai anak kedua yang di mana itu adalah posisi Adik. Jika dulu Aruna harus memeluk dan menenangkan Kaizo maka sekarang, Deluna akan di peluk dan di tenangkan Bagaskara. Ia benar benar bersyukur memiliki Bagaskara yang tidak hanya melindunginya, tapi juga selalu memastikan keadaan Luna baik baik saja. Walau tak jarang Bagaskara akan bersikap dingin dan cuek tapi ia tetap punya caranya sendiri menyayangi dan melindungi adiknya, yaitu Luna.
"Gua gapapa kok, lu gak usah khawatir. Lagipula gua selalu ingat apa tujuan kita ada di kota ini" Jawabnya Luna memberi kejelasan.
"Yaudah kalo gitu, Cio sama Arthur ngajak gua main basket, mau ikut? Sekalian jalan jalan" Tawarnya pada Luna seraya melepas pelukannya. Luna tampak berfikir sebelum memberi jawaban pada Bagaskara.
"yaudah boleh, gua siap siap dulu. tunggu bentar ya" Luna beranjak masuk ke kamar setelah menyelesaikan kalimatnya. Sementara Bagaskara, ia tersenyum melihat punggung Luna yang perlahan menghilang di balik pintu kayu dengan warnah cat coklat.
Tak butuh waktu lama, Luna kembali ke hadapan Bagaskara dengan balutan celana Jeans yang di padukan dengan kaos putih dengan tulisan SAVAGE dibalut Jaket kulit hitam hadiah dari Bagaskara beberapa bulan lalu.
"Ayok" ajaknya pada Bagaskara yang sedah asik menghabiskan cookies buatannya.
Bagaskara mengangkat kepalanya untuk melihat Luna, ia terdiam beberapa saat Luna di hadapannya sebelum akhirnya tersadar akibat jentikan jari Luna. "Eh, iya ayo. Gua ambil jaket bentar" Bagaskara bergerak cepat menuju kamarnya, mengambil jaket kesayangannya yang tergeletak di atas kasur kemudian kembali menemui Luna di ruang tengah. "Ayo, Na" ajaknya pada Luna.
KAMU SEDANG MEMBACA
After 22.45
Teen FictionDeluna dan Aruna, dua wajah dari satu jiwa. Masa lalu dan rasa sakit karena kehilangan keluarganya mampu merubahnya menjadi dirinya yang sekarang. Dendamnya menjadi tujuan hidupnya kali ini. Di samping itu, menjaga keluarga ke-2 nya juga menjadi pri...