10 : A young ✓

257 29 0
                                    

Happy reading!!!.
[No silent readers]

.
.

"Akh, cok. Sakit banget kepala gue." Keluh kesal dari laki-laki yang berseragam putih-abu dan terdapat sebuah lambang XII RPL di lengan kanan nya.
Di atas kantung saku, terdapat nama nya, Ghazali Beliung Achmad.

"—Sumpah, Va. Tadi malam gue susah tidur cok." Keluh nya lagi.

"Salah lu sendiri, Bel. Siapa suruh ga sholat Isya tadi malam." Nasihat Nova, sambil ia memasukkan buku-buku pelajaran ke dalam tasnya.

"Lu sih, ngikut-ngikut bubuhan anak-anak PMR tadi malam. Kan ketinggalan ibadah lagi."

"Ya nama nya tugas gue sebagai PMR, Va." Beliung mengerenyitkan dahinya, mulai kesal. Dan lalu memalingkan tatapan nya.

"Lu lagi lebih parah. Kadang meninggalkan pelajaran jurusan cuman ngurusin ekskul ROHIS doang."

"Yakan, gue intinya, Bel."
Nova menghela nafas, memang ia seharusnya tak beradu mulut dengan teman sekamar nya ini. Kalau ada Rimba sama Voltra bisa tambah ribut lagi.

.
.
.
.
.
.

Kejadian tadi malam benar-benar menggemparkan satu sekolah. Berita heboh tentang Sori yang meninggal dengan keadaan tergantung masih menjadi pertanyaan bagi mereka, bahkan kepolisian juga masih belum menemukan apa yang sebenarnya terjadi?. Ia dibunuh atau bertekad bunuh diri?.

Tetapi, Gentar—selaku teman dekat Sori dari awal MPLS, menolak kenyataan jika ia bunuh diri. Walau teman nya rada-rada dengan kemampuan exorcist nya itu, tetapi ia tau kalau Sori bukanlah orang bodoh dari nya.

"Kalau Sori bunuh diri, maka gue juga bakal ngikut."
Itu kalimat yang Gentar katakan terakhir kali nya tadi malam.

Pagi ini, kelas XI MIPA terlihat lebih sunyi daripada biasanya. Hanya beberapa siswa-siswa saja yang asik dengan teman sebangku dan aktivitas mereka lain nya. Para guru hari ini mengantarkan mayat Sori kembali kerumahnya, diserahkan pada orang tua agar segera dikuburkan.

Meninggal nya Sori membuat orang tua nya sakit hati, terlebih lagi yang mereka tau anak nya ceria dan baik hati.
Kasus Sori juga belum bisa dipecahkan sekarang, dan sekarang juga SMA Putra Rintis Galaxy ini menyerahkan sisa nya pada kepolisian.

.
.
.
.
.

"Gen, jam istirahat kita ke kantin yuk." Yang dipanggil namanya mendongak menatap teman nya—Sopan. Ah, sedari tadi malam Sopan sudah mengkhawatirkan keadaan Gentar yang mulai melesu. Sampai pagi ini, ia juga terlihat masih murung. Seakan-akan hatinya tak baik-baik saja karena kepergian sang penghibur.
Sehat-sehat anak baik.

Gentar menggeleng pelan, lalu ia kembali meratapi handphone yang ia pegang dari tadi. Sopan pun mencoba mengintip apa yang dilihat nya sampai ngelamun begitu.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[The Torture Class] - Hiatus/OngoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang