11

2.9K 74 2
                                    

Pak Handoko menoleh ke belakang.

Dia tampak kaget melihat Bima berdiri di depan pintu dengan kontol ngaceng. Pak Handoko langsung fokus dengan kontol Bima. Ternyata anak sama bapak tidak beda jauh. Kontolnya sama-sama raksasa. Melihat kontol yang berkilat-kilat tegak keras, Pak Handoko tersenyum.

"Rene, Le, tak cicipi kontolmu (Kesini, Nak, tak cicipi kontolmu)," kata Pak Handoko sambil tersenyum.

"Lek Bapak wis rampung, awakmu iso nyicipi silite Handoko. Enak, Le. Sempit (Kalau bapak sudah selesai, kamu bisa nyicipi pantatnya Pak Handoko. Enak, Nak. Sempit)," kata Pak Trisno sambil terus menggenjot dari belakang Pak Handoko.

Pak Trisno kemudian menjambak rambut Pak Handoko dan menekan kontolnya dengan lebih dalam ke dalam pantat Pak Handoko. Pak Handoko memejamkan mata dan memaki-maki.

"Assuuuu kontol jaran janccoookkkk terus genjot, Mas (Anjing, kontol kuda anjiiiinggg)," Pak Handoko bersumpah serapah.

Tubuhnya terlihat bercahaya dengan banyaknya keringat yang membasahi tubuhnya. Membuat pentilnya yang hitam dan dadanya yang keras semakin terekspos.

Bima yang sudah ngaceng akhirnya memutuskan masuk ke dalam kemudian dia naik ke ranjang. Bima belum memposisikan diri dengan baik ketika Pak Handoko langsung memegang kontol Bima yang sudah berdiri tegak dan mengocoknya.

"Aduh, Le, ganteng nemen awakmu (tampan sekali kamu)," kata Pak Handoko sambil memegang pantat Bima agar Bima mendekatkan pinggulnya dan kontolnya sampai di mulut Pak Handoko.

Begitu kontolnya dekat dengan mulutnya, kontol Bima langsung dicaplok tanpa peringatan. Pak Handoko kemudian memejamkan matanya dan langsung mendesah.

"Hmmmhmmm... hmmhhh... plok," Pak Handoko mengeluarkan kontol Bima dari mulutnya kemudian menatap Bima sambil tersenyum. "Enak kontolmu, Le. Persis rasanya koyok kontole bapakmu (rasanya sama seperti kontol bapakmu)," kata Pak Handoko.

Bima yang kaget masih terdiam. Dia membiarkan kontolnya disedot-sedot oleh Pak Handoko.

SLURRRPPP SLURRRPPPP...

Sementara itu Pak Trisno tetap mengentoti Pak Handoko dengan begitu cepat dan kasar. Bunyi pantat mereka seperti musik.

PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK

"Yokpo, Le, emutane Pak Handoko (Gimana rasa emutannya Pak Handoko?)," Tanya Pak Trisno sambil menggenjot pantat Pak Handoko yang semok.

PLAK!

Pak Trisno menampar pantat Pak Handoko sampai merah.

"Asuuuuu..." Kata Pak Handoko sambil menyedot dan menjilati kepala kontol Bima.

"Enak, Pak. Sedotane mantep," kata Bima.

"Mantep kan?" Tanya Pak Handoko.

"Wis, rasah njawab. Awakmu sedot ae kontol anakku (Kamu ga usah jawab. Kamu sedot aja kontol anakku)," kata Pak Trisno sambil memukuli pantat Pak Handoko lagi.

PLAK PLAK PLAK.

"HMMM...... ENYAKKK..." kata Pak Handoko dengan kontol Bima yang keras di dalam mulutnya.

"Wis suwe, Pak, kenthu karo Pak Handoko (Sudah lama ngentot sama Pak Handoko)," tanya Bima sambil akhirnya duduk di ranjang dan bersandar di tembok. Dia membiarkan Pak Handoko menjilati biji dan menyedoti pre-cum yang mengalir dari kepala kontolnya.

SLURRRPPPP...

"Setengah jam paling," kata Pak Trisno sambil melihat jam.

Pak Trisno kemudian meminta Pak Handoko merubah posisi. Sekarang Pak Trisno tiduran dan Pak Handoko naik ke atas kontol Pak Trisno. Tapi posisinya membelakangi Pak Handoko.

Tiga GenerasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang