11. Mereka dengan masalahnya

273 43 5
                                    

Solar memperhatikan pelajaran dengan seksama. Keringat di pelipisnya turun seolah sedang meluncur, tangannya dengan cekatan menulis apa yang gurunya tuliskan dipapan tulis.

Factoring Trinomials.

Solar sudah menguasainya. Sebut saja dirinya sombong, meski memang benar dirinya sudah sangat paham.

“Solar.”

Solar menoleh kesamping, bibirnya berkendut dengan alis meraut. “Don't talk to me, Sopan.” Solar memperingati dengan tegas. (Jangan bicara padaku, Sopan).

Anak laki-laki dengan kacamata yang lebih tebal dari milik Solar itu membuat raut tak enak. “Sorry. But, can you help me? I hop–” Sebelum Sopan menyelesaikan perkataannya Solar mengangkat tangannya.

I think NO!” ucap Solar kasar. Sopan menunduk, “Oke, Solar.” Dalam tundukan nya yang dalam– Sopan menatap kesal Solar.

Sudah menjadi rahasia umum jika Solar Varisto mo Ta, sang Tuan Muda bungsu keluarga mo Ta tidak suka jika ada yang mengganggunya.

Sudah menjadi rahasia umum jika Solar Varisto mo Ta, sang Tuan Muda bungsu keluarga mo Ta tidak suka jika ada yang mengganggunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di kelas, Blaze kesusahan dengan ulangannya. Duduk dibarisan paling depan hanya karena tak ingin kalah dengan Solar yang selalu aktif di kelas membuat Blaze meruntuki dirinya. Jika seperti ini lebih baik sedari awal ia duduk dibangku belakang.

Rambut pirang dan kulit putih khas orang barat miliknya kini penuh dengan keringat.

Tak Blaze sangka jika di ulangan kali ini dirinya akan sebegitu takut mendapat nilai buruk, ini tak seperti dirinya yang biasa.

Setelah mengerjakan ulangan miliknya, kini Blaze dengan kacau menjambak rambut pirangnya lalu menggebrakan kepalanya pada meja. Tentu itu membuat perhatian teman-temannya terfokus padanya.

What happened, Aze? Are you sick?” tanya Frostfire menatapnya dengan kepala miring.

“Frost, I scared...” lirih Blaze dengan suara parau. Melihat Blaze yang kemudian hanya meletakkan kepalanya dimeja dengan tangan yang masih menjambak rambutnya, membuat Frostfire semakin kebingungan.

Sontak Blaze menatap Frostfire, anak dengan darah Jerman itu bertanya padanya. “Frost,” panggil Blaze.

Frostfire menaikkan salah satu alisnya. “What?”

What was your answer to number three?" tanya Blaze.

Frostfire mencoba mengingat-ingat tentang jawabannya. “I think... Insulin.” Mendengar jawaban darinya, membuat rasa panik Blaze menghilang.

Blaze mengelus dadanya, merasa tenang saat tau jawabannya dengan sahabatnya itu sama.

Blaze mengelus dadanya, merasa tenang saat tau jawabannya dengan sahabatnya itu sama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mawar dibelakang MansionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang