KCHM 10√

248 19 3
                                    

Meskipun itu adalah pesta yang diadakan oleh orang-orang di perusahaan, sebagai bosnya, Al tidak mendapat undangan agar datang.

Dia hanya sebatas tahu kalau para artis dan staffnya memiliki pesta yang diadakan setiap beberapa bulan sekali. Awalnya, dia tidak akan ikut campur masalah pesta ini mengingat dia sadar betul kalau Andin tak sering datang meski sudah di undang.

Dia hanya tak habis pikir, mengapa Andin datang sekarang dan bersedia ditinggalkan tanpa pengawasan oleh manajernya. Untuk mencari tahu alasannya, ia terpaksa datang kemari untuk memastikan dengan kepalanya sendiri jawaban yang ia mau.

Pada saat dia datang, dia tak mengira akan disuguhkan pemandangan begini. Andin, gadis dingin itu, yang akan menjadi calon tunangannya hampir di cium oleh pria lain. Dan bukan hanya itu saja, keterdiaman Andin yang tak seperti biasanya semakin menyulut kemarahannya.

Tak sadarkah bagaimana posisi mereka tadi?

Sangat dekat, begitu dekat sampai ia yakin jika dia datang terlambat, kedua bibir itu pasti sudah menyatu dan tangan nakal yang tadi dilihatnya diletakkan di paha gadis itu pasti akan menyentuh lebih dari pada yang seharusnya.

"Apa kau sudah puas bersenang-senangnya?" tanya Al dengan mata dingin.

Andin merasakan tubuhnya bergidik dan dia ketakutan melihat tatapan tajam dan dingin itu di arahkan padanya. Satu hal yang pasti ialah Al marah besar.

.
.
.

Andin mengaduh-aduh sepanjang dia ditarik pergi oleh Al dari tempat itu. Setelah kedatangannya yang mengejutkan telah berhasil membuat seluruh ruangan terdiam, dan pesta pun dibubarkan secara paksa olehnya, ia di bawa pergi dari tempat itu tanpa sepatah kata.

Gadis itu hanya dapat menggertakkan giginya demi menahan erangan sakitnya karena pegangan Al yang begitu kuat mencengkram pergelangan tangannya.

Beberapa saat kemudian setelah kedua orang itu tiba di apartemen tempat Andin tinggal. Al yang kadung marah meluapkan emosinya di sana. Kecemburuannya tumpah dan ketenangan yang senantiasa ditunjukkan berubah jadi amarah.

"Al! Kau menyakiti aku!" Andin yang telah menahan kesakitannya akhirnya ikut meledak.

Dua orang itu saling berpandangan satu sama lain dengan tatapan dipenuhi kemarahan.

"Apa yang sebenarnya kau pikirkan berada di sana sendirian tanpa Mirna?!"

"Siapa yang bilang aku sendirian?! Memang kau tidak melihat segitu banyaknya orang?!"

"Andin! Kau tahu apa yang aku maksud?!"

Deru napas pria itu terdengar memburu. Sedang Andin yang kini dimarahi hanya dapat tertegun akibat shock.

"Kau berlebihan, Aldebaran," kata Andin dingin. "Memarahiku hanya karena apa yang kau lihat?"

Al mencengkram pergelangan tangan Andin kuat. Suaranya terdengar berat dikarenakan kemarahan atas ketidakpeduliaan yang Andin tunjukkan.

"Jadi kau tak masalah kan jika dilecehkan orang lain?" gumam pria itu dengan suara rendah.

"Apa?"

Sedetik kemudian, Andin memekik tertahan. Tangannya dicengkram begitu kuatnya oleh Al.

Bukan Cinta Biasa (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang