12

219 33 5
                                    

Sehun baru saja keluar dari ruang kerja ayahnya ketika dia merasakan ponsel yang ada di kantong jas nya bergetar, pria tampan itu mengangkat panggilan tanpa melihat siapa yang menghubunginya.

"Ya disini-"

"Sean,"

Sehun terdiam, jantungnya tiba-tiba berdetak sangat kencang sampai terasa menyakitkan ketika suara lembut itu menyebut nama nya ketika berada di dunia malam.

Sehun memeriksa layar ponselnya dan ternyata itu adalah panggilan dari sebuah nomor yang tidak di kenal.

"Sean?" Suara di sebrang sana kembali memanggil ketika lawan bicaranya terdiam sangat lama.

"Ya? Kai?"

Sehun akhirnya menjawab setelah berusaha keras mengatur suaranya agar tidak terdengar bergetar, sial, dia hampir saja mengungkapkan identitas aslinya pada teman kencan satu malamnya itu.

"Apa kamu mendengar ku?" Suara si pria tan di sebrang sana terdengar kesal.

"Aku.." Sehun mengerutkan keningnya dalam, berfikir apa alasan yang harus dia berikan pada Kai atas keterdiamannya dan sikap linglung nya beberapa saat lalu? "Maaf, aku tidak mendengar mu sebelumnya, apa yang terjadi? Kamu bilang aku bebas selama tiga hari, ini bahkan belum lima jam sejak aku pergi dari rumahmu."

Sehun pada akhirnya melemparkan pertanyaan untuk mengalihkan perhatian Kai. Kaki panjang pria itu kini melangkah mendekati lift dan jari panjangnya memencet tombol lift untuk turun.

"Aku rasa kita harus bertemu lagi siang ini, aku punya sesuatu milik mu yang sangat penting."

"Sesuatu milikku?"

"Dompetmu tertinggal."

Sehun menahan nafasnya, dompetnya tertinggal? Bagaimana dia bisa tidak menyadari hal itu? Kepala Sehun tiba-tiba saja terasa pening, dia berusaha mengingat, selain uang, apalagi yang ada di dalam sana?

"Sean?"

"Aku akan segera kembali ke rumah mu untuk mengambilnya."

"Kenapa sangat buru-buru, aku yakin kamu masih punya uang lain selain yang ada di dalam dompet ini."

"Aku.... ada kunci apartemen ku disana, aku harus mengambil berkas penting di rumah, jadi aku memerlukan dompet ku."

Kai diam, begitu juga dengan Sehun, dia berharap Kai akan termakan dengan tipuannya kali ini, demi dewi cantik yang terlahir dari buah persik, di dalam sana ada kartu nama miliknya, juga kartu identitasnya, jika Kai melihatnya, maka semuanya tamat.

"Aku ada di Cafe sekarang, kamu datang saja."

"Baiklah, aku akan tiba dalam lima menit."

"Tidak perlu buru-buru Sean, dompet mu aman bersama ku."

Obrolan tidak di lanjut, ketika Sehun keluar dari lift, dia memutus begitu saja panggilan Kai dan berlari hendak pergi ke parkiran depan gedung kantornya.

Langkah kaki panjang itu terhenti ketika mata tajamnya tak sengaja menangkap keberadaan ayahnya yang tengah mengobrol dengan Baekhyun di sisi lain dekat mesin kopi yang ada di Cafetaria kantor.

"Baekhyun! Ayo pergi rapat!"

Sehun berteriak dari ujung, suasana tegang antara dua pria beda usia itu seketika menghilang.

"Paman, aku permisi." Baekhyun membungkuk singkat, setelahnya berlari kecil mendekati Sehun.

"Rapat kemana?" Tanya Baekhyun keheranan, seingatnya Sehun tidak punya jadwal rapat pagi ini.

"Rapat di tempat yang aku mau, ayo pergi."

Sehun melangkah lebih dulu diikuti Baekhyun di belakangnya.

"Hyung, kamu pergi saja lebih dulu, aku ada urusan lain."

Baekhyun menaikkan sebelah alisnya, pergi kemana? Dia bahkan tidak tau ada rapat apa sepagi ini yang mengharuskan Sehun membawanya, belum sempat Baekhyun bertanya lebih lanjut, Sehun sudah lebih dulu masuk ke dalam mobil dan pergi.

"Serius, seseorang tolong beritahu aku, keman aku harus pergi??" Baekhyun mendesis kesal tapi dia tetap masuk ke dalam mobilnya sendiri, hal itu dia lakukan dengan tergesa saat sudut matanya menangkap keberadaan Siwon.

++++++

Sehun turun dari mobilnya, kaki panjang yang terbalut sepatu kulit berwarna hitam itu dengan cepat melangkah memasuki sebuah Cafe.

"Apa Kai ada?" Sehun segera bertanya pada seorang pegawai Kai yang tengah membersihkan meja.

"Apa anda Tuan Sean?"

Pegawai Cafe itu menjawab setelah beberapa saat terdiam menatap Sehun yang tiba-tiba datang dengan penampilan yang sangat tertutup, pria itu mengenakan topi hitam yang menutupi mata serta masker hitam yang menutupi separuh wajahnya. Jujur saja, dengan penampilan seperti itu di waktu yang sepagi ini, siapapun pasti akan menatap Sehun sebagai pria aneh, dan Zian tentu saja tak terkecuali. Beruntung Kai sudah lebih dulu mengingatkannya, jika Sean yang datang mungkin akan menutup wajahnya, tapi dia tidak menyangka kalau penampilannya akan sampai seperti itu, apa pria ini Idol?

"Ya." Jawaban singkat terdengar dan segera menarik kesadaran Zian.

"Tuan tunggu sebentar." Zian tersenyum sopan, dia dengan cepat melangkah ke meja kasir, tangannya tampak mengambil sesuatu dari laci meja, saat pria itu kembali mendatangi Sehun sebuah dompet berwarna hitam ada di tangan pemuda itu.

"Bos pergi ke luar, dia menitipkan benda ini padaku dan berkata untuk memberikannya pada anda."

Sehun menerima dompet itu dengan dahi yang mengerut dalam, bukan kah dia sebelumnya sudah membuat janji temu dengan Kai? Lalu kenapa sekarang pria tan itu tiba-tiba tidak ada di tempat?

"Dia pergi kemana?" Tanya Sehun tampak tak acuh namun kenyataannya dia sungguh penasaran kemana pria tan itu pergi.

"Berbelanja, ada beberapa bahan yang kurang jadi bos pergi untuk membelinya."

Sehun mengangguk paham,  perkataan karyawan itu mematahkan dugaan Sehun sebelumnya yang mengira Kai sengaja menghindarinya, tapi, memangnya untuk apa juga pria itu menghindarinya?

"Kalau begitu aku permisi."

Sadar kalau ada masalah lain yang sudah menunggu Sehun untuk di selesaikan, Sehun tidak ingin membuang waktu lebih banyak dan memutuskan segera pergi.

Mobil Audi RS7 itu berjalan lambat keluar dari pekarangan tempat parkir Cafe sebelum akhirnya menghilang di kepadatan jalan kota Gangnam di pagi hari.

"Kenapa anda berbohong padanya?" Zian  yang melihat kedatangan Kai tidak tahan untuk bertanya, jelas jelas pria tan itu ada di sana, namun kenapa malah menyuruh dirinya untuk memberikan dompet itu pada si tamu?

"Kamu anak kecil, tidak perlu banyak tanya, pergi sana, selesaikan pekerjaan mu."

Kai menjawab acuh, setelahnya pria tan itu mendudukkan dirinya di sudut Cafe di temani satu buah laptop dan teh hangat.

"Apanya yang anak kecil, aku ini sudah 20 tahun." Zian menjawab kesal, namun dia tidak berani mengatakannya keras-keras, dia tentu saja tak ingin Kai mendengar gerutuannya itu. Kai adalah bos nya, mau dia punya sikap random bagaimana pun, Zian harus tetap menghormatinya, kan?



+++++

Aloha, maap pendek dlu:v
See you next chap~

LETS NOT FALL IN LOVE [HUNKAI] 🌱Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang