02| Bukan Dimas Anggara

11 0 0
                                        

"Berusahalah untuk terus berhusnudzon. Karena terkadang pikiran negatif akan membawamu ke lubang kedengkian."

🍂🍁🍂🍁🍂🍁
*
*
*

🍂🍁🍂🍁🍂🍁***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Isi chat grup WhatsApp saat itu mencapai 50 pesan yang belum terbaca olehku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Isi chat grup WhatsApp saat itu mencapai 50 pesan yang belum terbaca olehku. Setelah pak Dimas memasukkan beberapa nomor muridnya ke grup sastra, dia tidak membuka WhatsAppnya lagi. Mungkin pak Dimas saat itu sedang sibuk dengan urusannya.

Ia tidak tahu kalau anak-anak sedang membicarakannya secara terang-terangan, sebagian dari mereka tidak mengetahui kalau pak Dimas adalah wali kelas yang baru. Karena mereka ada yang bolos saat jam pelajaran pak Dimas masuk.

Rania menyuruh mereka menghapus pesannya masing-masing, sebelum pak Dimas membacanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rania menyuruh mereka menghapus pesannya masing-masing, sebelum pak Dimas membacanya. Sayangnya, mereka tidak secepat kilat. Pak Dimas sudah membuka pesannya.

Hening. Grup chat kembali sepi, mereka urung menjawabnya. Takut dan segan merespon. Lagipula pak Dimas tidak punya waktu buat memperpanjang masalah itu.

Sementara diriku, pukul 22.30. Hampir jam sebelas malam, baru saja membuka aplikasi berwarna hijau itu. Membaca pesan dari awal sampai akhir. Sesekali ketawa kecil membacanya. Lalu bagaimana hari esok? Akankah guru itu memarahi kami karena sikap kami yang menjengkelkan? Huff... aku menarik napas dalam-dalam dan mengeluarkannya. Merasa mata ini berat untuk tetap terjaga, aku tertidur tanpa keluar terlebih dahulu dari grup chat tersebut.

AddaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang