Ice menunduk dalam-dalam saat Blaze berada didepannya. Amato menyuruh mereka untuk saling berbaikan. Dalam hati yang teramat dalam, Ice tak ingin melakukan itu. Sayangnya dirinya bisa apa.
“Maaf.”
Raut ogah-ogahan tak ikhlas. Lihat wajahnya yang bersih mulus tanpa cacat. Amato sepertinya tak menghukum Blaze.
Bohong jika Ice menerima itu dengan lapang dada. Jika dirinya menerima luka separah ini, Blaze juga harus mendapatkannya.
“Bagus! Sekarang kalian sudah berbaikan. Kita bisa mulai makan malamnya.” Dengan nada riang Amato menyuruh kedua anak itu duduk.
Tak ada yang spesial lagi selain percakapan antara Amato dan Taufan yang membahas omset penjualan yang terus berkembang. Ice tidak mengerti tentang itu. Ia hanya menyendok buburnya dengan pelan. Tak bisa memakan makanan seperti yang lain.
Ini gara-gara Blaze!
Meski dirinya hanya anak angkat dan Blaze adalah anak kandung, tak seharusnya dia melakukan itu padanya.
Manik-nya melirik kearah meja Halilintar. Kakaknya itu dengan tenang menikmati makan malam.
Gempa yang memperhatikan itu mendecak. “Bisa kau fokus pada makananmu? Atau kau ingin disuapi kakakmu?” Seluruh perhatian dimeja makan tertuju pada Ice.
“Aku– aku sedikit kesulitan,” jawab Ice.
“Makananmu bubur dan kau masih kesulitan?”
Halilintar menjawab. “Maaf. Mungkin karena giginya yang patah ia sedikit kesulitan,” kata Halilintar membela Ice.
Taufan mengambil air minumnya. “Kasihan sekali. Itu pasti bukan gigi susu, 'kan? Sepertinya tidak akan tumbuh lagi,” ujarnya meminum airnya.
Gempa tersenyum miring, “Sungguh? Kasihan juga. Apa yang merasukimu, Blaze?” Blaze melirik ayahnya yang tetap makan tanpa terganggu.
“Entahlah.”
Ice menunduk malu, berbeda dengan Thorn yang menatapnya kasihan. “Kak Ice,” lirihnya.
Taufan memiringkan kepalanya saat Ice menatap lekat-lekat bubur putih itu. “Bagaimana jika kau ikut aku ke Dokter gigi besok?” Ice mendongak.
“Bagus Taufan. Kau ingin melepas behel mu, bukan? Ajak Ice juga untuk memeriksa giginya.” Amato yang sedari tadi diam kini ikut berbicara.
Halilintar memandang Taufan aneh.
Behel?
Gigi putih rapi milik Taufan– ternyata rapi dengan behel?
Ini adalah sore yang buruk bagi Solar. Kakaknya, Taufan pergi dengan si saudara tiri, dan Blaze pergi latihan. Hanya ada Gempa disampingnya sekarang.
Gempa menonton televisi sembari sesekali melirik Solar. Kenapa adiknya yang paling cerewet bisa mendadak jadi pendiam?
KAMU SEDANG MEMBACA
Mawar dibelakang Mansion
ФанфикHidup digelimahi harta dan sudah diatur sebagai penerus perusahaan besar. Hidup Taufan sudah keras sedari kecil, terdoktrin dalam dirinya yang pasti akan menjadi penerus dari ayahnya membuatnya sungguh-sungguh menjadi sempurna. Namun, dalam semalam...