Sudah tiga tahun Jasmine tidak pernah lagi bertemu dengan Kaivan, hanya mendapatkan kabarnya sesekali saja melalui Damian. Meski begitu, rasa suka Jasmine kepada Kaivan tidaklah pudar.
Hari ini hari yang di tunggu - tunggu dimana nilai hasil ujian Jasmine keluar, ia sudah sangat tidak sabar melihat nilainya. Ia sangat percaya diri nilainya cukup untuk masuk ke perguruan tinggi kota Matahari. Universitas yang sama dengan tempat kuliah Kaivan. Jasmine sangat ingin kuliah di sana karena ingin dekat dengan Kaivan, pasalnya ia mendengar kabar Kaivan bekerja di salah satu perusahaan game yang ada di Kota Matahari.
Di bawah teriknya sinar matahari, Jasmine menyeret kakinya yang lemah tidak berdaya. Ia pulang dari sekolah dengan wajah yang murung dan tak bersemangat.
Jasmine mendorong pagar besi yang tingginya sama dengan dirinya, melewati taman kecil rumahnya yang banyak bunga bermekaran. Ia kemudian merogoh kunci rumah dari tasnya, membukanya perlahan.
"Kejutannnnnnn!!!!"
Julia membawa sebuah kue dan Edward menumpahkan petasan semburan kertas ke arah Jasmine, keduanya tersenyum antusias menyambut kedatangan Jasmine.
Jasmine tak bereaksi apapun, wajahnya murung menatap kedua orang tuanya secara bergantian. Tak lama air mata yang sejak tadi tertahan akhirnya meluap juga.
Hwaaa.. hiks hiks hiks
Julia dan Edward kebingungan, kenapa putrinya tiba - tiba menangis. "Ada apa? Apa yang terjadi?" Tanya Julia panik.
"Katakan pada kami!" Edward juga ikut mendesak.
Baru saja Julia meletakkan kue yang ia pegang agar bisa merangkul putrinya, namun Jasmine malah berlari ke kamarnya yang ada di lantai dua.
Selembar kertas terjatuh di depan anak tangga pertama dari saku jaket Jasmine, Julia yang mengetahuinya langsung memungutnya. Ia membacanya perlahan bersama Edward.
"Nilainya cukup bagus, kenapa dia menangis?" Tanya Edward bingung.
"Dulu dia pernah berkata ingin kuliah di Universitas Matahari, apa mungkin nilainya tidak cukup?"
"Tidak mungkin!" Edward membantahnya. "Dulu nilai Damian bahkan jauh di bawah nilai Jasmine tapi dia bisa masuk."
Julia kesal memukul lengan Edward yang masih kekar itu. "Jangan bandingkan dengan dulu, lagi pula sudah berapa tahun Damian lulus SMA. Semakin tahun kualifikasi nilai semakin tinggi."
Edward mengangguk paham. "Baiklah aku akan bujuk dia dulu!"
Julia menahannya. "Biarkan dia tenang dulu!" Cegahnya. "Lebih baik kau hubungi Damian tanyakan padanya."
Meskipun latar belakang pendidikan Julia dan Edward tidak terlalu bagus, mereka sangat peduli dengan pendidikan putra dan putrinya. Mereka tak segan mendaftarkan les tambahan untuk Jasmine dan Damian agar mendapatkan nilai yang cukup baik.
Julia dan Edward memiliki bisnis kecil, mereka menjual barang - barang khas daerah dan menjualnya ke luar negeri, sehingga mereka jarang berada di rumah karena mereka turun langsung sendiri untuk mencari barang tersebut. Penjualan mereka tidak selalu bagus, ada pasang dan surutnya. Sehingga mereka lebih sering berada di rumah untuk memperhatikan putra dan putrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DI MULAI UNTUK DI AKHIRI
RomanceJasmine 15 tahun jatuh cinta dengan teman kakak laki - lakinya yang usianya 22 tahun, Kaivan. Karena kelembutan hati dan perhatian Kaivan membuatnya jatuh hati saat pertama kali bertemu. Jasmine dewasa rela berjuang di ibu kota hanya untuk mengejar...