008.

81 10 4
                                    

Pagi ini, San tengah di bantu beberapa pelayan pria untuk menggunakan berlapis-lapis pakaian untuk menjalankan tugas nya di luar kota. Barang-barang nya sudah lebih dulu si siapkan dan di bawa ke kereta. Amir sebagai tangan kanan kepercayaan nya itu tengah menunggu sang Emperor di depan pintu kamar.

Saat pintu kamar terbuka, Amir sontak membukukan tubuh nya dan berjalan dibelakang mengikuti San.

Kaki jenjang sang Emperor berjalan menuju kamar seseorang, ia membuka pintu tersebut dan masuk begitu saja tanpa salam. Bisa ia lihat di dalam pria manis yang tengah membaca buku itu tak menyadari kedatangan dirinya.

Wooyoung sedikit terkejut ketika tangan besar sang Emperor menyentuh pucuk kepala nya, ia mendongak untuk melihat siapa yang barusan menyentuh kepala nya. Detik berikut nya senyum manis merekah di wajah pria Jung itu dengan kekehan ringan, lantas berdiri.

"Sudah mau berangkat, ya?"

"Hm.."

Hening beberapa saat sebelum San berdehem untuk memecahkan keheningan antar kedua nya. San menarik kedua tangan Wooyoung lalu membawa nya untuk mengalung di leher sang Emperor.

Kedua tangan San turun untuk merangkul pinggang selir cantik nya, mendekatkan wajah mereka sebelum kedua bibir masing-masing menempel dan membuat pria cantik itu memejamkan kedua mata nya.

San melumat bibir bawah Wooyoung dengan lembut tanpa menuntut. Tidak lama ia melepas nya dan menempelkan kening kedua nya lantai terkekeh kecil.

"Dengar.. Jangan kemanapun selama aku tidak ada. Kalau mau keluar istana, harus bersama beberapa prajurit yang aku utus untuk mengawasimu. Jaga diri mu baik-baik. Aku akan segera pulang jika tugasku selesai."

Wooyoung tersenyum kecil mendengar ucapan penuh rasa khawatir dari sang Emperor. Ia merasa bersalah karena sebenarnya, ia sudah menyiapkan suatu rencana agar bisa bertemu dengan ayah angkat nya, Kim Hongjoong.

"Aku tidak akan kemana-mana."
.

.

.

.

.

San menaiki kereta kuda nya, sebelum kereta itu melaju ia sempatkan untuk menengok ke belakang dan melambaikan tangan serta tersenyum lembut kepada seluruh selir nya yang mengantar kepergian nya. Sontak seluruh wanita itu— dan Wooyoung, ikut melambaikan tangan nya untuk sang Emperor dengan senyuman manis.

Saat kereta itu melaju meninggalkan perkarangan istana, senyum Wooyoung hilang di gantikan ekpresi terkejut ketika salah satu selir Emperor nya itu membalik tubuh anak itu ke arah nya dengan kasar.

"Puas kau sudah mengambil posisi kami, sialan?!"

"Apa maksudmu?" tanya Wooyoung dengan suara datar dan dingin, tatapan menatap telak di kedua mata wanita itu.

"Kau tahu maksudku." ucapan wanita itu sedikit bergetar, ntah kenapa ia merasa pria di hadapan nya ini seperti bukan selir favorit sang Emperor yang selalu menundukkan kepala nya.

Tatapan itu.. Seperti tatapan kebencian.

"Mana ku tahu? Kau pikir aku dukun?" jawab Wooyoung lantas melenggang pergi begitu saja meninggalkan para wanita yang menatap nya dengan penuh amarah.

Who cares?

Saat sampai di kamar nya, pria Jung itu merebahkan tubuh nya di ranjang dan menghela napas lega. Ia heran kenapa wanita-wanita itu marah padanya? Memang siapa yang mau menjadi favorit Emperor nya jika bukan beliau yang berkehendak? Bukankah harusnya mereka marah dan komplain kepada Emperor nya? Kenapa ke dirinya?

The Concubine's Loyalty To The Emperor Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang