KCHM 6 √

75 8 0
                                    

Lima tahun yang lalu. Audisi Indonesian Got Talent.

Andin menunggu dengan cemas sosok sahabatnya yang belum kembali juga setelah tadi berpamitan pergi mengambil gitarnya di hotel.

Sudah hampir gilirannya, dan pria itu sangat terlambat.

"Bas, kau ke mana? Kenapa lama sekali perginya."

Andin tampak mondar-mandir di sekitar lorong menunggu kedatangan sang sahabat.

Daniel - sang MC - menghampiri seorang gadis yang dia ketahui bernama Andin, menepuk bahu gadis itu pelan. "Sebentar lagi giliran kontestan atas nama Baskara Rahadja. Teleponya belum di angkat juga?"

Andin menggeleng, dia sudah mencoba menghubungi nomor Bas, tapi nada dari operator lah yang menyambutnya.

"Kalau dia tidak datang juga, terpaksa kami diskualifikasi." Beritahu Daniel mengejutkan gadis tersebut.

"Bisakah beri kami waktu sebentar lagi. Bagaimana kalau peserta selanjutnya tampil dulu sampai Bas tiba. Saya mohon kak Daniel..." Mohon Andin kemudian.

Daniel menggeleng, "Tidak bisa seperti itu, Andin."

"Kalau terus seperti ini...."

Daniel bahkan belum selesai berucap saat dering ponsel Andin berbunyi keras.

"Tunggu kak Daniel, ini mamanya Bas yang menelpon." ucap Andin dengan girang.

Daniel terlihat tak sabar, meski begitu dia memberi Andin waktu tambahan.

"Halo, Tan. Ya, Bas ... Hah?!" Andin mengerjap. Saat suara wanita diseberang terdengar menangis keras.

"Apa maksudnya?"

"Tan-te... Apa... Tadi, tante bilang apa?" tanya Andin dengan suara bergetar. Dia bahkan tidak sadar kalau tangannya sudah gemetar.

"Ndin...." Suara wanita dewasa itu terdengar serak dan tersendat-sendat, "Bas... Bas... Kecelakaan."

Daniel menangkap badan Andin yang limbung ke arahnya.

"Hey ... Kau tak apa?" tanya Daniel khawatir melihat wajah shock serta pucat si gadis cantik itu.

Andin mencengkeram dadanya yang berdenyut sakit. Napasnya terengah-engah seakan separuh hatinya di tarik paksa dari rongga dadanya.

Mustahil!

Bas.

Kau... Itu... Mustahil.

***

Sebuah mobil sport melaju kencang membelah jalanan ibu kota. Seorang pria tampan, ditaksir berusia dua puluh tahun tengah mengemudikan mobilnya tergesa-gesa. Tujuan dari pria tampan itu tak lain adalah gedung yang dihelatnya sebuah acara pencarian bakat.

"Al, pergi ke rumah sakit sekarang. Adikmu kecelakaan."

Baru saja, dia menerima berita yang sangat mengejutkan dari keluarga. Dia diberitahu apabila adik tirinya mengalami kecelakaan. Hal pertama yang mengusik ketenangannya adalah apakah gadis itu baik-baik saja?

Karena takut akan terjadi sesuatu pada gadis yang selama ini berhasil menarik perhatiannya, ia bergegas pergi dari perusahaan hanya untuk sekedar memastikan kondisi gadis itu.

Ia tahu betul betapa berharganya keberadaan dari sang adik bagi gadis itu. Walau gadis itu telah berusaha keras dalam menyembunyikan perasaannya yang sesungguhnya terhadap sahabatnya sendiri, hanya Bas saja yang tidak peka akan cinta di mata sang gadis untuknya.

Tak lama kemudian, dia tiba di lokasi. Di halaman gedung, masih banyak para peserta sedang berseliweran. Tatkala dia menghentikan mobilnya di depan pintu masuk, suara terkesiap lalu disusul jeritan terdengar.

Bukan Cinta Biasa (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang