San pergi begitu saja meninggalkan para Presiden, Jendral, dan beberapa orang penting lainnya dalam ruangan itu. Mengabaikan panggilan-panggilan yang terdengar tak suka karena kepergian nya yang memotong acara kala itu tanpa sopan santun sebagai Emperor.
Ia baru saja mendapatkan kabar dari salah satu pelayan istana nya bahwa Wooyoung sempat hilang dan ditemukan dalam keadaan luka parah, bahkan napas nya terus tersendat.
Pikiran nya benar-benar kacau, hati nya tak tenang dan pikiran nya selalu tertuju dengan keadaan Wooyoung saat ini. Rasa marah dan khawatir menyelimuti tubuh nya hingga rasanya ia sanggup membunuh semua orang yang tak becus menjaga kesayangannya, Wooyoung-nya.
"Amir, percepat!" seru San kepada sang tangan kanan nya yang tengah melajukan kereta kuda yang mereka tumpangi dengan kecepatan kilat.
Memakan waktu hampir 4 jam untuk mereka sampai di istana. San turun dari kereta kuda nya tergesa-gesa, mengabaikan seluruh pelayan dan prajurit yang memberi nya salam.
Tujuan nya hanya satu.
Melihat keadaan Wooyoung.
San membuka pintu kamar Wooyoung sedikit kasar, menggeram marah ketika tidak mendapati kesayangannya di dalam kamar itu.
Ia hampir kembali berjalan sebelum Hana datang dengan mata sembab nya yang habis menangis. Ia membungkukkan tubuh nya ingin memberi hormat sebelum San menghentikan.
"Berhenti basa-basi! Katakan dimana Wooyoung?!"
"Your Highness Wooyoung berada di kediaman Raja Hongjoong, Your Ma—"
Tanpa memberi kesempatan untuk Hana menyelesaikan ucapan nya, San melenggang pergi begitu saja ke tujuan kedua nya, istana Hongjoong.
..
.
.
.
Hongjoong dan Wonbin sedang berada di kamar yang memang milik Wooyoung selama ia tinggal disana. Posisi nya kini Hongjoong dan Wonbin yang duduk di masing-masing kanan dan kiri tepi ranjang dengan Wooyoung yang terbaring lemah di tengah nya.
Sejak tabib keluar tadi Wooyoung masih belum sadar juga, dan hampir lima jam ini kedua pria Kim itu masih setia duduk menemani Wooyoung yang masih enggan membuka mata nya.
Helaan napas sang Ayah terdengar, Wonbin mengangkat kepala nya untuk menatap Hongjoong yang memasang wajah cemas yang begitu kentara di wajah tegas nya.
Wonbin kembali menunduk dan meremat pelan tangan Wooyoung yang memang sedari tadi terus ia genggam. Rasa bersalah kembali menyelimuti anak sulung Hongjoong itu.
"Maaf.."
Hongjoong mengangkat kepala nya ketika mendengar anak sulung nya membuka suara dengan sedikit isakan. Ia tersenyum kecil, mengerti prasaan sang anak saat ini yang sedang bertarung dengan rasa bersalah nya.
Raja itu mengangkat sebelah tangan nya untuk menepuk lembut pucuk kepala Wonbin, lantas terkekeh kecil.
"Yang penting kau sudah mau mengakui kesalahan mu dan tak akan mengulangi nya lagi, nak.."
Wonbin kembali terisak.
"B-bagaimana..hiks..b-bagaimana jika Wooyoung tidak akan sadar lagi, A-ayah..?" ntah kenapa, prasaan nya benar-benar tidak tenang tentang adiknya sedari tadi.
"Wooyoung akan baik-baik saja.. Mungkin.." jawab Hongjoong tanpa menyebutkan kata terakhir.
Hening beberapa detik sebelum Ayah dan anak itu mendengar suara keributan di luar kamar. Hongjoong yang memang Raja di istana itu, tentu langsung berjalan keluar usai ia menyuruh sang anak sulung untuk tetap disana menemani Wooyoung.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Concubine's Loyalty To The Emperor
FantasiaBenang takdir yang mempermainkan jiwa sang Raja tidak akan pernah berhenti hingga adanya keajaiban yaitu; sang kasih mengingat seluruh kenangan mereka di kehidupan sebelum nya. Namun, apakah sang Raja pantas mendapatkan keajaiban tersebut usai ia me...