6. Gempa kesal

395 54 8
                                    

Niat Gempa yang hanya ingin minum air untuk menyegarkan pikirannya sontak membual, sepertinya air yang diminumnya langsung menguap saat melihat Thorn.

Thorn yang berbicara padanya membuatnya kesal, tangan nya menyugar rambutnya kebelakang.

Gempa terkekeh. "Sialan kau..." guman Gempa.

Thorn yang masih tersenyum lebar berharap mendapat balasan baik seperti yang Taufan lakukan.

Gempa berdiri, manik-nya yang tajam menatap Thorn.

"Apa dimatamu aku terlihat seperti kucing yang akan menurut jika di beri makan?" tanya Gempa.

Thorn sontak melunturkan senyumannya, dirinya baru tau jika Gempa setidak suka itu dengannya.

"B-bukan. T-Thorn hanya..." Thorn menunduk, bulu kuduknya berdiri.

Gempa melirik bunga plastik yang dibawa Thorn, manik-nya menyipit kemudian menatap tajam.

Tangannya mengambil bunga plastik ditangan Thorn. Bunga yang terlihat bagus itu diremat kemudian dilempar.

"Kau seharusnya sadar akan posisimu. Hanya karena kak Taufan baik denganmu, kau sebenarnya tak lebih dari benalu di keluarga orang." Gempa berjalan pergi meninggalkan Thorn yang masih menunduk ketakutan.

“Benda jelek 'kek gitu dikasih ke orang. Lain kali ngotak dong!”

Manik Gempa sangat menakutkan bagi Thorn. Thorn menatap bunga yang dibuatnya sudah rusak.

Gempa tidak seperti Taufan, dirinya sangat jahat karena sudah membuang bunga dari Thorn.

Thorn mengusap matanya. Apa saudaranya yang lain yang belum di ditemuinya juga akan jahat seperti Gempa? Atau akan baik dan menerima dirinya dan saudaranya seperti Taufan?

Thorn memungut bunga yang di buatnya tanpa tau jika Taufan sedari tadi menonton dari pintu dapur yang berhubung ke taman.

Taufan memutar bola matanya. Thorn sangat tidak tau akan situasi, pikir Taufan.

Dirinya tidak mencoba menenangkan Thorn, karena bagi Taufan semakin mereka merasa tertolak akan lebih baik.

Taufan pergi ke kamar Gempa, dari pada Thorn yang menangis, lebih baik dirinya menenangkan saudara kembarnya yang sudah marah itu.

Taufan pergi ke kamar Gempa, dari pada Thorn yang menangis, lebih baik dirinya menenangkan saudara kembarnya yang sudah marah itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Halilintar menatap langit-langit kamarnya. Berawal dari kesalahan dirinya justru menjadi anak dari miliarder. Tak dirinya sangka jika takdir sangat menyayanginya.

Namun, sekarang yang menjadi permasalahan adalah bagaimana beradaptasi disini.

Thorn sepertinya sudah nyaman untuk tinggal disini. Sedangkan adiknya Ice, masih terlihat untuk menyesuaikan diri disini.

Halilintar mengusap wajahnya, hanya dirinya yang belum nyaman berada disini. Pikiran nya tertuju kearah Taufan dan saudaranya. Dirinya disini hanyalah anak angkat, bagaimana jika orang-orang disini tidak menerimanya dan saudaranya.

Mawar dibelakang MansionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang