13

795 32 4
                                    

Aliza ke rumah sakit untuk mengantar makan siang buat kekasih tercintanya.

"Sayang ...," panggil Aliza.

Hana menoleh saat dipanggil, ternyata Aliza yang datang. Dirinya langsung berjalan maju, lalu Aliza menghampiri kekasihnya itu.

"Hay ...."

Aliza langsung mencium pipi Hani di tengah umum, Hani sedikit terkejut tapi berusaha ditutupi dengan senyuman.

"Kenapa kesini? kamu nggak ke kantor?" ucap Hani sambil menarik Aliza agar masuk ke ruangannya.

"Mommy sengaja datang kesini buat bawain kamu bekal siang, biar pacarnya Mommy semangat kerjanya." Aliza memperlihatkan bekalnya.

"Ouh," ucap Hani kemudian menutup pintu ruangannya.

"Makan dulu yah," sahut Aliza meletakkan bekalnya di meja. Dengan cepat dirinya duduk di kursi milik kekasihnya itu.

"Loh," ucap Hani ingin duduk juga.

"Kamu duduk di pangkuan Mommy aja," sahut Aliza menepuk pangkuannya.

"Nggak ah," tolak Hani lebih memilih berdiri.

Aliza langsung menarik pinggang Hani sampai jatuh ke pangkuannya.

"Ehh! apa yang ka-"

Aliza langsung menyentuh bibir Hani dengan telunjuknya.

"Mommy suapin, kamu duduk di pangkuan aja."

"Tap-tapi-"

"Udah yahh," ucap Aliza langsung menyuapkan makanan ke mulut Hani.

Dengan pasrah Hani menerima suapan itu. Aliza juga terus memeluk pinggang Hani dengan posesif.

"Malam ini Mommy mau ketemu sama Kakak kamu, sayang ...."

Hani mengerutkan dahinya atas kemauan Aliza ingin bertemu sang kakak.

"Mommy yakin?" tanya Hani menatap Aliza.

Aliza tersenyum dan mengangguk, dirinya mantap ingin merajut hubungan yang lebih serius ke jenjang pernikahan.

"Iya sayang, Mommy dah nggak mau lagi pisah sama kamu." Ditatapnya Hani dengan lekat.

"Bukannya Hani nggak mau nikah sama Mommy tapi ... apa nanti akan terulang lagi." Ketakutan Hani adalah dirinya yang tiba-tiba dibuang seperti sebelumnya.

Aliza memegang tangan Hani dengan lembut dan penuh kasih sayang.

"Kamu bisa tinggalkan Mommy selamanya jika itu terjadi." Aliza mengatakan keinginannya yang kuat untuk mempersunting Hani.

Hani hanya mengangguk saja setelah melihat keseriusan Aliza. Jika nanti kembali dikhianati, maka dirinya akan meninggalkan Aliza.

"Ya udah lanjut lagi makannya," ucap Aliza menyendok kembali nasi untuk kesayangannya itu.

***

Dokter Anita menjaga Hani di parkiran.

"Dok," panggil Anita.

"Ada apa Anita?" tanya Hani.

"Masalah yang kemarin ... saya minta maaf," sahut Anita menunduk.

"Saya nggak tahu apa masalah kamu dengannya, tapi saya mohon jangan sakiti dia."

"Kenapa kamu sangat peduli dengan dia?"

"Karena dia orang yang pertama menerima keberadaan saya."

"Dan dia juga orang pertama yang melukai hati saya," lanjut Hani dalam hatinya.

"Apa kamu nggak bisa melihat cinta saya?" tanya Anita menatap Hani dengan lekat, "saya sangat mencintai kamu."

"Daya berterima kasih dicintai oleh wanita cantik dan berbakat seperti anda, tapi apakah cinta bisa dipaksa."

Anita terdiam.

"Menjadi seorang sahabat itu lebih baik, bukan?"

Anita menangis sehingga Hani tidak tega dan memeluknya.

"Kamu bisa menganggap saya sahabat tapi nggak untuk seorang kekasih, Anita."

"Apa boleh saya mencicipinya."

"Maksud kamu?"

"Saya ingin merasakan berciuman dengan kamu, Hani. Ini untuk terakhir kalinya kita bertemu, boleh kah?" pinta Anita.

Hani mengangguk dan mereka mulai ciuman dan semakin panas, sehingga lidahnya saling bertautan. Pagutan mereka begitu intim, Anita langsung memasukkan tangannya ke dalam baju Hani lalu meremas dua bukit kembar.

"Mhhhh ...."

"Ah, sayang," racau Anita menggebu-gebu, lalu menarik Hani ke tempat sepi belakang gudang. Disana mereka melakukan hal yang panas dan makin panas, Hani hanya bisa terpejam saat Anita melahap bukit kembarnya.

***

Hani sampai di rumah dan dijaga Zenny depan teras.

"Kak Zenny," ucap Hani.

"Kenapa sangat lama?" tanya Zenny.

"Banyak pasien, Kak," sahut Zenny.

"Yakin?"

Hani mengangguk.

"Baiklah, ayo cepat masuk."

"Iya."

Saat masuk ke dalam rumah, Zeta sudah menyambutnya.

"Aunty," panggil Zeta sambil berlari kecil ke arah Hani.

"Ponakan Aunty," sambut Hani merentangkan kedua tangannya.

Mereka berdua berpelukan, Tania baru saja keluar dari dapur.

"Baru pulang, Han."

"Iya Kak."

"Sudah makan belum?" tanya Tania lalu Zenny mendekatinya.

"Belum Kak," sahut Hani.

"Ya sudah, cepat sana makan. Mumpung masih anget," imbuh Tania lagi.

"Iya Kak," sahut Hani yang tidak tahu ada siapa di meja makan.

Hani melihat Aliza.

"Mommy," ucap Hani.

Aliza langsung menoleh.

"Sayang," sahut Aliza.

Hani mendekati Aliza yang duduk di meja makan.

"Maaf Mom," ucap Hani.

"Nggak papa, ayo makan."

"Iya, tapi mandi dulu yah."

"Mau dimandiin," tawar Aliza.

Hani hanya mengangguk pelan.

"Ayo," ucap Aliza menarik tangan Hani ke atas.

Mereka berdua pun mandi bersama. Hani juga tidak tahu, kenapa Mommy Aliza bisa ada di rumah. Bukankah, hubungannya tidak baik dengan sang kakak. Terus ini kok, bisa akrab.

[][][]

MAAFKAN MOMMY (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang