9

2.8K 65 2
                                    

Bima terbangun sekitar jam lima pagi ketika ayam berkokok dan matahari mulai masuk ke kamarnya. Tapi dia terbangun karena dia merasakan kehangatan di selangkangannya. Ketika dia membuka matanya, dia sudah melihat Mbah Sinyo mengemuti kontolnya dengan mata terpejam. Mbah Sinyo nampak suka sekali dengan kontol Bima.

Bima menoleh ke samping dan menyaksikan ayahnya masih tertidur. Pak Trisno mengangkat kedua tangannya dan memperlihatkan ketiaknya yang lebat. Bima kemudian bergeser dan mencium ketiak bapaknya.

Baunya seperti yang ia bayangkan. Pekat dan luar biasa memabukkan. Bima tidak hanya mencium ketiak Pak Trisno tapi ia kemudian menjilat ketiak bapaknya. Tanpa menunggu lama badannya diserang oleh nafsu dan Bima pun langsung menjilati pentil bapaknya yang hitam dan gagah.

Tangan Bima kemudian memegang kontol bapaknya yang sudah tegang. Bima menjilat dan menggigiti kecil pentil bapaknya sementara tangannya memainkan kepala kontol bapaknya. Tak lama bagi kontol Pak Trisno untuk mengeluarkan pre-cum.

"Hmmmm...." Desah Bima menikmati pentil bapaknya.

Bima kemudian merasakan tangan Pak Trisno mengelus kepalanya. Bima menoleh ke bapaknya.

"Enak, Pak?" Tanyanya.

"Enak lah..." kata bapaknya.

Pak Trisno kemudian mencium Bima. Bima menerima ciuman Pak trisno dengan bahagia. Tangannya memegang rahang bapaknya yang terasa kasar karena bulu-bulu halus yang tumbuh disana. Lidah Pak Trisno yang kasar menari-nari, memijat lidahnya. Tekanannya begitu presisi dan kehangatannya membuat kontol Bima mengeluarkan lebih banyak pre-cum. Itu sebabnya sekarang Mbah Sinyo mendesah makin keenakan.

"Pak, kontole sampeyan tak emut yo (Pak, kontolmu aku isep ya)," tanya Bima ke bapaknya setelah selesai ciuman.

"Gausah ijin, Le. Langsung ae," kata Pak trisno tersenyum.

Bima langsung menurunkan badannya dan memakai perut Pak trisno sebagai bantal. Dia memegang kontol Pak trisno yang sekarang terlihat gemerlapan karena pre-cumnya menetes. Dalam jarak yang dekat, Bima bisa melihat bahwa kontol bapaknya begitu perkasa. Sunatan kontol Pak trisno bagus sekali karena kepala kontolnya terlihat gagah. Bima tidak percaya bahwa kontol ini memasuki tubuhnya semalam. Bima menjilat kepala kontolnya.

"Aduhhh..." desah Pak Trisno.

Bima menjilat lagi kepala kontol bapaknya.

"Enak, Le," Pak Trisno mengelus kepala anaknya.

Kemudian Bima memainkan lidahnya di kepala kontol Pak Trisno dan memutar-mutarnya. Dia menyesap semua pre-cum yang keluar dari kontol bapaknya. Rasanya sungguh lezat.

"Pinter awakmu, Le (pinter kamu nak)," kata Pak Trisno.

Bima mulai kerasukan dan dia langsung memasukkan kontol Pak Trisno ke dalam mulutnya. Kepala kontolnya ia pijat. Dan ia menyedot separuh batangnya dengan kuat. Berharap Pak Trisno segera mengeluarkan pejuh segar untuk sarapan.

"Hmmmm... sedotanmu enak, Le," kata Pak Trisno.

"Hmmm hmmm...?" Respon Bima.

Pak trisno kemudian memegang kepala Bima dan menggerakkan kontolnya dari bawah sehingga dia mengentoti mulut anaknya dengan pelan tapi pasti. Bima merasakan kenikmatan tak terduga. Dia merasa bangga sekali bapaknya bisa menggunakan mulutnya untuk menyenangkan kontolnya. Dan dia juga senang karena kakeknya terlihat tekun dan sibuk dengan kontolnya.

"Aku kepingin dikenthu koyok wingi, Le (Aku pengen dientot kayak kemarin, Nak)," kata Mbah Sinyo.

"Ayo, Le, iku mbahmu njaluk dikenthu (Ayo, Nak, itu kakekmu minta dientot)," kata Pak Trisno.

Mbah Sinyo pun langsung naik ke kasur dan nungging.

Bima bangun dan langsung memasukkan kontolnya ke lubang Mbah Sinyo. Mbah Sinyo langsung melolong begitu kontol Bima masuk ke lubangnya.

"Asu, Le, awakmu isih enom kok wis penak kenthue (Anjing, Nak, kamu masih muda kok sudah jago ngentotnya)," teriak Mbah Sinyo.

"Aduh enak..." kata Bima sambil menggenjot kakeknya.

PLOK PLOK PLOK PLOK

Sementara Bima mengentoti kakeknya, Mbah Sinyo menjilati pentil Pak trisno. Pak Trisno tersenyum menatap anaknya yang terlihat gagah dan dewasa sekali mengentot bapaknya.

"Enak Le silite mbahmu (Enak nggak pantat kakekmu)," tanya Pak Trisno.

"Enak, Pak. Anget," jawab Bima.

"Aduh aduh aduh aduh enaaaaakkkkkkkkkkk kontoleee putuku enaaaakkkk... (kontol cucuku enaaakkkk)," teriak Mbah Sinyo.

Pak trisno kemudian bangun dan berdiri. Kemudian dia berdiri di depan Bima dan menawarkan kontolnya untuk dinikmati putranya. Bima pun memegang kontol bapaknya dan menyedoti kontol Pak Trisno.

Rasanya luar biasa sekali bisa mengentoti kakeknya dan dia masih bisa menyedoti kontol yang menyiptkan dirinya. Pak Trisno mengelus kepala Bima sambil berkata, "Yo ngunu, Le, nyedote (Ya kayak gitu nyedotnya, Nak)."

"Aduh aduh aduh aduh... aku metuuu..." kata Mbah Sinyo.

Mbah Sinyo mengocok kontolnya dan pejuhnya pun muncrat membasahi sprei.

Bima melepas kontol bapaknya dari mulutnya kemudian menatap bapaknya, "Pak, arep ngenthu karo aku po (Mau ngentot sama aku, Pak)," tanya Bima.

"Yo wis, ayo," kata Pak Trisno.

Bima langsung terbaring di kasur. Pak Trisno menaruh bantal di atas pinggul anaknya. Mbah Sinyo yang sudah keluar menjilati pentil cucunya. Bima pun bersiap menerima kontol bapaknya.

Begitu kontol Pak trisno masuk, Bima merasa agak kesakitan. Rupanya rasa sakit itu masih ada.

"Ahhhh..." jerit Bima.

"Tahan, Le," kata Pak Trisno.

Lama kelamaan kontol Pak Trisno pun masuk seluruhnya dan Bima mulai merasakan kehangatan. Apalagi setiap kali Pak trisno menarik kontolnya kemudian menusukkannya lagi. Setiap kali prostatnya diguncang oleh kontol besar Pak Trisno, tubuh Bima bergetar.

"Ahhh ahhh..." desah Bima.

PLOK PLOK PLOK PLOK...

"Yokpo, Le (gimana nak)?" tanya Pak Trisno sambil terus menggenjot putranya.

"Bendino oleh kenthu karo sampeyan, Pak (Tiap hari boleh ngentot sama Bapak)," desah Bima.

"Opoo, Le?" Tanya Pak Trisno balik.

"Aku kepingin kenthu bendino, Pak. Kontolmu enak (Aku pengen ngentot tiap hari, Pak. Kontolmu enak)," jerit Bima sambil mengocok kontolnya.

"Iyo oleh. Kontol bapak iki yo gawe mbah, yo gawe awakmu. (Boleh. Kontol bapak ini ya buat mbah, buat kamu juga)," kata Pak trisno.

PLOK PLOK PLOK PLOK...

Bima melihat jam di dinding. Sudah hampir jam enam pagi. Waktunya sekolah.

"Ayo, Pak, metu. AKu kate sekolah (Ayo keluarin, Pak. Aku mau sekolah)," kata Bima.

PLOK PLOK PLOK PLOK

Pak Trisno memegang pantat Bima kemudian menghentakkan kontolnya lebih dalam ke dalam lubang putranya.

"ASSSUUUUUU ENAAAKKK PAAAKK JUANNCCCOOOOKKKK AKU METUUU..." jerit Bima sambil mengocok kontolnya.

"Aku yo metu, Le," kata Pak Trisno.

CROT CROT CROT CROT...

Pejuh Bima membasahi wajah Mbah Sinyo yang mangap di depan kontol Bima. Pak Trisno pun menembakkan kontolnya ke dalam lubang Bima.

Setelah muncrat, Pak Trisno langsung berbaring di atas badan Bima. Mereka berciuman. Mbah Sinyo bangun dan bilang, "Yo wis aku tak masak. Awakmu aduso disik (Aku mau masak. Kalian mandi dulu)," kata Mbah Sinyo.

"Adus bareng yo, Pak (Mandi baeng ya, Pak)," kata Bima.

"Ayo..." kata Pak Trisno.

"Gendong..." kata Bima manja.

Pak trisno tersenyum. Walaupun Bima sudah dewasa dan menjadi laki-laki sejati, tapi jiwa anak-anaknya masih ada. Dan Pak Trisno pun menggendong Bima ke kamar mandi.

Tiga GenerasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang