Selamat Membaca
"Samael?"
Zoi terperangah melihat ke arah balkon kamarnya, seorang pria berjubah hitam telah berdiri di sana. Walau tertutup jubah besar yang terlintas dalam benak wanita itu adalah punggung lebar dan gagah Samael ketika mandi di danau.
"Apa yang kupikirkan!" Zoi langsung menutup wajah dengan kedua tangan, geleng kepala untuk mengusir pikiran-pikiran itu.
"Kenapa dia datang ke Elferia di pagi begini?" Zoi bertanya-tanya, turun dari ranjang dan menghampiri Samael.
"Apa tidak ada kabar buruk di Elferia?" Tahu bahwa Zoi sudah ada di belakang, Samael memutar tubuh dan menatap lekat Zoi yang masih mengenakan piyama chemise dress dengan tali tipis di bahu.
"Pertanyaan macam apa itu?" Zoi bersedekap dada.
Samael diam, manik kelamnya menatap penuh pada Zoi sebelum tangan pucat rampingnya yang sangat dingin menarik jubah chemise dress tipis Zoi untuk menutupi bahu yang terekspos.
"Berarti makhluk itu mencari wadah untuk jiwanya." Samael berkata tanpa mengalihkan pandang pada mata hijau cerah wanita di depannya.
Zoi merasa jantungnya berhenti berdetak sejenak. Rasa dingin dari ujung jemari Samael begitu hampa sampai buat bergidik, tapi anehnya dia tidak bisa mengeluh karena terlalu takut ketika Samael menatapnya dengan dingin saat ini.
"Makhluk itu pasti berkeliaran tidak jauh dari Sangria." Zoi buru-buru memutuskan kontak mata.
Samael diam sejenak, tahu bahwa perbuatannya kembali membuat tidak nyaman, ia menarik diri dan memandang jauh ke depan. Ruh Saires tidak membuat masalah lagi, bisa jadi tengah merencanakan sesuatu yang lebih besar dan berbahaya oleh karena itu, sulit bagi Samael untuk mengetahui jejak Saires.
"Aku ingin menjelajahi Elferia," ucap Samael.
"lalu?"
Samael melirik Zoi. "Aku butuh sesuatu agar mudah masuk ke setiap wilayah. Kehadiranku pasti akan membuat bangsa peri mengira aku adalah bahaya yang mengancam mereka."
Zoi diam sejenak lalu berlari kecil membuka laci, meraih sebuah plakat kayu dan diserahkan pada Samael. "Kau bisa menggunakan ini."
Samael angguk kepala, disimpan pada balik jubah kemudian hendak berkelebat dari sana namun sebelum itu dia berdiri di pagar balkon sambil memandangi Zoi dari atas sampai bawah dan berujar, "Lain kali perhatikanlah penampilanmu ketika kita bertemu."
"Kenapa?"
Zoi mengerutkan dahi. Memang apa yang aneh dengan tampilannya? Dia mengenakan baju tidur biasa, ah, seolah tersadar Zoi langsung merapatkan jubah chemise-nya yang tipis. Itu sangat terbuka, tapi bukan salahnya karena Samael datang dari arah balkon bukan dari pintu utama kamar jadi dia tidak bisa berganti pakaian yang lebih tertutup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Samael: Love Beyond Death
RomanceSamael tidak akan pernah memahami apa arti kehidupan, ia berpikir sebagai malaikat kematian tugasnya adalah mencabut nyawa, kemudian menuntun ruh-ruh untuk melewati serangkaian tahap setelah sampai di akhirat. Memahami kehidupan dan keindahan di bal...