[𝟟] 𝓚𝓾𝓻𝓪𝓷𝓰 𝓟𝓮𝓴𝓪

65 7 0
                                    

Karena kaki Jasmine yang masih sakit, Kaivan tidak tega melihatnya berangkat ke kampus dengan bus umum. Sebenarnya uangnya sangat pas - pasan untuk hidup sampai gajian bulan berikutnya, bahkan ia belum mendapatkan uang untuk membayar sewa apartemen besok. Namun Kaivan mengusahakan untuk mengantarkan Jasmine dengan taksi.

"Kenapa kita naik taksi kak?" Tanya Jasmine.

"Kakimu sedang sakit, tidak mungkin kan harus berdesak - desakan dengan orang banyak yang ada kakimu akan tambah cidera."

Jasmine mengangguk paham, tapi ia sebenarnya tidak tega dengan Kaivan. Tahu keuangannya sedang tidak baik -  baik saja, ongkos naik taksi pun lumayan. Semalam saja ia memilih jalan kaki dari pada naik taksi demi menghemat.

Kaivan memapah Jasmine turun dari mobil, sebenarnya Jasmine menolaknya karena takut Kaivan terlambat datang ke perusahaan namun Kaivan tetap memaksa.

"Sampai di sini saja kak," Jasmine meminta Kaivan kembali hanya sampai di depan gerbang kampus.

"Tapi kakimu masih sakit, biar ki bantu sampai depan gedung." Kaivan kembali membujuk.

"Biar aku saja!" Laura yang baru saja tiba. "Biar Jasmine masuk bersamaku."

"Terima kasih temannya Jasmine, bantu aku menjaganya."

"Baik kakak, aku pasti akan menjaganya dengan baik." Laura sambil mengacungkan jempolnya.

Sebelum Kaivan pergi, Jasmine diam - diam memasukkan beberapa lembar uang ke saku jaket Kaivan. Ia merasa tidak enak hati jika Kaivan harus menanggung ongkos taksi tersebut.

Laura menggantikan Kaivan memapah Jasmine masuk ke gedung kampus, tak berhenti tersenyum. "Aku tidak menyangka kakak tua itu sangat perhatian padamu."

Jasmine memutar bola mata malas. "Berhentilah menggodaku."

Laura terkekeh dibuatnya. "Sungguh, aku sangat iri padamu. Orang yang kau sukai memberi respon baik padamu, aku yakin dia sebenarnya juga memiliki perasaan yang sama padamu."

"Aku tidak yakin."

"Coba pikirkan baik - baik, laki - laki jika bersikap baik dan perhatian dengan perempuan pasti dia memiliki rasa." Laura kembali meyakinkan.

"Tapi aku benar - benat tidak yakin," Jasmine nampak tidak percaya diri. "Aku ragu, dia berbuat seperti ini mungkin karena aku adik sahabatnya."

"Dengarkan aku!" Laura menghentikan langkahnya, memegang kedua bahu Jasmine. Berdiri saling berhadapan dan bertatapan satu sama lain. "Tidak ada yang se perhatian itu dengan adik sahabatnya, hanya dia. Aku tetap yakin dia memiliki perasaan padamu, hanya saja mungkin dia belum sadar."

"Sungguh?"

"Jika kau tidak yakin, kau bisa membuktikannya."

"Bagaimana caranya?"

Laura tersenyum licik. "Nanti akan ku beri tahu."

Semalam, sebelum tidur Jasmine menelpon Laura. Ia menceritakan kejadiannya semalam sewaktu Kaivan mengendong dan khawatir padanya. Jadi wajar saja jika Laura sangat gigih dan penuh percaya diri jika Kaivan juga memiliki perasaan yang sama pada Jasmine. Mengingat pengalamannya dekat dan berkencan dengan pria sudah lumayan banyak.

DI MULAI UNTUK DI AKHIRITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang