SELAMAT MEMBACA
"Rasanya seperti musim panas. Hangat dan nyaman. Jadi aku ingin kau menyentuhku secara menyeluruh."
Samael tahu bahwa perkataannya terdengar kurang ajar tapi, dia tidak bisa menahan diri dari sensasi nyaman nan hangat sentuhan Zoi. Berbeda dari makhluk hidup yang pernah tersentuh olehnya, Zoi memiliki aliran energi membuai dan tidak membuatnya mual atau pusing.
Ketika menyadari bahwa raut wajah segar wanita itu memucat, Samael mendesah pelan dan menarik diri untuk menjauh. Dia berdiri tegap sambil menatap lekat Zoi yang masih termenung di posisi awal.
"Lupakan apa yang baru saja kukatakan. Besok aku akan mencoba manfaat dari energi yang kau berikan."
Sudut mata Zoi berkedut lalu memandang Samael dengan ekspresi menahan kesal. Rasanya ia ingin menjerit di depan wajah malaikat itu 'Apakah kau pikir aku bisa melupakannya begitu saja!' namun belum sempat mewujudkan niat, malaikat itu hilang seenaknya. Benar-benar semau sendiri setelah membuatnya kacau begini! pikir Zoi.
Zoi mensugesti bahwa kejadian tadi tak pernah ada sehingga dia bisa tidur lelap, tapi semua tidak sesuai harapan. Malam dilalui tanpa ketenangan sama sekali, dia sudah mencari posisi nyaman di atas kasur berkali-kali hingga sprei jadi kusut tapi matanya tetap terjaga, perasaannya was-was karena bisa saja Samael muncul secara tak wajar dan mengatakan hal aneh lagi membuatnya gelisah sepanjang malam.
"Apa semalam terjadi sesuatu?"
Davidian telah menunggu di pelataran dan mendapati Zoi keluar dengan tampang lesu.
Saat Davidian berkomentar setelah melihat mata hijau Zoi yang tampak lelah dan sayu, wanita itu mendesah panjang sambil memijit pelipis, kepalanya jadi berdenyut mengingat kejadian semalam.
"Tidak ada." Zoi menjawab dan segera menempatkan bokongnya pad sadel.
Seekor kuda putih gagah akan menjadi tunggangan Zoi menuju Hyfos. Kuda kuno berumur panjang itu bereaksi ketika Zoi mengusap lehernya, ekor putihnya yang tebal dan panjang mengibas riang sebelum mulai menempuh jarak belasan kilometer menuju Hyfos.
Sesekali mata Zoi melirik iri pada Davidian yang terbang rendah tak jauh di belakangnya. Kalau saja dia memiliki sayap seperti peri umumnya, tidak perlu merepotkan kuda kuno untuk sampai ke Hyfos. Sayang sekali ia harus menelan kenyataan pahit bahwa tidak terlahir dengan sepasang sayap.
Zoi mengembuskan napas pelan sambil geleng-geleng kepala. Seharusnya dia bersyukur untuk hal-hal berlimpah yang telah dikaruniai padanya. Belum selesai untuk menyudahi pemikiran tentang sepasang sayap, kuda mengikik keras sambil mengangkat dua kaki depan sehingga Zoi memegang kuat tali kendali Kuda.
Apa yang terjadi? Zoi bertanya-tanya sambil menenangkan kuda, saat itu pula dia mendapati pemuda berambut merah tersungkur di depan jalan dengan wajah penuh luka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Samael: Love Beyond Death
RomanceSamael tidak akan pernah memahami apa arti kehidupan, ia berpikir sebagai malaikat kematian tugasnya adalah mencabut nyawa, kemudian menuntun ruh-ruh untuk melewati serangkaian tahap setelah sampai di akhirat. Memahami kehidupan dan keindahan di bal...