Enjoy!
Dalam sebuah ruangan serba putih seorang laki-laki terbaring lemah, seluruh badannya kaku untuk digerakkan. Entah sudah berapa lama ia tertidur, ia bahkan tidak tahu ini hari apa dan jam berapa.
"Shh-sus!" panggilnya lirih ke perawat yang sedang mengganti botol infus.
"Ada yang anda butuhkan?"
"Ha-haus," pinta laki-laki itu, tenggorokannya terasa kering.
Perawat tadi memberikan segelas air untuk diminumnya melalui sedotan. Usai menghabiskan air hingga tandas, ia bertanya lagi kepada suster itu.
"Ini hari apa?" tanyanya masih dengan nada yang sama.
"Hari ini hari Jumat," jawab perawat itu. Laki-laki itu menghembus nafas lega, berarti ia tak sadarkan diri hanya seminggu.
"Jumat, 10 Oktober 2025. Anda koma kurang lebih dua tahun."
Lidah lelaki itu mendadak keluh. Apa yang baru saja dibilang suster itu? Dia koma lebih dari dua tahun?!
Cklek
Pintu ruangan terbuka memunculkan seorang pria yang sudah berumur namun terlihat gagah dan aura dingin mendominasi. Pria itu memerintahkan perawat untuk keluar lalu mendekati lelaki yang jauh lebih muda darinya.
"Kakek— Tuan Ernest!" Meski pelan, Ernest dapat mendengar lelaki itu memanggilnya 'Kakek' sebelum diralat.
Kecurigaan Ernest mulai terbukti. Pria itu tersenyum miring.
"Rupanya kita masih punya hubungan darah," tutur Ernest mendudukan dirinya di sebuah sofa dalam ruangan, "Siapa ayahmu, Alvian?"
Pemuda itu gelagapan, ia keceplosan memanggil pria tua itu. Sekarang ia terjebak dalam introgasi Ernest.
"Masih nggak nyangka saya, yang mereka kirim untuk membunuh cucu kesayangan saya. Itu kamu," Ernest terkekeh remeh, "Entah Violet yang terlalu jago berantem atau kamu aja yang lemah. Ck!"
Pria tua itu berniat membuat Alvian marah dan itu berhasil. Ernest melihat tangan lelaki itu mengepal dan menatap tajam ke arahnya.
"Harusnya sih mereka ngirim pembunuh bayaran profesional, bukan bocah bau kencur gini," cibir Ernest geleng-geleng, "Ah maaf saya lupa, kalian pasti nggak ada uang buat nyewa pembunuh bayaran. Miskin sih."
Alvian hendak bangun untuk berdiri namun tubuh lelaki itu menolak karena saraf motorik yang kaku. Alhasil ia hanya terlihat memberontak di ranjang rumah sakit.
"Eit, kamu itu baru bangun koma panjang, Putri Tidur. Jadi jangan bertingkah." peringat Ernest terkekeh geli.
Cklek
Pintu dibuka lagi, kali ini memunculkan Dominic bersama Violet. Pasangan itu menghampiri Ernest dan Alvian.
"Violet..." geram Alvian melihat pelaku yang membuat dirinya harus koma dua tahun.
Violet memandang dingin pemuda yang sudah menipu, menjebak dan nyaris membunuhnya dua tahun lalu. Gadis itu mengingat bagaimana dirinya menusuk Alvin berkali-kali. Masih dapat ia ingat rasanya ketika tangannya berlumuran darah pemuda itu.
"Kenapa lo nggak ditahan polisi?" Alvian bertanya-tanya tak terima, karena seharusnya rencana cadangannya berhasil. Violet harusnya masuk penjara akibat menusuknya.
"Dia ditahan kok, tapi cuma dua tahun aja. Impas, kan?" Ernest memasang wajah tanpa dosa, "Harusnya sih lima tahun. Tapi Violet harus ngurus perusahaan saya, jadi maaf kalau nggak sesuai harapan kamu."
Pria tua itu memang menjengkelkan.
"Dia udah ngomong apa aja, Kakek?" Violet bertanya pada Ernest.
"Ternyata dia saudara jauh kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Return of Villain Sister (TERBIT)
Romance[PART SUDAH TIDAK LENGKAP DAN TELAH DITERBITKAN OLEH @Sarwahara_Publisher] Ravena Violet Kaliandra. Mendengar namanya saja membuat satu sekolah bergidik ngeri. Tak hanya terkenal sebagai putri sulung keluarga Kaliandra yang memiliki paras cantik dan...