14

3.5K 74 7
                                    

Bima dan Firman menghabiskan waktu mereka dengan berpelukan dan berciuman di hutan. Mereka tak henti-hentinya menikmati bibir satu sama lain.

Firman menyukai sekali aroma ketiak Bima. Dia tak henti-hentinya menyuruh Bima mengangkat tangannya agar Firman bisa menusukkan hidungnya di ketiak Bima yang berbulu lebat. Bima tadinya kegelian tapi akhirnya dia merasakan kenikmatan juga.

Di tengah mereka berpelukan Bima bertanya kepada Firman tentang rencana pernikahannya.

"Mbuh. Aku yo ga ngerti (Aku juga tidak tahu)," kata Firman kemudian dia merebahkan kepalanya di dada Bima.

"Lha kok iso (Kok bisa)?" Tanya Bima.

"Yo kan aku dikongkon rabi supoyo iso mbayar utange Bapak (Aku kan disuruh nikah supaya bisa bayar utangnya Bapak)," kata Firman sedih.

"Lho emange utange Pak Handoko akeh? Bukane wingi jik tas panen (Lho emang utangnya Pak Handoko banyak? Bukannya kemarin kamu habis panen?)," tanya Bima bingung.

"Yo biasa. Gali lubang tutup lubang," kata Firman lagi.

"Awakmu wis ketemu karo calon bojomu? (Kamu sudah ketemu sama calon istrimu)," tanya Bima.

"Wis (Sudah)," jawab Firman pendek.

"Yokpo? Ayu ta? (Gimana? Cantik gak)?" Tanya Bima lagi.

"Mbuh. Ra paham aku (Gak tahu)," Firman menyembunyikan wajahnya di balik ketiak Bima.

Bima tertawa.

"Lah kok ga paham? Ngaceng ra pas ketemu (Lah kok bisa gak paham? Ngaceng ga pas ketemu)?" Tanya Bima lagi.

Firman mengeluarkan wajahnya dari ketiak Bima kemudian dia mencium leher Bima.

"Aku ngacenge mung gawe awakmu tok, Bim (Aku ngaceng cuma buat kamu, Bim)," kata Firman.

"Halah apusi (Halah boong)," kata Bima sambil tertawa.

"Tenane (Beneran)," kata Firman.

"Karo bapakmu ngaceng ra (Sama bapakmu ngaceng nggak)?" tanya Bima lagi.

"Iku liyo (Kalo itu lain)," kata Firman.

"Liyo piye (Lain gimana)?" Tanya Bima.

"Iyo kan aku karo bapak wis sejak SMP (Aku sama bapak kan sudah sejak SMP)," jawab Firman malu-malu.

"Awakmu kenthu karo bapakmu wis sejak SMP? (Kamu ngentot sama bapakmu sejak SMP)?" Tanya Bima.

"Iyo."

"Aku jik tas minggu wingi ngerasakno kenthu (Aku baru minggu lalu merasakan pertama kali ngentot)," jelas Bima jujur.

"Ngapusi (Bohong)," kata Firman.

"Tenane (Beneran)," jawab Bima yakin.

"Isih tas kok wis pinter awakmu kenthue (Baru ngentot kok udah jago ngentotnya)?" Tanya Firman heran.

"Lho yo turunan," jawab Bima.

"Tapi emang Pak Trisno penak kenthue (Tapi Pak Trisno emang enak ngentotnya)," jawab Firman.

Bima menatap Firman heran.

"Lho, awakmu wis tau dikenthu karo bapakku (Kamu pernah dientot sama bapakku?)," tanya Bima heran.

"Lho, saban bapakmu nang omah yo kenthu wong telu (Lho setiap bapakmu ke rumah aku ngentot bertiga)," jawab Firman bingung menatap Bima yang ternyata tidak tahu.

"Hmmmm..." Bima diam.

Ketika adzan Maghrib berbunyi, Firman dan Bima berjalan pulang. Bima sepanjang perjalanan pulang diam. Firman jadi tidak enak.

Tiga GenerasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang