5. Marah

385 51 6
                                    

Thorn duduk di samping ranjang milik Ice, alasan dirinya tidak berada di kamarnya adalah karena Ice tidak mau menemaninya di kamar, terpaksa Thorn yang kekamar Ice.

Thorn tampak sibuk dengan bunga plastik yang dibuatnya sedangkan Ice hanya melihatnya.

"Kenapa kau membuat bunga plastik sebanyak itu, Thorn?" tanya Ice.

Thorn menoleh menatap kakaknya, "Kak Taufan tadi menyukai bunga yang kutanam, jadi mungkin saudaranya yang lain juga suka."

Ice sebenarnya cukup setuju dengan Thorn. Kesan pertama yang di tunjukkan pada Taufan dari Ice adalah dingin. Ice pikir Taufan akan mengacuhkannya dan bersikap dingin.

Namun, saat melihat bagaimana Taufan dengan ramahnya memberikan permen coklat pada Thorn membuat rasa waspada Ice mengurang.

Hanya mengurang, Ice takut jika Taufan seperti saudara-saudara tiri dalam televisi.

Bunga yang dirakit Thorn sudah selesai, kini tinggal memberikannya pada saudara barunya.

Tiba-tiba tangannya terhenti. Ice yang melihat itu hanya heran.

"Ada apa?" tanya Ice.

"Bagaimana Thorn memberikan ini pada mereka?" Thorn bingung.

"Kalian sedang apa?" Halilintar muncul dari balik pintu dengan kaos hitam dan celana pendek selutut.

Halilintar melihat bunga plastik yang di rakit Thorn, "Untuk apa itu?" tunjuk Halilintar pada bunga rakitan Thorn.

Thorn menunjukkan bunga buatannya dengan bangga, "Ini bunga yang Thorn buat untuk saudara Thorn nanti."

Raut Halilintar sedikit tak bersahabat, melihat bagaimana interaksi saudara tirinya dengan Taufan membuat Halilintar cemas jika saudara Taufan tak akan menerima mereka.

"Ada apa kak Hali?" tanya Ice.

Halilintar menggeleng, "Bukan apa-apa."

Lupakan dengan Halilintar dan saudaranya, sekarang kita akan kembali pada Taufan yang berbaring lelah di kamarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lupakan dengan Halilintar dan saudaranya, sekarang kita akan kembali pada Taufan yang berbaring lelah di kamarnya.

Gempa, Blaze, dan Solar yang Taufan segera menggerubumi Taufan dikamarnya.

"Kak Taufan, bagaimana?" tanya Gempa terburu-buru.

Taufan menggeleng kemudian melihat atap kamarnya, "Kita hanya bisa menurut jika ayah sudah berbicara."

Solar terlihat tak terima dan Blaze yang  menggenggam tangannya hingga kuku-kukunya memutih.

"Menjengkelkan sekali harus menerima mereka disini!" sentak Solar.

Taufan menatap Solar, dirinya tau jika adik-adiknya tak bisa menerima saudara angkat mereka. Bahkan Taufan sendiri tak menerima kehadiran mereka di rumah ini.

"Kau hanya perlu membuat mereka nyaman..."

Taufan mengusap kasar wajahnya sesaat ucapan ayahnya muncul.

Mawar dibelakang MansionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang