002.

120 14 1
                                    

Malam ini pria bermarga Jung itu tengah berkutik dengan laptop nya, tangan nya bergerak lincah di atas keyboard untuk menemukan sesuatu yang ia cari. Di sekitar nya terlihat beberapa buku yang masih tertumpuk rapi dan ada beberapa buku yang sudah berserakan.

"Arghh.."

Wooyoung mengerang frustasi di dalam kamar nya. Mata nya sudah sangat perih karena menatap layar laptop dan tulisan tulisan dari buku sejak tadi, wajah nya sudah terlihat sangat kusam dan otak nya lelah karena terus di paksa untuk bekerja. Sejak pulang dari kampus tadi, ia terus mencari informasi tentang bagaimana runtuh nya istana di kerajaan Aldrich jaman dulu. Dan hingga sampai detik ini, ia belum juga menemukan alasannya.

Jika di hitung ini sudah 6 jam berlalu, bagaimana kepala nya tidak pusing coba?

Jika ini semacam kompetensi agar mendapatkan hadiah, ia akan dengan suka rela menolak hadiah itu dan mengundurkan diri dari kompetensi tersebut.

Sayang nya saat ini adalah sebuah kenyataan dimana dirinya yang mendapatkan tugas sialan ini.

Jika ingin, ia akan berteriak sekeras mungkin karena frustasi.

Seperti—

"Arghhhh!! Ibu~ kepala ku sudah tidak kuat~"

Ingin menangis, tapi ia terlalu gengsi. Jadi ia lampiaskan saja dengan merengek terus menerus layaknya anak kecil yang tidak mendapatkan mainan yang ia inginkan.

Karena rengekan yang tak ada hentinya, menyebabkan sang ibu datang ke kamar anak tunggal nya.

Ceklek..

"Ada apa? Dari tadi ku dengar kau terus merengek seperti anak kecil." suara sang ibu dari balik pintu kamar.

Wooyoung menoleh dan merentangkan kedua tangan nya seperti minta di peluk, dengan wajah yang di buat selucu mungkin, membuat sang ibu menatap tak percaya.

"Hei.. Dengar, usia mu sudah tidak cocok seperti itu. Terlihat sedikit.. Menggelikan."

Wooyoung langsung memasang wajah datar dan melanjutkan pekerjaan nya. Terkadang ia bingung kenapa ibu nya tidak seperti ibu ibu di luaran sana yang selalu memanjakan anak nya. Tapi walaupun seperti itu, Wooyoung selalu senang karena selalu menerima kasih sayang yang tulus dari ibu nya.

Sang ibu memasuki kamar dan terduduk di pinggir ranjang sembari melihat buku-buku yang berserakan. Kemudian ia melihat ke arah laptop yang dimana disana terlihat sang anak sedang men 'search' sejarah tentang kerajaan Aldrich.

Sang ibu menyerngit bingung.

"Untuk apa kau mencari tahu tentang sejarah kerajaan Aldrich? Bukan kah sejarah itu sudah hilang?" tanya sang ibu masih setia menatap layar laptop milik anak nya.

"Aku mendapatkan tugas untuk mencari tahu bagaimana bisa terjadinya keruntuhan di istana kerajaan jaman Aldrich dulu. Dan sejak tadi aku tidak menemukan sedikit informasi apapun!" Wooyoung kembali merengek dan membanting tubuh nya ke kasur dengan wajah yang memelas.

Sang ibu mengangguk lalu mengecup kening sang anak lembut sebelum ia keluar kamar.

"Jangan terlalu memforsir tugas mu, itu bisa di kerjakan besok-besok kan? Cepat istirahat, ini sudah larut."

Wooyoung melirik ibu nya yang berjalan keluar kamar. Saat presensi sang ibu sudah tidak terlihat, ia memejamkan kedua mata nya.

"Andai aku bisa datang ke masa itu, mungkin tidak akan serumit ini.." baiklah ia putuskan untu istirahat sejenak. Demi apapun mata nya sudah sangat perih dan kepala nya sangat pusing. Mungkin istirahat sebentar tidak masalah.

The Concubine's Loyalty To The Emperor Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang