"Ini untukmu!" Edo memberi sebotol air mineral untuk Jasmine yang sedang duduk beristirahat sebelum pulang bekerja.
Jasmine diam, menatap botol air minum itu sejenak. "Ambillah!" Edo kembali meyakinkan.
"Terima kasih!"
"Kau sudah bekerja keras hari ini, aku ikut senang jika akhir bulan nanti kau yang akan mendapatkan bonus."
"Oh ya?" Jasmine nampak acuh, ia membuka botol air tersebut dan meneguknya hingga sisa setengah. "Kenapa murah hati sekali?"
Edo terkekeh. "Aku sadar kerja ku selama ini kurang baik, aku beberapa waktu ini selalu memperhatikanmu. Memang aku harus banyak belajar darimu."
"Terima kasih, tapi aku mau pulang dulu. Ada janji dengan teman." Pamit Jasmine.
Ricky yang sejak tadi memperhatikan mereka terlihat sangat kesal. Setelah Jasmine pergi ia segera menghampiri Edo. "Sejak kapan kau peduli dan bersikap baik padanya."
Edo tersenyum sambil memandang punggung Jasmine yang semakin lama semakin hilang dari pandangan matanya. "Aku memang baik."
"Kau memang baik, tapi sejak kapan baik padanya."
"Aku akan terus bersikap baik padanya."
"Apa kau sudah gila?" Kesal Ricky. "Otakmu bermasalah ya? Ingatlah, dia itu pesaing terberat mu. Memangnya kau mau akhir bulan besok semua bonus jatuh ke tangannya."
Edo berdecak kesal. "Aku tidak peduli lagi dengan bonus."
"Kau bukan Edo yang ku kenal."
Edo menatap tajam pada Ricky. "Diam lah! Kau memang tidak paham soal cinta."
Hari ini Jasmine pulang lebih awal dari biasanya karena ia sudah janji dengan Eric untuk menghadiri acara ulang tahunnya di sebuah cafe. Eric sudah memesan cafe tersebut dan mengundang beberapa teman dekatnya.
Tidak ada persiapan yang istimewa, Jasmine hanya mengenakan pakaian seadanya. Celana panjang jeans dan kaos putih andalan serta mantel hangat cokelat muda, tak lupa membawa kado yang telah di beli tadi bersama dengan Laura.
Jasmine dan Laura tiba di cafe tepat waktu, tamu undangan Eric sudah berdatangan. Mereka duduk di bangku panjang yang digabungkan, sehingga semua tamu undangan bisa duduk di bangku yang sama.
Karena Jasmine adalah tamu istimewa Eric, Eric sengaja menyiapkan dua kursi kosong di sampingnya. Siapa lagi kalau bukan untuk Jasmine dan tentu Laura agar Jasmine tidak merasa sungkan.
Sebuah kue ulang tahun bertingkat dua warna putih dengan lilin yang menyala angka 25 siap untuk di tiup. Mereka menyanyikan lagu selamat ulang tahun untuk Eric, kompak dan bersemangat.
Eric mulai memotong kue pertamanya. Salah satu temannya bertanya sambil menggoda dirinya. "Kue potongan pertama harus kau berikan pada orang yang istimewa bagimu."
Eric melirik ke arah Jasmine yang santai nampak acuh tak peduli dengan Eric, ia menikmati sekaleng birnya dengan tenang. Eric sudah bersiap untuk memberikan kue potongan pertamanya untuk Jasmine dengan sebuah piring kertas kecil. Namun saat bersamaan Jasmine bangun dai duduknya, tak sengaja kepalanya menyenggol tangan Eric sehingga sepotong kue itu jatuh begitu saja ke lantai.
"Maaf Eric," Jasmine baru menyadarinya. "Aku tidak sengaja."
Semua orang terdiam, mereka sangat kecewa karena tidak tahu siapa perempuan yang dianggap istimewa bagi Eric. Pasalnya kue pertama sudah jatuh gugur, potongan kedua pun sudah tidak dianggap istimewa lagi.
"Tidak masalah," jawab Eric agak kecewa.
"Aku ke toilet dulu," pamit Jasmine.
"Kalian potonglah kue ini masing - masing," ucap Eric pada para tamu undangannya. Sudah tidak bersemangat lagi memotongkan kue untuk siapapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
DI MULAI UNTUK DI AKHIRI
RomanceJasmine 15 tahun jatuh cinta dengan teman kakak laki - lakinya yang usianya 22 tahun, Kaivan. Karena kelembutan hati dan perhatian Kaivan membuatnya jatuh hati saat pertama kali bertemu. Jasmine dewasa rela berjuang di ibu kota hanya untuk mengejar...