Berkebun

9 2 0
                                        

Bentuk kebahagiaan seseorang itu adalah kedamaian, ketentraman, ketenangan jiwa, biasanya orang yang sudah lanjut usia, kebanyakan dari mereka lebih suka bercocok tanam, melihat tanaman hijau di perkebunan dan persawahan, bisa menghirup udara segar selepas bangun tidur setiap harinya.

~~~~~


Sore hari, Acha melakukan kegiatan berkebun bersama Nenek tercinta dan kedua pamannya (Kiki dan Tomi), Mereka berkebun di ladang, tempat nya lumayan jauh dari rumah Nek Nara bahkan jauh juga dari perkampungan, jalan ke ladang pun harus melewati turunan yang curam, persawahan, dan menaiki jembatan di atas aliran sungai yang amat deras ketika turun hujan, Saat itu di perkebunan, sebagian lahan sudah tertanam sayuran organik, seperti sawi dan lobak,
Mereka mulai berkebun pada jam 16:00 WIB, semua yang datang di perkebunan mempunyai tugas masing-masing, Kiki bertugas mencangkul tanah supaya gembur sehingga dapat di tanami sayur mayur dan tanaman lainnya, Tomi bertugas membersihkan sampah di area kebun, dan membakarnya, luas kebun Nek Nara itu kira-kira 1000 Meter, sedangkan Acha dan Nek Nara bertugas mencabut rumput liar yang tumbuh di kebun sebelum di tanami sayuran.
"Acha mau nginep?" Tanya Nek Nara

" Enggak Ah Mak, besok bangun pagi kan Acha, bisa-bisa telat sekolah deh kalo nginep" Ucapnya sembari terus mencabuti rumput liar

"Ya udah Emak mah nanya aja, ehhh tumben itu si Via pulang sekolah ga main?" Nek Nara bertanya kembali

"Auuu dah" Jawab Acha dengan singkat.

Mereka mengerjakan tugas kembali, Paman nya Kiki selesai mencangkul dan langsung menanam biji tanaman, biasanya setelah biji tanaman itu tertanam, harus di siram dengan Air agar tertanam sempurna, pada saat Tomi kesulitan membawa air Dia pun meminta tolong kepada Acha, "Chaaaa tolong Mamang ieu, cai na loba teuing, sok bagi dua" kata Tomi,

"Oke mang" Acha pun membantunya membawakan air,
Datang juga Kiki untuk membantu kakaknya dan Acha.

Tomi dan Kiki adalah kakak ber'adik, mereka berdua anak dari Adik nya Nek Nara, (Kopral) ayahnya Kopral yang pergi sejak setahun lalu ntah kemana, membuat Tomi dan Kiki kehilangan sosok ayah, mereka hanya tinggal bersama Ibunya (Diah), Diah hanya seorang Tukang Cuci Gosok di kampung itu, upah nya yang tidak seberapa membuatnya tidak dapat menyekolahkan Tomi dan Adiknya (Kiki), keadaan mereka berdua yang memprihatinkan membuat Nek Nara merasa kasihan, untuk memberinya uang jajan Nek Nara pasti akan menyuruh nya berkebun sesekali waktu.

"Kiiii ges jam baraha?" Teriak Nek Nara yang jaraknya sampai 100 meter

"Oyyyy... kerek jam 5 Mak" Sahut Kiki

"Gera buruan, bisi kamagriban urang" Teriak Nek Nara kembali, sambil terus menanam sayuran.

Dari Arah sebarang sawah terlihat Via, berjalan perlahan di pinggiran sawah, kemudian teriak "Achaaaaa" Via melambaikan tangannya,

Mereka semua melihat ke Arah Via "dihh si pea, ngapain kesini dia, kita udah mau balik" celetuk Acha

"Kangen mereun" celetuk Kiki

Via menghampiri Acha, nafasnya tersengal-sengal, "gue lari tadi pas turunan, takut banget sepi" ,

"Ngapain sih lu kesini" ucap Acha yang memegang butiran biji sayuran dan melemparkannya ke Via,

"Kata Ibu sama Bibi lu disini, jadi gua nyusul, gue bete sama bokap, minta HP ga boleh" Gerutu Via

Nek Narapun menghampiri mereka, tersenyum dari kejauhan melihat Cucunya amat bahagia, Nek Nara sangat menyayangi Acha, dari Semua Cucu dan Keponakan hanya Acha yang dia sangat sayangi, Nek Nara adalah panutan dari keluarga besarnya, semenjak menikah dengan ABBA (suaminya) yang berkebangsaan Arab itu membuat kehidupannya kian memuncak, meski berkecukupan Nek Nara sangat sederhana, jiwa dermawannya terlihat ketika sering kali berbagi terhadap anak yatim, tetangga dan tidak lupa juga saudaranya. Wan Abba jarang sekali pulang ke kampung, dia bekerja sebagai pembisnis, Wan Abba bisnis jual beli tanah di Surabaya bersama pembisnis Arab lainnya, Wan Abba pulang hanya per tiga bulan sekali ke kampungnya.

"Via ngapain nyusuk udah mau balik ini kita" ucap Nek Nara
"Via bete mak" Via Cemberut, terlihat mukanya sangat kusut,

Via pun membantu Acha menanam bebijian, tinggal beberapa meter lagi yang belum tertanam dan di siram,
Setelah semuanya selesai tertanam Kiki dan Tomi melanjutkan menyiram, dan segera membereskan peralatan seperti cangkul, pisau, dll yang harus di bawa pulang, karena hari sudah mulai gelap, sebentar lagi Adzan Magrib berkumandang.

Mereka pun pulang, berjalan melewati pematang sawah, Acha dan Via berjalan melompat, "awas jatohhh, mau magrib, jalan yang bener" kata Nek Nara memberi peringatan untuk mereka berdua, tapi Acha dan Via terus berloncat di antara pematang sawah hingga mereka berdua terpeleset dan jatuh ke dalam sawah yang berlumur lumpur,
GUBRAKK
"Aduhhhhhhh" -Acha-
Via mendorong Acha "ihh elu sih"
"Nah kan rasain, susah di bilangin sih" -Nek Nara-
"Hahahhaaa" Tomi dan Kiki tertawa lepas
Kiki menarik tangan Acha menolong Acha dan Via yang terjeblos di sawah, "ahh mamang mah malah seserian" ucap Acha yang berlumur dengan lumpur sawah itu,
"Gara-gara si Via juga ini, loncat-loncatan" urainya menyalakan Via, Via pun menoyor Acha dengan tangannya yang penuh lumpur "enak aja gue setan",
"Udah-udah, berdua salah, udh di kasih tau mau magrib hahalaeun nyaho teu" sentak Nek Nara pada mereka berdua,
Mereka pun melanjutkan perjalanannya untuk pulang ke rumah, karena seluruh baju Via penuh lumpur, Via mampir ke rumah Nek Nara untuk mandi dan ganti baju, untuk sementara pinjam baju Acha, selesai ganti baju Via terdiam, "Via, makan dulu" Nek Nara mengajak Via untuk makan bersama terlebih dahulu karena masih magrib, Via tidak di bolehkan dulu untuk pulang ke rumahnya, "iya mak" jawab Via ragu,
"Udah yuk" ajak Acha ke Via,
Sebenarnya Via takut orangtuanya mencari, Via marah kepada Pak Bimo, untuk pergi main ke rumah Acha dia tidak bilang. "Cha gue bingung, gue balik aja deh ya, tar nyokap sm bokap gue nyap-nyap, gue kan tadi habis ngambek" Via cemberut, "lah ngambek kenapa?" Tanya Acha, Via pun terdiam, yang ada dalam fikirannya Acha akan meledeknya jika Ia cerita bahwa Pak Bimo tidak membolehkan Via untuk menggunakan HP, "ehh malah bengong" Acha menepuk lengan Via, "lu kenapa?" Tanya Acha kembali,
Via pun cengengesan "ihh kepo lu ah"
"Dih ga jelas lu ayo makan dulu ahh" Ajak Via,
Lalu Via pun mengikuti ajakan Via dan Nek Nara untuk makan bersama mereka, selepas makan bersama Via pulang ke rumahnya dalam keadaan kenyang, perutnya sudah terisi penuh.

The First My Friends Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang