part 1.

346 19 3
                                        

°°°

Happy Reading 📖.

BRAKKK

Suara gebrakan menggema di tiap sudut ruangan.

"NO!! Aku gak mau di jodohin. Aku bisa mencari kekasihku sendiri"

Seorang lelaki berdiri dari duduknya, menggebrak meja makan. Membuat kedua orang tuanya tersentak kaget. Ia menatap kedua orang tuanya dengan tatapan tajam.

"Siapa yang mengajarkanmu membantah, Arziel?"

Suara dingin itu keluar dari seorang pria paruh baya namun masih keliatan sangat tampan, yang mampu membuat para janda di luar sana langsung pada tergila gila.

"Terserah. Batalin perjodohan sialan itu, atau Ziel pergi dari rumah dan tidak akan kembali lagi" final Arizel.

Di dalam hatinya ia sudah berharap, bahwa sang ayah mau membatalkan perjodohan tersebut. Namun, usaha Arziel sia sia.

"Kalo mau pergi. Silakan"

"Tapi...... Emangnya kamu bisa tanpa kami?" ujar sang ayah remeh, mengangkat sebelah alisnya.

Mahendra atau ayahnya Arizel, menatap kearah putra semata wayangnya, tangannya memegang kopi dan sesekali menyeruputnya.

Mendengar perkataan Mahendra, tentunya membuat sang anak semakin kesal, bahkan tangannya saja sekarang sudah terkepal sempurna.

Ini adalah salah satu yang ia benci, Di jodohkan!!

Salah satu harapannya sekarang hanya ada di sang bunda. Ia menatap bundanya penuh harap.

"Yang di bilang Daddy kamu bener. Jadi ada baiknya kalo Kana menerima saja perjodohan itu"

Wajah yang awalnya menunjukkan ekspresi penuh harap ke sang bunda, langsung murung. Sama aja, ia mengira kalo bundanya bakal jadi penyelamat, namun nyatanya tidak.

"Ooh, gitu. Oke Ziel bakal pergi dari rumah ini!!"

Memukul meja pelan, Arziel meraih ponselnya lalu ia berdiri dan menatap kedua orang tuanya tanpa ekspresi.

Mengangkat ujung bibirnya, Mahendra menopangkan dagu di tautan tangannya, "Silakan. Tapi black card sama kunci mobil, Daddy sita"

Tentunya perkataan Mahendra, membuat langkah Arziel terhenti. berbalik menatap ayahnya datar. Tanpa pikir panjang Arziel mengambil kunci mobil dan dompetnya.

Meletakkan black card dan kunci mobil di hadapan Mahendra, ia lantas pergi begitu saja tanpa sepatah katapun.

Melihat punggung Arziel sudah tidak kelihatan, Mahendra menghela nafas panjang, memijat pelipis pusing.

"Huhh!! Kenapa anak itu begitu keras kepala" gumam Mahendra.

Tiana as Bundanya Arziel, menatap punggung putranya yang perlahan menghilang.

"Kana gak beneran pergi kan?" Menoleh kearah sang suami, dapat di lihat raut wajah khawatirnya. Ekor mata milik Mahendra perlahan bergerak melirik istrinya.

"Gak mungkin. Palingan besok udah kembali" sahut Mahendra langsung beranjak dari sana.

"Aku harap juga begitu" lirih Tiana ikut berdiri dan berjalan keluar dari ruangan makan.

°°°

Dengan perasaan kesal Arziel terus melangkahkan kaki mungilnya, entah kemana. Jalanan sudah sepi, karena hari sudah bisa di bilang malam.

C A L Y P S H O Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang