part 7

150 16 1
                                        

°°°

Happy Reading 📖


Di pagi hari yang cerah tepatnya di tengah lapangan yang luasnya bukan main, para murid sudah berbaris rapi. Mereka sedang melakukan upacara bendera karena hari ini adalah hari senin dan hal itu sudah menjadi kewajiban mereka sebagai murid.

Dari sekian banyaknya murid yang sedang berbaris salah satunya adalah Arziel, ia sejak tadi misuh misuh gak jelas mengayunkan tangannya.

"Zel, lu kenapa?" bisik Satria yang kebetulan dapat barisan di samping Arziel

"Kesel, masa gw di tatap sampai segitunya sama dua orang disana"

Menunjuk dengan telunjuknya yang mengarah pada dua gadis yang langsung memalingkan wajahnya kearah lain saat melihat Arziel menujuk kearahnya.

"Ohh itu Karina sama Gissela"

"Gw gak nanya namanya" Ziel mendelik males.

"Abaikan aja, mending lo Fokus ke depan"

"Gak bisa njing, gak nyaman gw di tatap terus"

Gimana mau nyaman orang mereka natapnya seperti mengintai musuh, menarik nafas pelan Arziel menenangkan dirinya.

Males mendengarkan ocehan kepala sekolah yang sedang memberikan amanat, Arziel berjongkok diantara murid murid lainnya. Karena tubuhnya yang tidak terlalu pendek dan tidak terlalu tinggi itu jadinya ia mendapatkan barisan di tengah tengah.

"Ughh, kapan selesainya sihh" dumelnya bosenn, kakinya udah lemes seperti jelly.

"Shhht, berdiri oyy. Pak kepseknya natap sini"

Salah seorang murid berbisik dari arah belakang Arziel, gak ada tenaga buat marah karena menganggunya, ia memilih berdiri. 

°°°

Upacara pun usai, para murid seketika berhamburan kesana kemari membuat suasana menjadi riuh. Di tengah tengah keriuhan itu Arziel celingak celinguk seperti anak yang kehilangan ibunya di pasar.

"Nyari apaan, zel?" tanya Satria muncul di samping Arziel.

Menoleh cepat, Arziel mendengus kesal menatap sahabatnya.

"Nyari monyet" cibir Arziel

"Oh" Satria hanya beroh ria

Tidak tahu kah si Satria kalo yang di bilang monyet itu adalah dirinya?

"Zel, kantin yok" ajak Satria memelas

"Yoklah haus gw"

Tumbenan si Arziel gak nolak ajakannya Satria, biasanya mah nolak sampai Satria mengeluarkan jurus rahasianya.

"Tumben, biasanya juga nolak"

Melipatkan tangannya didepan dada, Satria menatap sahabatnya penuh selidik.

Menghela nafas lelah, "Jadi gak? Pegel kaki gw berdiri dari tadi"

Merotasikan bola matanya males, Arziel berjalan mendahului lelaki yang bisa di bilang lebih pendek beberapa inci dari dirinya. Satria yang di tinggal berlari kecil menyusul Ziel kemudian berjalan Beriringan.

C A L Y P S H O Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang