012.

107 15 3
                                    

Ini minggu ke empat Wooyoung bangkit dari koma panjang nya. Ia melakukan kegiatan seperti biasanya seperti pergi ke kampus, bekerja part time, dan kegiatan lainnya yang biasa ia lakukan di setiap hari nya.

Oh, soal tugas yang diberikan pak Siwon, ia di beri kebebasan. Katanya 'Tidak apa-apa jika kau belum mengerjakan, aku mengerti kau baru saja sadar dari koma mu.'

Wooyoung yang mendapat kebebasan tentu sangat senang, membuat dirinya tak perlu frustasi mengerjakan tugas sialan itu.

Saat ini ia sedang berada di kantin fakultas nya bersama dengan Jimin. Pria Park itu terus saja menempeli nya sejak ia sadar dari koma. Katanya takut terjadi sesuatu kepada Wooyoung padahal dirinya sudah baik-baik saja.

"Habis ini masih ada kelas?"

Wooyoung yang mendengar pertanyaan sahabat nya menengadahkan kepala nya usai ia menyeruput minuman nya, lantas menggeleng.

"Tidak ada. Kau sendiri?"

Jimin yang ditanya ikut menggeleng, "Nanti malam mau keluar?"

Sebelah alis Wooyoung naik, "Kemana?"

"Kemana saja asal kita senang. Kau tak bosan hanya melihat kampus, cafe tempat mu bekerja dan rumah setiap hari nya? Aku yang melihat mu saja bosan."

"Itu kau bukan aku."

Jimin mendengus lalu merotasikan mata nya malas.

"Yasudah, nanti malam ku jemput. Jam 8, ya. jangan sampai aku datang kau belum bersiap!" ucap nya lalu melenggang pergi menuju motor nya terparkir.

Wooyoung menyeruput minuman nya hingga tandas lalu ikut meninggalkan perkarangan kantin menuju gerbang kampus untuk memesan ojek online.

Saat sampai dirumah, anak itu menyerngit bingung memdapati sebuah mobil mewah berwarna hitam yang ia ketahui tentu bukan milik Ayah nya.

Jadi ia segera melangkahkan kaki jenjang nya masuk ke dalam rumah. Saat di ruang tamu, mata nya menangkap presensi sang Ayah dan Ibu nya bersama dua pria lain. Ia tak kenal, sepertinya teman baru Ayah nya.

Mereka berempat yang menyadari kehadiran anak sulung si pemilik rumah menoleh bersama.

"Wooyoung, kemari." ucap sang Ayah dengan nada lembut seperti biasanya. Mengisyaratkan Wooyoung untuk mendekat.

Anak itu berjalan mendekat lalu mendudukkan tubuh nya di samping sang kepala rumah tangga. Di usap nya kepala Wooyoung oleh sang Ayah.

"Wooyoung, perkenalkan ini Kim Hongjoong dan ini Park Seonghwa, tunangan Hongjoong."

Hongjoong dan Seonghwa yang nama nya di sebut untuk di kenalkan oleh Wooyoung mengangguk bersamaan dengan senyum lembut.

"Wooyoung, Jung Wooyoung.." ucap Wooyoung memperkenalkan diri nya sendiri.

"Nah Wooyoung, Hongjoong ini pengusaha muda, loh. Ia memiliki perusahaan nya sendiri yang sudah meningkat di usia nya yang masih berkepala dua. Hebat, bukan?"

Hongjoong yang mendengar terkekeh canggung, "Biasa saja, pak."

Wooyoung menggangguk dengan senyuman, menyetujui perkataan Ayah nya barusan.

"Kau tidak ingin menjadi seperti dirinya? Menjadi orang sukses di usia muda, untuk bekal nanti saat kau sudah berumah tangga."

"Ayah, aku masih kuliah.."

"Eyy, kuliah bukan menjadi alasan untuk kau tidak melakukan usaha. Iya kan, Hongjoong?"

Hongjoong terkekeh, "Tapi menurutku biarkan Wooyoung menyelesaikan kuliah nya dulu baru lanjut ke jenjang bekerja. Karena takut jika ia melakukan di waktu bersamaan akan menganggu pelajaran kuliah nya.."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 08 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Concubine's Loyalty To The Emperor Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang