Matahari pagi mulai bersinar saat suara alarm memecah kesunyian dalam sebuah kamar apartemen. Terlihat jemari lentik Sekar keluar dari balik selimut meraba nakas yang berada di samping tempat tidurnya mencoba meraih dan mematikan sumber suara yang sudah menarik paksa Sekar dari alam mimpinya.
Sekar mulai bangkit dari tidurnya namun masih duduk di atas kasur mengumpulkan nyawa yang belum sepenuhnya masuk ke dalam raga, mulai merenggangkan badan. Dia berjalan untuk membuka tirai jendela kamarnya membiarkan sinar mentari pagi masuk menerangi ruangan favoritnya itu.
Sekar keluar dari kamarnya menuju dapur untuk mengambil air mineral. Sudah menjadi kebiasaan seorang Sekar untuk meminum segelas air mineral setelah bangun tidur sebelum dia memulai rutinitas pagi hari nya.
Kini Sekar sedang berdiri di depan cermin untuk melihat tampilan dirinya sebelum dia berangkat menuju tempatnya bekerja. Seperti biasa outfit yang dia gunakan sangat casual untuk seorang pekerja kantoran. Outfitnya celana jeans hitam dengan atasan kaos dibalut dengan sweater hoodie berwarna hitam, tak lupa dia juga menggantungkan id card kantornya yang bertuliskan G. Sekar A. Atmadja disertai dengan foto dirinya. Setelah dirasa cukup rapih Sekar meraih tas punggungnya lalu sekali lagi melihat ke cermin dan berkata "Semangat saatnya menghadapi kenyataan hidup".
Dia lalu keluar dari ruang apartemennya turun menuju tempat parkir motor bersiap menembus padatnya jalanan ibukota di senin pagi ini.
Dan kesialan pertamanya pun di mulai,, beberapa kali dia mencoba starter motornya tapi tetap saja motor itu tak mau menyala, entah apa yang salah dengan motornya itu hingga tak bisa menyala. Akhirnya dia menyerah lalu memutuskan untuk menggunakan mobil, walaupun dia sangat enggan,, sudah terbayang di benaknya kemacetan yang akan dia hadapi nanti. Tapi menggunakan mobil tetap lebih cepat dibanding dia harus menggunakan kendaraan umum.
Sementara itu di sebuah rumah mewah terlihat seorang pria paruh baya dan seorang gadis muda sedang duduk di ruang makan. Pria itu sedang membaca sebuah berita di tablet yang ada di tangannya. Pria itu seperti sedang menahan emosi dan amarahnya sedangkan gadis muda yang ada dihadapannya hanya terdiam dan menunduk, ada raut ketakutan di wajah gadis itu."Apa lagi ini Gracia?" suara pria itu meninggi memecah heningnya ruang makan itu sambil menunjukan artikel yang tadi dibacanya pada gadis dihadapannya.
Ya gadis itu adalah Shania Gracia Hanandjaja seorang selebriti papan atas ibukota. Dan pria yang sedang memarahinya itu adalah ayahnya William Hanandjaja, seorang pengusaha pemilik Hanandjaja Group yang masuk dalam jajaran pengusaha terkaya di asia.
"Tenang dulu pih, gre bisa jelasin semuanya, itu gak kayak papi bayangin. Gre gak ada hubungan apapun sama orang yang ada di artikel itu pih, gre sama dia cum.."- gracia
Belum selesai Gracia bicara papi nya langsung memotong.
"Gracia tidak akan ada asap kalo tidak ada api. Sudah papi gak mau dengar lagi alasan kamu."
"Pokoknya papi mau ini adalah skandal terakhir yang kamu buat"
"Kalo sampai ada skandal seperti ini lagi,, suka tidak suka, mau tidak mau kamu papi minta berhenti dari dunia artis kamu itu, kamu lanjutkan usaha papi dan kamu akan papi carikan jodoh"
Mendengar ucapan papinya sontak Gracia menjawab
"Gak bisa gitu dong pih,, dunia artis ini kan cita-cita gre pih, lagian gre juga gak paham dunia bisnis pih, emang papi mau bisnis papi jadi bangkrut karna aku yang pegang,, nggak kan pih,, trus juga gre masih muda ngapain papi cariin jodoh, gre bisa cari sendiri pih"
Mendenga jawaban anaknya membuat William makin emosi
" Apa kamu bilang, kamu masih muda dan bisa cari jodoh sendiri, mana buktinya sampai di umur kamu yang sudah 27 tahun ini ada pernah kamu kenalkan pasangan kamu sama papi? Nggak kan,, yang ada cuma orang-orang gak jelas yang bikin skandal sama kamu"
" Tapi kan pih..." Gracia masih ingin mendebat papinya, tapi langsung di potong oleh William
"Cukup Gracia, keputusan papi sudah final dan tidak bisa dibantah lagi, dan harus kamu ingat apa pun yang kamu lakukan di luar sana baik buruknya akan berimbas pada bisnis keluarga kita"
Setelah mengucapkan kalimat terakhirnya William menarik napas dalam lalu beranjak meninggalkan Gracia yang masih duduk terpaku.
Sambil berjalan William berkata pada dirinya sendiri yang masih bisa didengar Gracia
"Mih kenapa kita punya anak 1 aja bikin stres gini, rasa-rasanya papi pengen nyusul mami aja ke surga"
Rusak sudah mood Gracia pagi ini, hari ini seharus nya Gracia bisa bersantai dirumah menikmati hari liburnya karena hari ini dia memang tidak ada kegiatan shooting atau photoshoot.
Berhubung pagi-pagi sudah mendapat wejangan alias murka dari sang papi membuat Gracia ingin cepat-cepat keluar rumah. Tapi Gracia sendiri bingung mau kemana di lihatnya jam masih menunjukan pukul 8 pagi.
"Mau keluar kemana coba masih jam segini, arrghh bodo deh yang penting keluar rumah dulu aja"
Gracia lalu beranjak dari ruang makan menuju kamarnya untuk mandi dan bersiap-siap agar bisa segera keluar rumah untuk menghilangkan suntuknya.
Tbc...
Segini dulu ya kawan..
Maapkan kl bertele-tele
Harap maklum masih belajar😁
KAMU SEDANG MEMBACA
CONTRACT OF LOVE
FanfictionKarya pertama jadi mohon permaklumannya.. Cerita mengandung GxG