Hari ini pertama kalinya Jasmine bekerja, setelah pulang kuliah ia langsung pergi ke perusahaannya untuk mengambil seragam dan motor listrik. Ia diterima bekerja sebagai pengantar makanan. Jasmine memulainya saat sore hari hingga malam sekitar pukul 9 malam.
Tidak ada kendala apapun saat memulai pekerjaan ini karena ia tidak banyak berinteraksi dengan staff lain, ia juga bisa mengendarai motor listrik.
Pengguna aplikasi untuk memesan makanan cukup banyak, sehingga baru sekitar satu jam ia bekerja sudah mengantarkan makanan ke 5 pelanggan. Selama ini ia juga masih belum menemukan kendala, Jasmine malah justru senang. Ini pengalaman yang sangat mengasyikan baginya.
Langit semakin gelap, lalu lintas juga semakin ramai bertepatan dengan jam pulang kerja. Pesanan Jasmine juga semakin membludak, karena jika semakin cepat menyelesaikan atau mengantarkan pesanan maka pesanan berikutnya akan segera di terima.
Jasmine juga sudah semakin agak kelelahan, ia menepi sebentar untuk minum namun seorang pengendara mobil menabraknya dari belakang. Membuatnya terjatuh, tertindih motor listrik dan makanan yang ia bawa pun ikut terjatuh.
Pengendara itu sudah tak muda lagi, laki - laki berwajah sangar, tubuh gemuk dan badan penuh dengan tato. Ia keluar dari mobil mengecek bodi mobilnya bagian depan yang ia gunakan untuk menabrak Jasmine.
Laki - laki itu mengusap dan meratapi mobilnya, bahkan tak peduli dengan Jasmine yang susah payah bangun sendirian dan mengangkat motor listriknya.
"Apa kau buta!" Maki laki - laki tersebut. "Tidak melihat mobil sebesar ini."
"Kenapa kau marah padaku?" Kesal Jasmine. "Seharusnya aku yang marah padamu, kau yang menabrak hingga membuatku terluka." Jasmine menunjukkan jaket di bagian sikunya sobek, serta celana panjang bagian lututnya juga sobek. Tentu saja siku kiri dan lutut kirinya terluka.
"Jika kau tidak berhenti di sini aku tidak akan menabrak mu." Lagi dan lagi pria itu tidak mau mengakui kesalahannya. "Lihat mobilku lecet, ini semua salahmu. Kau harus ganti rugi!"
"Tidak!" Jasmine menolaknya dengan tegas. "Kau yang harus ganti rugi biaya pengobatan kaki dan tanganku. Dan lihatlah." Menunjuk makanan pesanannya yang terjatuh. "Pesanan pelangganku semua rusak."
Pria itu tidak terima jika Jasmine meminta ganti rugi, ia berjalan mendekati Jasmine dengan wajah sangarnya membuat Jasmine agak ketakutan. Ia berjalan mundur menjauhi pria tersebut namun pria itu terus mendekati Jasmine.
"Apa kau tidak mau ganti rugi?" Tanya pria itu dan terus menghampiri Jasmine masih dengan pendiriannya, ia menggelengkan kepala menolak pria itu.
"Kau masih tidak ingin ganti rugi?" Gertak pria itu.
Karena kaki dan tangannya sakit, akhirnya Jasmine kalah. Ia merogoh ponselnya dari saku jaket. "Baik aku akan ganti rugi." Ucapnya pasrah.
Pria itu mengambil ponselnya dan saling memindai kode untuk mengirimkan sejumlah uang ganti rugi.
"Kenapa tidak dari tadi, buang - buang waktu saja." Kesal pria itu.
Perempuan di jalan sendirian apalagi malam memang tidak baik, terlalu berbahaya. Seperti Jasmine sekarang, dia menjadi korban namun ia sendiri yang harus ganti rugi. Parahnya ia tidak bisa membela diri karena lawannya yang tak seimbang dengannya.
Jasmine melanjutkan perjalannya mengantar makanan, untuk saja makanan yang dipesan tadi tidak tidak berkuah sehingga meskipun terjatuh dari box nya tidak tumpah dan nampak masih utuh hanya saja paper bagnya agak kotor.
Karena sudah dikejar waktu, Jasmine terpaksa mengantarkan makanannya meski lutut dan sikunya sakit. Matanya sudah berkaca - kaca sejak tadi, namun Jasmine sudah sepakat dengan dirinya sendiri untuk tidak mengeluh maupun menangis sebab ini semua adalah kemauannya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
DI MULAI UNTUK DI AKHIRI
RomanceJasmine 15 tahun jatuh cinta dengan teman kakak laki - lakinya yang usianya 22 tahun, Kaivan. Karena kelembutan hati dan perhatian Kaivan membuatnya jatuh hati saat pertama kali bertemu. Jasmine dewasa rela berjuang di ibu kota hanya untuk mengejar...