KCHM 1 √

113 13 1
                                    

Katanya, cinta pertama tak akan berakhir mulus. Dulu, aku tak percaya. Namun setelah mengalaminya langsung ... akhirnya aku setuju dengan kalimat itu.

Aku pernah jatuh cinta pada sahabatku sendiri dan luka adalah apa yang aku dapatkan sebagai balasannya.

Andai saja waktu dapat berputar ke masa itu, aku ingin menyatakan langsung perasaanku padanya.

Andai saja waktu dapat kembali ke hari itu ... aku harap dapat menghentikannya dari tertimpa celaka.

Andai saja aku bisa ....

____

.
.
.

Rintik-rintik hujan dari langit membasahi tanah. Angin dinginnya pun terasa kencang berembus tatkala mengenai orang-orang yang berlalu lalang dengan kendaraan masing-masing di bawah sana.

Di salah satu apartemen seorang gadis cantik duduk sambil bersandar dengan tatapan kosong melihat ke depan, pada kegelapan yang tak berujung. Hembusan angin bercampur hujan telah membasahi seluruh tubuhnya yang hanya mengenakan piyama tipis.

Tak peduli di mana dia berada, seperti apa suasana di sekitarnya, ia hanya merasakan kesepian dan hampa mendera seluruh dirinya. Seolah-olah dia tidak hidup dan juga tidak mati.

Sebuah kecelakaan telah merenggut kebahagiaannya, telah menghilangkan cahaya satu-satunya yang ia punya dan sekarang yang tersisa hanyalah cangkang kosong tanpa keinginan.

Gadis yang tampak melamun itu tidak menyadari seseorang berjalan masuk ke kamarnya. Melihat di mana posisi gadis yang tengah sakit itu berada, wanita dewasa itu tampak kesal. Ia berjalan secara pasti ke arah gadis itu sedang duduk.

"Kau sedang sakit tapi kau malah hujan-hujanan begitu?!"

Gadis itu bergeming. Ia hanya melirik singkat ke arah wanita dewasa yang tak lain adalah manajernya. Mirna.

"Ndin, ayo masuk. Kalau kau terus sakit, tidak kunjung sembuh sampai konser tiba, apa yang harus aku katakan pada direktur nanti?" Mirna berlutut, suaranya berubah lembut setelah tatapan kosong itu diarahkan kepadanya.

Dia paham mengapa Andin menjadi begini. Setiap kali waktu peringatan dari kematian pria itu hampir tiba, Andin akan berubah menjadi seorang gadis yang seolah kehilangan jiwa. Apabila Andin sudah seperti itu, ia harus hati-hati dan terus mengawasinya dengan baik.

"Kenapa kau di sini?"

"Direktur menyuruhku untuk melihat keadaanmu. Siapa yang tahu kalau kau malah begini dan bukannya istirahat dengan baik."

"Dia menyurumu?"

"Ya. Dia akan datang untuk menjengukmu nanti setelah direktur selesai dengan pekerjaannya." jawab wanita itu lagi.

"Ayo masuk. Lihat, kau sudah menggigil begini, bagaimana kalau nanti demammu naik lagi?" Mirna tidak berhenti mengomel. Sedangkan Andin tidak mengatakan sepatah katapun lagi.

Setelah membujuk dengan susah payah, akhirnya Andin bersedia di bawa masuk ke dalam lagi.

Mirna menyuruh Andin agar berbaring di tempat tidur di saat dia sedang menyiapkan bubur dan obat untuk Andin makan.

Beberapa saat kemudian setelah dilihatnya kalau Andin sudah tertidur, Mirna menyelimuti gadis cantik itu sampai batas dada. Barulah setelah dia selesai dengan tugasnya hari itu, dia mengirim pesan pada seseorang yang ia panggil direktur untuk memberi tahu kondisi Andin sekarang.

Balasan pesan itu datang begitu cepat.

[Terima kasih, Mirna. Aku akan datang untuk melihat. Kau boleh pergi sekarang. ]

Bukan Cinta Biasa (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang