KCHM 9√

66 8 0
                                    

"Starla, apa kau sudah bisa menghubungi manajermu?"

Suara dari arah belakangnya membuat gadis yang dipanggil Starla itu tersentak lalu berpaling ke belakang. 

Sebuah senyuman terbit begitu Andin bangun dari duduk demi menghampiri gadis itu. Ia meraih pergelangan tangan temannya untuk diajaknya duduk di sampingnya.

"A-ada apa? Kenapa melihatku seperti itu?" Jennie bertanya dengan suara gugup karena tatapan dalam yang dilayangkan oleh Andin. 

Lima tahun mereka saling mengenal dan dekat satu sama lain masih membuat dia kehilangan kata-kata jika dihadapkan dengan wajah yang dimiliki temannya tersebut. Sebagai perempuan yang mengagumi keindahan, wajah di depannya ini seringkali membuat dia tampak bodoh.

Pantas saja jika selama ini, sejak kemunculan perdana Andini Kharisma Putri ke dunia hiburan, gadis ini langsung bisa mengumpulkan banyak penggemar.

"Aku tidak bisa menghubungi manajerku. Biar saja. Toh, kalau Mirna ada di sini, aku akan dilarangnya mabuk-mabukkan." Andin mendengus tak sabar.

Malam ini dia pergi ke sebuah bar yang terkenal akan ruang privatenya dan juga didatangi oleh para artis ibu kota. Setelah kemarin dirinya habis mengunjungi kedua orang tuanya, suasana hatinya berubah menjadi buruk. 

Pembahasan pertunangan merupakan alasan dibaliknya. Tinggal menunggu hari H tiba, sampai saat itu tiba, dia tidak dapat membayangkan seperti apa nanti masa depannya. 

Ia tahu jika tindakannya berkubang dalam masa lalu merupakan kesalahan besar. Dan mencintai seseorang yang telah tiada hingga menutup hati untuk orang lain bukanlah tindakan yang tepat, dia tetap tak bisa menerima begitu saja Aldebaran sebagai pengganti Bas. 

Padahal kalau dipikirkan pun, Al adalah kandidat terbaik untuk dijadikannya pasangan karena dia mengenal pria itu lama. Sayangnya, masalah hati memang tak bisa dipaksakan. Meski Al sudah memperlakukan dia dengan sangat baik, sudah menjaganya pula selama dia terjun ke dunia hiburan, namun hatinya belum terketuk untuk bisa menerima pria itu. 

Ia tidak tahu apa yang ia tunggu. Atau apa yang ia cari. Padahal jelas sekali kalau cintanya yang kadung terluka dan cacat, tak dapat sembuh setelah pria yang menjadi penyebabnya tidak ada lagi di dunia ini. 

Dia benar-benar tak tahu harus berbuat apa untuk dirinya sekarang. 

***

Berita kepergian Andin ke bar malam itu sampai ke telinga Aldebaran. Pria itu baru saja keluar dari kamar mandi, rambutnya kelihatan setengah basah dan handuk masih dipegang di tangannya. Dia mendapat panggilan dari pemilik bar yang masih kenalan dekatnya dan mengatakan kalau Andin datang ke bar bersama dengan banyak teman lelaki.

Hal itu membuat Al tampak marah. Pria yang punya stok kesabaran tak terbatas itu kini tengah menunjukkan emosi gelapnya di karenakan berita Andin sampai kepadanya.

"Tolong perhatikan dia dengan baik, Riza. Aku akan datang ke sana dalam beberapa menit." ucapnya pada temannya di ujung sana.

"Aku tunggu kedatanganmu."

Setelah panggilan usai, Al segera menarik baju bersih dari lemari, lalu mantelnya dan setelah dia selesai berpakaian, ia langsung bergegas pergi dari penthousenya.

***

Waktu sudah menunjukkan tengah malam dan di salah satu ruangan itu, di kamar VVIP, di mana pesta kecil-kecilan yang dihadiri oleh para artis sedang diadakan, Andin yang sudah kelihatan mabuk kini bersandar di sudut sofa bersama dengan Jennifer.

Bukan Cinta Biasa (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang