"Na, ayo berangkat gua udah siap" Ajak Bagaskara yang sudah siap berangkat dengan tas yang sudah menempel di bahunya.
Luna yang sudah sejak tadi menunggu Bagaskara menghela nafas "Lu dari tadi di tungguin, ngapain aja sih? Lama banget. Sini sarapan dulu, gua udah siapin"
"Gak sempat, Na. Liat ini udah jam berapa. Ini hari pertama kita lho kalo sampai telat gak baik"
"Ya lu lama banget, yaudah bentar gua buatin bekal" Luna berjalan ke arah dapur, niatnya ingin membuatkan bekal untuk dirinya sendiri dan Bagaskara namun, tangannya tertahan oleh Bagaskara.
"Na, udah gak usah sarapan ya, kita bisa sarapan di kantin nanti. Lu juga udah rapi gini masa mau nyiapin bekal, ntar kotor baju lu. Udah, mending ayo kita beresin dapur abis itu kita berangkat ya" bujuknya pada Luna
Helaan nafas Luna mengudara, akhirnya mau tak mau Luna mengiyakan apa yang di inginkan Bagaskara. Luna bergegas menuju dapur, menyimpan kembali makanan yang sedari pagi ia masak. Tidak butuh waktu lama Luna kembali ke ruang tengah, menyahut tasnya yang tergeletak di sofa dan langsung berjalan keluar rumah tanpa bicara sedikitpun pada Bagaskara.
Bagaskara sendiri mengerti bahwa Luna sedang kesal pada dirinya, ia akui bahwa dirinya salah. Ia bangun telat karena semalam ia tidur terlalu larut. Bagaskara pun mengikuti Luna, ia bergegas keluar karena tidak ingin membuat adiknya menunggu lebih lama dan berakhir semakin marah padanya. Saat Bagaskara masuk ke dalam mobil, ia lihat Luna sudah duduk di kursi samping kursi pengemudi. Bagaskara buru buru masuk dan berangkat sekolah.
☠︎︎☠︎︎☠︎︎☠︎︎☠︎︎
"Na, udah dong marahnya" Bujuknya pada Luna, wajahnya penuh dengan ekspresi melas khasnya.
"Gua gak marah" Jawab Luna singkat.
"Gak marah tapi dari tadi lu cuekin gua, lu diem"
"Ya terus lu mau gua jadi barongsai gitu di sini?"
"Ya gak gitu juga tapi jangan diem juga, bukan lu banget itu"
"Udah ah, Gas. Gua gapapa lagian. Noh temen lu udah dateng" tunjuknya pada Gracio dan Arthur yang tertangkap netranya.
"Hey broo...." suara Gracio memenuhi kantin pagi ini, anak itu datang menghampiri meja Bagaskara dan Luna.
"Morning guys" kini giliran Arthur membuka suara, anak itu kini sudah duduk di sebelah kanan Bagaskara. Mulutnya sudah sibuk mengunyah gorengan yang entah sejak kapan di comotnya dari piring di tengah meja yang mereka tempati.
Siapa yang tidak mengenal Gracio Arbani Dewanggara dan Arthur Atmaja? Hampir 87% murid di sekolah BINA BANGSA ini kenal siapa mereka. Gracio adalah anak dari seorang pengusaha kaya raya dengan aset di mana mana. Ayahnya adalah salah satu donatur di sekolah BINA BANGSA. Gracio sendiri adalah kapten Basket di sekolah BINA BANGSA. begitupun Arthur, dia anak seorang Dokter terkenal dan model ternama. Tidak kalah dengan Cio, dia juga seorang anggota tim Basket. Orang orang bilang, dimana ada Cio di sana ada Arthur, begitupun sebaliknya. Mereka seperti surat dan prangko yang tidak bisa di pisahkan satu sama lain."Hey, Morning too boy" Bagaskara tersenyum seraya bertos ria dengan kedua temannya. Sementara Luna hanya menatap jengah kedatangan keduanya, lebih tepatnya kedatangan Gracio.
Luna berdiri, beranjak pergi dari tempatnya. Namun, hal tersebut berhasil mencuri perhatian ketiga lelaki di hadapannya. "Mau kemana, Na?" Pertanyaan dari Bagaskara berhasil menahan Luna untuk beberapa saat.
KAMU SEDANG MEMBACA
After 22.45
Teen FictionDeluna dan Aruna, dua wajah dari satu jiwa. Masa lalu dan rasa sakit karena kehilangan keluarganya mampu merubahnya menjadi dirinya yang sekarang. Dendamnya menjadi tujuan hidupnya kali ini. Di samping itu, menjaga keluarga ke-2 nya juga menjadi pri...