Suasana hati Kaivan kali ini sedang sangat bagus, ia memasak sarapan penuh warna. Ada roti lapis buatan tangannya sendiri, susu segar yang di beli pagi - pagi lengkap dengan beberapa jenis buah - buahan.
Jasmine yang baru saja terbangun dibuat takjub, penataan sarapan di meja makan pun sangat rapi bahkan Kaivan telah menyiapkan dua kotak bekal untuk makan siang. Ia mengedarkan pandangannya, tatapannya menyelidik. Beberapa ada yang berbeda dari ruangan tersebut. Beberapa bunga segar di masukkan ke vas - vas kecil. Kaivan menempatkan di meja dekat sofa, meja makan, meja kecil depan kamar Jasmine dan juga di dapur. Jasmine dibuat tersenyum olehnya.
Jasmine menghampiri vas bunga yang ada di meja makan, ia mencium bunga segar itu. "Kak apakah suasana hatimu sedang bagus?" Tanya Jasmine.
Kaivan dari dapur membawa piring yang berisi empat telur mata sapi setengah matang. "Sangat bagus," jawabnya mantap penuh semangat. "Makanlah selagi hangat dan bersiaplah, aku ada kejutan untukmu."
Jantung Jasmine berdebar - debar, tidak mempunyai bayangan sedikit pun kejutan apa yang akan diberikan oleh Kaivan. Ia segera mempercepat makannya agar segera menemui kejutan tersebut.
Setelah sesi sarapan mereka selesai, Kaivan mengajak Kiana turun ke basement. Jasmine mengedarkan pandangannya, mencari kejutan yang hendak diberikan oleh Kaivan.
"Apakah dia akan memberikan pengakuan cinta padaku?" Tanyanya dalam hati.
Jasmine tersenyum tipis, berjalan pelan di depan Kaivan. "Apa kejutannya?" Tanya Kaivan karena Jasmine masih belum menemukan apapun.
Tut! Tut!
Alarm kunci pintu mobil terbuka, Jasmine menoleh dan Kaivan menunjukkan sebuah remote kunci mobil. "Ini kejutannya," ucap Kaivan tersenyum.
Senyuman Jasmine langsung terpatahkan, perlahan senyuman itu memudar. Ia menatap mobil tersebut, hanya mobil sedan biasa namun keluaran terbaru. Dugaan Jasmine salah besar, mobil yang ditunjukkan oleh Kaivan tak membuatnya bahagia sedikit pun.
Kaivan menghampiri Jasmine, merangkul bahunya. "Bagaimana apa kau suka dengan mobil yang ku beli?"
Jasmine mengangguk. "Ya, aku menyukainya." Jawabnya sambil tersenyum terpaksa.
Kaivan membukakan pintu bagian kanan, membuka telapak tangan kirinya di bawah atap mobil. Mempersilahkan Jasmine untuk masuk ke mobil, Jasmine hanya menurut.
Mereka segera masuk ke mobil, saat Jasmine sibuk mengenakan sabuk pengamannya Daniel diam - diam mengambil sebuah bucket bunga kecil di pintu belakang. "Ini untukmu," memberikan bucket bunga itu pada Jasmine.
Jasmine terdiam menatap Kaivan, senyumannya kembali tumbuh. "Apakah kali ini dia akan melakukan pengakuan cinta?" Pikirnya.
"Ambilah!" Kaivan membuyarkan lamunan Jasmine sejenak.
"Terima kasih," Jasmine mengambilnya dan mencium aroma bunga mawar merah itu sejenak.
"Apa kau menyukainya?"
Jasmine mengangguk. "Aku suka. Kenapa kau memberikan ini untukku?" Tanya Jasmine memancing, berharap Kaivan segera memberikan pengakuan cinta.
Kaivan tersenyum, meraih dan menggenggam tangan kiri Jasmine. "Terima kasih," lirihnya membuat Jasmine kembali menatapnya. "Terima kasih telah membantuku dikala aku mengalami kesulitan. Ini hanya hadiah kecil untukmu, kelak ku jika aku sukses nanti aku akan memberikan hadiah yang lebih besar." Jelasnya.
Meski tak mendapat pengakuan cinta hari ini Jasmine tetap tersenyum, ia bahagia karena Kaivan memberinya sebuah bunga. Kaivan mengusap lembut pucuk kepala Jasmine.
KAMU SEDANG MEMBACA
DI MULAI UNTUK DI AKHIRI
RomanceJasmine 15 tahun jatuh cinta dengan teman kakak laki - lakinya yang usianya 22 tahun, Kaivan. Karena kelembutan hati dan perhatian Kaivan membuatnya jatuh hati saat pertama kali bertemu. Jasmine dewasa rela berjuang di ibu kota hanya untuk mengejar...