04| Kekasihnya

10 0 0
                                    

"...biarkan aku bahagia dengan caraku sendiri..."

~Nasya Marcella Zalianty ~

Ini adalah tahun ke-enam membersamai dirinya dengan kekasihnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ini adalah tahun ke-enam membersamai dirinya dengan kekasihnya. Mungkin itu termasuk waktu terlama dalam menjalani sebuah hubungan. Segala lika-liku perjalanan dalam hubungan antara Dimas dan Nasya; kekasihnya, telah mereka lalui bersama. Meski terkadang keributan terjadi kepada mereka.

"Kau yakin dengan keputusanmu, menggantikan posisi pamanmu di sekolah itu?" seusai turun dari motor yang dikendarai oleh Dimas, Nasya berterus-terang dengan kekhawatirannya.

Sebelumnya, Dimas bekerja sebagai Dosen di Universitas milik ayahnya Nasya. Namun Dimas merasa ia harus melakukan sesuatu yang baru, dan mencoba hal-hal yang belum pernah ia lakukan. Akhirnya dia memutuskan untuk menjadi guru di sekolah SMA Gunadarma, sekolah yang jauh dari rumahnya sendiri. Lagipula ibunya Dimas yang meminta dirinya untuk mengisi lowongan sebagai guru tersebut, mengingat guru sebelumnya; Fanno adalah pamannya sendiri.

"Iya, kenapa emangnya?" Dimas melepas helmnya. "Kau merasa keberatan jika aku jadi guru biasa?" tanyanya lagi.

"Bukan. Bukan itu maksudku. Kamu sendiri tahu kan, sebentar lagi kita akan bertunangan. Sedangkan kamu akan pindah kerja ke tempat yang jauh dariku. Aku... Aku takut akan terjadi sesuatu padamu."

"Jangan khawatir. Aku akan baik-baik saja. Aku akan tetap setia, karena aku sayang, cinta sama kamu." Dimas tahu bahwa itulah yang akan dipikirkan oleh Nasya.

"Sekarang kamu istirahat. Hari ini aku ada tugas sama murid-muridku. Jadi harus cepat-cepat pulang."

Terlihat Nasya memanyunkan bibirnya, ia merasa tidak puas dengan kebersamaannya dengan kekasihnya itu.

"Maaf." Sesal Dimas seraya menangkupkan kedua tangannya di dada.

"Dimas, kamu harus ingat! dalam waktu dekat kita akan bertunangan, dan tak lama kemudian kita akan menikah. Setialah kepadaku, jangan lupa bahwa kamu itu ada untuk aku. Jangan lirik-lirik wanita lain diluaran sana," pinta Nasya pada Dimas.

Dimas menarik ujung bibirnya, tersenyum mendengar betapa manisnya kekasihnya itu.

"Baik, sayang. Aku janji sama kamu. Jadi... Tenanglah. Hatiku cuman ada satu, tidak akan ku bagi pada siapapun terkecuali dirimu."

"Terimakasih." Nasya memeluk erat. Ia percaya Dimas tidak akan mengkhianatinya. Tapi jika harus berjauhan seperti itu, apa bisa dirinya tak khawatir?

"Tidak! Aku harus percaya padanya," batin Nasya. Ia tak mau terus-menerus dalam perasaan dilema.

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
AddaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang