2

1.6K 71 0
                                    

Vovi menemui seorang preman, "Aku ada pekerjaan untuk kalian."

"Apa nih?"

Vovi memperlihatkan foto seseorang di ponselnya, "Kalian hajar orang ini."

Preman itu tersenyum melihat foto Hani.

"Ok, kasih tahu saja dimana dia sekolah?"

"Dia sekolah sama denganku, SMA 20."

"Ok."

Vovi langsung membayar uang 5 juta dan pergi meninggalkan preman itu.

***

Di sekolah, Hani menyapa Ratna sang sahabat.

"Ratna, kamu kenapa?"

"Bukan urusan kamu."

"Ya aku tahu, tapi sepertinya kamu kesulitan. Perlu aku bantu," ucap Hani ingin memapah Ratna. Tapi dengan cepat sahabatnya itu mendorongnya.

"Jangan dekat-dekat, kamu tuli yah. Aku sudah katakan untuk tidak mendekat!"

"Maaf," ucap Hani lalu pergi meninggalkan Ratna.

Ratna harus menahan sakit di kakinya akibat ditabrak seseorang yang tidak dikenal.

"Ratna," panggil Vovi.

Dirinya pun menoleh, "Vovi."

"Kaki kamu kenapa?"

"Sakit Vi, habis ditabrak orang."

"Siapa yang nabrak kamu?"

"Tidak tahu."

"Ya sudah sini aku bantu."

"Terima kasih."

Sebenarnya aku malas sekali membantu Ratna tapi mau bagaimana lagi, demi cari perhatian dia. Aku harus baik, batin Vovi.

Lonceng berbunyi otomatis saat jam pukul setengah tujuh. Semua murid langsung masuk ke kelas masing-masing.

Saat Hani masuk, salah satu murid menyandung kakinya.

"Aduh ....," ringis Hani kesakitan.

"Ahaha ...," tawa yang lain.

"Woy, jalang seperti kamu masih berani masuk ke kelas kami."

"Dasar tidak tahu malu!"

"Anjing kau!"

"Jalang tidak laku."

"Masih berani menampakkan wajahnya disini."

"Kita sudah lihat lekuk tubuhnya itu."

"Putih sih tapi sudah dipakai."

"Menjijikkan."

"Dasar kuman!"

Umpatan para siswa di dalam kelas, bagi Hani sudah biasa beberapa bulan ini. Kalau ingin pindah juga percuma, karena Minggu depan sudah masuk ujian.

Dengan kaki yang tertatih karena disandung tadi, Hani melangkah ke kursinya.

Saat duduk, Hani merasakan sesuatu yang lengket. Kemudian dirinya meraba bagian kursi, rupanya sudah diberikan lem.

Hani berusaha bangun tapi tidak bisa, karena ingin sekali lepas dari situ akhirnya rok menjadi robek. Dan itu jadi bahan tertawa murid lain sampai Ratna saja mengatakan jika dirinya itu sangat bodoh dan murahan.

"Hahaha ..."

"Kamu bodoh sekali, Hani." Ratna menggeleng.

Hani kemudian menutup pantatnya dan segera keluar sambil membawa tas untuk mengganti rok yang robek.

Di dalam toilet, Hani mengambil rok yang satunya. Lalu kembali ke dalam kelas untuk mengikuti pelajaran.

Saat pelajaran berlangsung, Hani merasakan gatal di area bawah dan juga sekitar rok. Rasa gatal itu sangat menyiksa, sekuat tenaga Hani menahannya.

Vovi menyeringai melihat reaksi Hani.

Rasakan itu Hani, aku akan membuat hidup kamu lebih menderita. Satu persatu orang akan membencimu, batin Vovi.

"Baik anak-anak, silahkan istirahat."

"Terima kasih Buuu!"

Baru saja guru keluar, Hani langsung melengos keluar untuk memeriksa roknya lagi.

Saat diperiksa, bagian pantatnya dan area sekitar iritasi. Semua menjadi merah, Hani merasa jika ada yang menaburkan obat gatal di rok gantinya.

Siapa lagi yang melakukan ini, batin Hani sangat tertekan dengan keadaannya sekarang.

Jam istirahat, Hani tidak ke kantin manapun karena tidak memiliki uang sama sekali. Perut kosong pun ditahan jika lapar akan meminum kran. Sampai lonceng berbunyi kembali, Hani pun masuk ke dalam kelas.

Selama pelajaran terakhir, Hani bisa menjawab semua soal dengan baik.

Guru yang melihat jawaban Hani pun tersenyum dan mengakui kecerdasannya.

Jam pulang pun tiba, Vovi dijemput langsung oleh Aliza.

"Sayang," panggil Aliza.

"Mommy," sahut Vovi begitu manja.

Mereka berpelukan, Hani tersenyum melihat wajah Aliza walaupun hatinya sakit melihat pemandangan itu tapi segera dia tepis.

"Mommy," sapa Hani.

Aliza menatap sinis kepada Hani dna berkata kasar, "Berani sekali panggil saya Mommy."

"Hani akan terus panggil Mommy meskipun

MAAFKAN MOMMY (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang