Prolog

87 8 0
                                    

Sore terasa begitu senyap, menyisakan gerimis yang tertinggal. Hujan lebat berhasil mengguyur sebagian kota Inggris.

Seorang anak laki-laki meringkuk di sudut ruangan yang sudah tidak berbentuk. Bak kapal pecah, tidak ada satupun barang yang terlihat utuh di sana.

Bercakan darah terlihat bercecer jelas di dalam ruangan. Anak itu bangkit, menuntun kakinya mengikuti kemana arah darah tersebut.

Lama termenung, ia kembali menggelengkan kepala. Air matanya tidak berhenti mengalir tatkala melihat bagaimana kondisi seorang wanita di hadapannya.

Berharap ini semua hanyalah mimpi buruk, anak itu kembali ke tempat semula dengan berlari. Lagi, langkahnya kembali menghampiri ruangan yang tidak jauh dari tempat dirinya berada.

Tergeletak di bawah ubin dingin, wanita itu memang telah mati.

Semua yang ia saksikan adalah nyata. Mendapati luka tepat di bagian leher, wajah yang lebam, bahkan luka di perutnya terlihat jelas hingga membuat genangan merah di antara tubuhnya sendiri.

Terlihat miris, kenapa akhir hidup ibunya harus seperti ini?

Atensi anak itu kembali teralihkan, menatap sebuah belati tepat di dalam kolong meja yang masih menyisakan darah segar sang ibu. Benda kecil itulah yang menyebabkan ibunya meninggal dunia.

Tidak, jika saja orang itu tidak mendatangi tempat kediamannya. Mungkin, ibunya masih hidup! Dan belati itu, akan tetap bersih tanpa berlumuran darah.

"Ibu ... Apa kau mau aku yang membalasnya?"

"Kau tidak bahagia dengan kepergianmu, bukan?"

Tersenyum kecil menatap wajah sang ibu yang sudah pucat pasi, anak itu memangku kepala ibunya, mengusap lembut rambut indahnya tanpa perasaan ragu.

Mulut tipisnya tidak berhenti bergumam seraya berucap, "Pergilah, aku akan menyusulmu setelah tugasku selesai!"

Aland:End Of A LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang