"Nurqairina Syafezea, tunggu!" Teriaknya memanggil nama Qairina secara lengkap.
Seorang lelaki dengan pakaian celana berwarna hijau Army, kaos bercorak caramel itu berjalan mendekati 4 orang yang tengah berkumpul itu. Wajah yang tak asing di mata Qairina, cara berjalan orang itu yang juga Qairina ingat. Sementara Fika dan Reya bingung karena mendapati dua orang dengan wajah yang sama.
Rafasya menyatukan kedu sudut halisnya, beberapa pertanyaan kini bergelantungan di pikirannya, apa yang akan Faidhan lakukan disini? Identitas mereka akan segera terungkap sekarang.
Semakin dekat langkah Faidhan, semakin Qairina tak dapat mengendalikan emosinya. Qairina melangkah menghampiri Faidhan, sesampainya di hadapan orang tersebut Qairina langsung memukuli dada bidang miliknya, menyalurkan amarah yang belum sempat di hamburkan kepada sosok lelaki yang kini berada di hadapannya.
"Ngapain lo kesini ha? Ngapain bangsat? 5 tahun gue mati-matian buat ngelupain lo, sekarang balik lagi dan masih punya nyali buat nunjukin muka lo ha?" Qairina marah pada sosok di hadapannya.
Sementara itu, Faidhan tak menyangkal dengan apa yang Qairina katakan, dia masih belum mengeluarkan kalimatnya.
"Lo ... BA JI NGAN BANGSAT," teriaknya tepat di hadapan Faidhan, dengan sorot mata menatap mata Faidhan yang masih sama tenangnya seperti dahulu kala.
"Ngapain lo kesini?, hikss hikss," air mata Qairina berderai membasahi pipinya. Beruntung suasana sekarang tak ramai orang.
Pukulan tangan Qairina melemah, pandangan matanya sayup-sayup menjadi kabur (blur), detik berikutnya Qairina kehilangan kesadaran tubuhnya melorot, dengan sigap, Faidhan menangkap tubuh Qairina, dan menggendongnya membawa pada kursi yang tersedia.
Fika dan Reya panik, segera menghampiri Qairina yang memejamkan mata itu, begitu pula dengan Rafasya, hatinya khawatir dengan keadaan Qairina.
"Rin ... bangun Rin. Irinnn." Reya menepuk-nepuk pelan pipi Qairina.
"Fik! Ambilin minyak kayu putih di totebag gue itu," perintah Reya pada Fika. Fika menuruti apa yang Reya katakan, mengambil dan kemudian memberikannya pada Reya.
Reya meraih minyak kayu putih dari tangan Fika, dengan cekatan tangannya membuka tutup itu kemudian menuangkan ke telapak tangannya, lalu di oleskannya ke ujung kaki, tangan, dan juga leher Qairina. Terakhir, tangannya yang terbalur minyak kayu putih itu ia dekatkan pada hidung Qairina, agar dapat tercium baunya.
Tangan Faidhan bergerak mengusap kening Qairina yang tertutup oleh beberapa helaian rambutnya. Rasa khawatir menyelimuti dirinya, namun orang di sekitarnya tak menyadari ke khawatiran Faidhan.
'Se trauma itu kah lo ketemu gue? Se bajingan itu kah gue sampe lo ngalamin trauma?' ucap Faidhan dalam hatinya.
"Ini semua gara-gara lo Dhan, punce semue ni di sebabkan lo yang tinggalin Irin gitu aja." Fika mendorong tubuh Faidhan menjauh dari Qairina.
Faidhan tak membalas dorongan Fika, rasa sakit yang kembali terasa ditahannya agar tak tumbang di tempat ini.
Bugh ...
Satu pukulan melayang pada perut Faidhan, Rasanya yang menyaksikan itu segera menghentikan itu, ia membantu Faidhan. Sementara Reya, ia mencoba memenangkan Fika."Lo gak papa kan?" tanya Rasanya berbisik.
"Its oke Sya, gak papa gue berhak dapetin perlakuan ini," katanya dengan lirih menahan perih.
"Ya lo harus lihat kondisi lo juga dong. Berabe gue kalau lu tumbang disini. Lagian ngapain juga lo kesini?"
"Lo sendiri yang bilang kan kemaren kalau gue gak nemuin Qairina jangan sampe nyesel." Jawab Faidhan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Untukmu, Yang Ku Rindu {TERBIT}
Ficção AdolescenteSELAMAT DATANG DI STORY KE DUA AKU GUYSSS JANGAN LUPA FOLLOW SEBELUM MEMBACA. TINGGALKAN JEJAK DI POJOK KIRI BAWAH DAN TINGGALKAN KOMENTAR DI KOLOM KOMENTAR YA🤗 ✨✨✨ "Jika memang takdirnya aku tak bersamanya, tolong hilangkan rasa Rindu ini padanya...