15

700 28 1
                                    

"Yakin," ucap Dokter Citra.

"Iya, Citra," sahut Dokter Anita.

"Kamu merelakan dia untuk bersama si tua itu?" tanya Dokter Citra sekali lagi.

Dokter Anita hanya mengangguk.

"Aku sama sekali nggak ngerti jalan pikiran kamu, Anita."

"Cit, kadang, cinta itu buta. Tapi, cinta buta bisa melihat jika kita mau."

"Maksudnya?" bingung Dokter Citra.

"Aku hanya ingin dia bahagia bersama pilihannya," ucap Dokter Anita lagi.

Dokter Citra seketika tersenyum tipis.

"Kamu sangat baik, Anita."

"Makasih, Cit."

"Oh ya, ada jadwal apa hari ini?" tanya Dokter Citra.

"Aku hari ini membimbing dokter yang magang," sahut Anita.

"Begitu yah."

"Iya."

"Ya sudah, aku ke ruanganku dulu."

"Iya."

***

Di sekolah, Nara terus memaksa Zeta untuk membuka mulutnya.

"Buka mulutnya, Zeta."

"Nggak mau!"

"Ayolah."

"Jangan paksa Zeta."

"Mau Nara buka atau Zeta sendiri yang buka."

"Nara, kenapa paksa Zeta terus." Muka Zeta sudah berubah masam.

"Aku hanya ingin menyuapi nasi ini ke mulut kamu, Zeta."

"Tapi Zeta sudah kenyang."

"Kenyang darimana?"

"Ini masih pagi, Nara. Miliki akan marah kalau langsung jajan, jadi anak jangan bandel."

Nara terkekeh.

"Dasar anak manja!" cibir Nara.

"Nggak masalah, yang penting Mimi sama Pipi sayang sama Zeta."

"Mama sama Ibuku juga sayang Nara."

"Ya sudah, jangan Zeta. Kamu abisin aja sendiri," ucap Zeta yang ingin pergi. Dengan cepat, Nara menahan lengan Zeta.

"Aku ikut," ucap Nara.

Zeta mengangkat alisnya, "Bukankah, makanan kamu masih banyak, Nara. Jangan membuang makanan," nasehat Zeta.

"Aku juga sudah kenyang, Zeta."

"Kalau begini kenapa pesan banyak tadi."

"Aku pikir kamu juga makan."

"Seharusnya tanya dulu, aku nggak diizinkan makan sembarangan!"

"Penurut banget jadi anak."

"Emang kamu."

"Sudah ah, lupakan itu. Ayo ikut aku," ucap Nara menarik tangan Zeta.

"Ikh, kenapa jadi Zeta yang ikut Nara."

"Diam, kita harus selalu bersama. Zeta milik Nara, nggak boleh pergi sendiri."

"Enak saja, Zeta milik orang tua bukan kamu."

"Itu beda lagi, Zeta."

"Nggak, tetap sama. Dan selamanya, Zeta milik Pipi, Mimi, juga Aunty."

"Tenang saja, aku nggak akan merebut kamu dari mereka. Tapi ingat, kamu cuma milikku!"

"Kamu aneh, Nara?" Zeta bingung dengan Nara.

"Nanti kamu juga akan mengerti."

Nara dan Zeta sudah sampai di belakang sekolah.

"Mau ngapain kita disini?" tanya Zeta.

"Kamu duduk," suruh Nara. Zeta pun menurut, lalu Nara mengambil setangkai bunga dan menyelipkan bunga itu ke telinga Zeta, "cantik."

Zeta hanya diam, lalu Nara memegang wajah Zeta dan menatapnya dalam-dalam.

"Ingat ya, Zeta. Mulai hari ini kamu adalah milikku, jangan dekat dengan orang lain selain aku. Jika itu terjadi, orang itu akan Nara habisi!"

"Maksud Nara?"

"Nanti kamu juga akan mengerti, ayo ke kelas."

"Iya."

Nara terus menggandeng tangan Zeta sampai ke kelas.

***

Siangnya, Hani dapat pesanan makanan langsung Aliza yang memesankan dari kantor.

Ting!

Pesan dari Aliza.

"Makan yang banyak, sayangku, cintaku!"

Hani hanya tersenyum lalu membuka kotak makan itu dan langsung melahapnya. Sungguh enak rasanya, Hani pun meminta nasi kembali ke ob.

"Saya minta nasi, yah."

"Iya, Dok."

Setelah menerima nasi, Hani melanjutkan makannya.

Di kantor Aliza, ternyata sedang mengawasi kesayangannya. Bagaimana bisa? Rupanya Aliza sudah memasang kamera tersembunyi tanpa sepengetahuan Hani, ini dia lakukan agar bisa menjaga belahan jiwanya itu.

Aliza kembali mengirim pesan pada Hani.

"Apakah enak?"

"Ya, enak."

"Syukur kalau begitu, Mommy sangat bahagia mendengarnya."

"Iya, Mommy."

"Nanti sore Mommy jemput."

"Baiklah."

"Ok, makan yang banyak."

"Siap!"

Aliza kembali bekerja sesekali melirik ke laptop untuk melihat sang kekasih yang sudah selesai makan, dan kedatangan pasien.

***

Ratna ingin sekali dekat dengan Hani, jujur, dirinya merasa sangat bersalah.

"Han, semoga, kita bisa jadi sahabat kembali." Ratna menatap foto mereka berdua waktu SMA.

Terputar, kenangan-kenangan indah saat menjadi sahabat dulu. Sebelum, Vovi datang.

"Aku kangen banget sama kamu, Han." Ratna mulai menangis dengan terisak.

[][][]

MAAFKAN MOMMY (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang