Belati

40 5 0
                                        


Matahari memancarkan keagungannya, menyinari dunia dengan panas terik yang membara.
Waktu menunjukan pukul tiga sore yang artinya sudah waktunya jam pulang dari sekolah ataupun kegiatan kantor. Suara klakson memenuhi jalanan. Kemacetan terjadi seperti biasanya. Polusi, debu, dan banyaknya penduduk membuat suasana semakin pengap dan sesak.

Solarhea membawa dirinya memasuki salah satu minimarket yang dekat dengan sekolahnya. Sama halnya dengan siswi pada umumnya, ia juga baru pulang sekolah.

"Huft...panas,"
Solarhea mengibaskan kerah bajunya. Ia berjalan sejenak ke arah AC dan berdiam untuk menyegarkan badan. Cukup, ia pun berjalan menuju rak camilan yang selalu ia tuju.

"Selamat datang Dik Rhea, baru pulang ya?," sapa salah seorang staf.

"Iya, diluar sangat panas, aku seperti dipanggang."

Setelah basa-basi, Solarhea mengambil beberapa camilan favorit nya. Bak orang yang tak makan berhari-hari, ia asal mengambil camilan hingga memenuhi setengah dari keranjang belanjanya. Setelahnya ia pun berjalan menuju kulkas minuman. Dipegangnya dua minuman di kedua tangannya,
"Yogurt atau soda?"

Ia menimang-nimang kira-kira minuman mana yang akan dibelinya. Solarhea meletakan keduanya lalu mengambil sekotak susu.

"Atau susu?"

Solarhea berpikir sejenak lalu berakhir dengan menjejalkan ketiga minuman itu ke dalam keranjang belanjanya.
"Oke, ketiganya."

Usai dengan kegiatan belanjanya, ia tak langsung pergi ke meja kasir melainkan berkeliling sejenak untuk melihat-lihat barang kali ada barang bagus yang menarik perhatiannya. Ia akan langsung membelinya.

Bruk

Saat hendak berbelok, Solarhea menabrak seseorang hingga hampir kehilangan keseimbangan. Untungnya lelaki itu dengan sigap menempatkan tangannya di pinggang si gadis untuk menjaganya agar tidak jatuh. Mereka berdiam dalam posisi itu cukup lama. Netra keduanya saling bertemu seolah terikat.

Ia ingat, lelaki yang ia tabrak ini adalah lelaki yang selalu ia temui di minimarket ini.
Setiap pulang sekolah, Rhea selalu datang kesini hanya untuk membeli camilan atau beberapa makanan berat. Dan setiap hari juga ia bertemu dengan lelaki itu.

Parasnya tampan, bahkan mbak-mbak kasir dan para pegawai wanita tampak sangat menyukainya. Solarhea tak tau betul siapa namanya, darimana asalnya, dan segalanya tentangnya. Tapi satu hal yang ia ketahui, marga lelaki itu ialah Atthelion (itupun ia tau dari petugas kasir).

Mereka akhirnya tersadar. Lelaki itu membantu Rhea berdiri.
"Anda baik-baik saja nona?," tanyanya.

Solarhea kikuk.
"Ah iya, terimakasih, maaf."

Lelaki bermarga Atthelion itu tersenyum lalu pergi meninggalkan Solarhea yang masih mematung.

Dengan segera Solarhea menyelesaikan acara belanjanya dan kembali ke kediamannya. Tanpa ia ketahui jika itu adalah pertemuan terakhirnya dengan lelaki itu.
Hari-hari berikutnya. Lelaki itu sama sekali tak menampakkan batang hidungnya. Ia menghilang.

Solarhea yang penasaran juga sempat menanyakan kemana perginya dia kepada beberapa staf disana. Namun ia sama sekali tak menemukan jejak sedikitpun.

Jleb

"Aish sialan!"

Solarhea mengacak rambutnya frustasi. Langit sebentar lagi gelap namun ia tak kunjung menyelesaikan latihannya karena bidikan yang terus meleset.

AMOR FATI: The Myth Of Demigod Where stories live. Discover now